
TABAOS.ID,-Sempat ditangkap hari rabu (27/2/2019) oleh warga sebelum akhirnya diserahkan ke petugas BKSDA Maluku, buaya asal Desa Hatusua, Sabtu (2/3/2019) akhirnya dilepasliarkan ke alam habitatnya di Sungai Nief Desa Dawang Kecamatan Teluk Waru, Kabupaten Seram Bagian Timur.
Pelepasliaran buaya asal Desa Hatusua ini, setelah hewan tersebut menjalani perawatan selama 2 hari akibat luka yang ada dimulutnya karena terjebak perangkap yang dibuat oleh warga setempat.

Buaya tersebut sempat dikarantina pasca penangkapan warga, karena dianggap meresahkan warga setempat.
“ Buaya yang ditangkap Rabu 27 Februari 2019 karena meresahkan warga di Desa Hatusua, Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). hari ini Sabtu 2 Maret 2019 telah berhasil di lepasliarkan kehabitatnya yang baru. Lokasi pelepas liaran ini dilakukan di Suaka Alam (SA) Sungai Nief,”Kata Sugeng Prayitno, petugas Polisi Kehutanan Maluku.
Pelepasliaran buaya ini dipimpin oleh Polisi Kehutanan, Sugeng Prayitno dan dibantu tim medis Dokter hewan.
Menurut Prayitno, melalui rilisnya kepada tabaos.id, mengatakan mereka (Tim BKSDA), berangkat dari Ambon pada hari Jumat pagi dan tiba di Bula pukul 22.00 wit.
Setelah menginap semalam di Bula, tim melanjutkan perjalanan ke Suaka Alam Sungai Nief.
“Dari Bula ke desa Dawang perjalanan dengan roda 4 selama satu jam, lalu dilanjutkan dg loangboat selama 1 jam ke lokasi pelepasan. Alhamdulillah tidak ada kendala yang berarti dalam pelepas liaran dan begitu dilepaskan buaya langsung survive berenang di sungai Nief dengan enjoy, ujar Sugeng Prayitno.

Lanjut Prayitno, semula pelepasliaran direncanakan akan dilaksanakan di Wae Sapalewa Seram Utara, namun setelah tim berdiskusi ternyata di Sapalewa masih dimungkinan akan terjadinya konflik kembali karena masih ada warga yg sering melakukan aktifitasnya di Wae Sapalewa, sehingga akhirnya diputuskan dan dipilih SA Sungai Nief.
“Selama ini Populasi buaya di SA Sungai Nief cukup terpelihara dengan baik. Disamping itu SA Sungai Nief merupakan habitat Rusa Timor Seram dan Babi Hutan yang menjadi mangsanya atau sumber pakan bagi buaya,” terang Prayitno.
Dijelaskan menurut Prayitno, Suaka Alam Sungai Nief juga menjadi tempat yang aman karena jauh dari pemukiman warga.
“ Warga sdh mengetahui bahwa sungai Nief merupakan habitat buaya sehingga mereka tidak ada yang berani mencoba untuk masuk ke dalam kawasan konservasi tersebut,”ungkap dia..
Sementara itu, Kepala BKSDA Maluku, Mukhtar Amin Ahmadi menghimbau kepada masyarakat Maluku, apabila melihat kemunculan buaya yang meresahkan, agar segera menghubungi petugas BKSDA atau menangkapnya dalam keadaan hidup dapat di translokasi ke habitatnya yang aman.(T05)