AM Sangadji, Antara Refleksi dan Defleksi

0
1277
Redesign Flyer by: Gala Kultur

“AM Sangadji rela melepaskan kenyamanan sebagai pegawai Belanda, memilih bergabung dengan kaum-kaum pergerakan di tanah Jawa.”

Oleh: Faisal Marasabessy

Bersama dengan pengibaran sang saka Merah Putih, dua hari lagi detik-detik proklamasi akan kembali dikumandangkan di Istana Negara. Konon itu tanda “Indonesia Merdeka”, memasuki usianya yang ke-77 tahun.

Perjuangan menuju kemerdekaan tak terlepas dari gerak dan peran besar para pendiri bangsa. Apa yang telah di ucapkan Proklamator bangsa ini, Bung Karno bahwa “Jangan Sesekali Melupakan Sejarah” sama halnya dengan “Jang Pernah Lupa Maluku”.

Dalam konteks itu, Abdoel Moethalib (AM) Sangadji relevan untuk terus didiskusikan. Tercatat sebagai tokoh perintis kemerdekaan Republik Indonesia, yang oleh kolonial dijuluki dengan “Jago Toea” versi koran “Hindenburg” kalimantan dan “S.K. Merdeka” Solo.

Menamatkan HIS, setingkat Sekolah Dasar di Saparua, Maluku Tengah dan MULO, setingkat Sekolah Menengah Pertama saat ini, di kota Ambon. Beliau tidak lagi melanjutkan ke jenjang lebih tinggi tetapi mencoba peruntungan menjadi pegawai Pamong Pemerintah Hindia Belanda dengan jabatan Grafir Landraad (Panitera Pengadilan).

Atas inisiatifnya sendiri hijrah ke tanah Jawa, dan kemudian menjadi panitera pengadilan pada kantor pengadilan Surabaya, tahun 1919. Di kota tersebut pula awal perjumpaan puta Hatuhaha ini dengan tokoh-tokoh bangsa seperti Tuan Tjokro, Hadji Agus Salim, Abdoel Moeis, Soerjopranoto serta KI Hajar Dewantara.

Tahun 1922, tonggak sejarah baru dimulai. AM Sangadji melepaskan kenyamanan sebagai pegawai Belanda, memilih bergabung dengan kaum-kaum pergerakan di tanah Jawa.

 “Lebih Baik Berjuang untuk Indonesia Merdeka Daripada Pulang Menjadi Raja”, semboyan ini merupakan ekspresi heroisme, patriotisme seorang anak bangsa dari belahan timur Indonesia, Maluku.

Narasi di atas hanyalah penggalan awal dari geliat juang Abdoel Moethalib Sangadji. Pemimpin Tua kharismatik yang ikut mengawal, membumikan visi, mengoperasionalkan misi akbar, cita-cita menuju Indonesia merdeka.

Baca Juga  Gitu Aja Kok Repot!

Atas jejak perjuangannya itu. Saat ini, Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Sosial terkait telah membentuk “Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) dengan Gubernur Maluku Irjen Pol (Purn) Drs Murad Ismail selaku penanggung jawab.

TP2GD sudah melakukan upaya penelusuran rekam jejak juang AM Sangadji ke berbagai wilayah di Indonesia sesuai amanat Undang-undang No. 20 tahun 2009 (Gelar, Tanda Jasa, Tanda Kehormatan). Satu upaya yang tentu perlu didukung dan diapresiasi.

Proses pengajuan dan pengusulan AM Sangadji haruslah mendapat perhatian serius serta partisipasi aktif seluruh stakeholder Maluku, harapannya di tahun 2022 ini “Jago Toea” sudah diusulkan ke Kementerian Sosial, namun rupanya ditunda hingga awal tahun 2023 baru akan diusulkan.

Penundaan bisa saja dimaklumi jika terdapat kendala teknis. Semoga di tahun 2023, segala teknis administrasi terkait pengusulan dimaksud dapat rampungkan sehingga pengajuan dapat segera dilaksanakan.

Sekali lagi, apresiasi perlu disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Maluku dibawah kendali Gubernur Maluku yang telah mendukung penuh gerakan moral dan spirit perjuangan yang selama ini dilakukan pihak keluarga sejak tahun 1994 silam. Kemudian estafet perjuangan kini dilanjutkan oleh anak-anak muda Maluku di akar rumput.

Melalui momentum istimewa Dirgahayu Kemerdekaan ke-77, segenap anak muda yang tergabung dalam Generasi Muda Pembangunan Indonesia (GMPI) Maluku mengajak seluruh OKP, Mahasiswa serta masyarakat Maluku untuk turut serta mengikuti Diskursus Publik dengan tema “Jago Toea” Dari Maluku Dalam Pergolakan Persatuan Nasional Menuju Indonesia Merdeka: Antara Refleksi dan Defleksi.

Sasaran dari kegiatan dimaksud akan menjadi catatan kritis serta maklumat bersama guna bersatu bagandeng tangan, baku kele, mengawal, mewujudkan harapan besar orang Maluku kepada pemerintah pusat. Setelah Thomas Matulessy, Christina Martha Tiahahu, Dr. Johannes Leimena, sudah sepantasnya pula tokoh sekaliber Abdoel Moethalib Sangadji dilabeli gelar Pahlawan Nasional Republik Indonesia asal Maluku.

Baca Juga  Aksi Mahasiwa Ternate yang Berujung Drop Out, Menggugat ke PTUN

Penulis adalah aktivis muda Maluku, turut aktif mendorong gelar Pahlawan Nasional kepada AM Sangadji