TABAOS.ID,- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haulussy Ambon meminta maaf kepada pihak keluarga Hasan Keiya, pasien positif virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia pada Selasa (26/6) lalu. Saat meninggal terdapat pampers berisi kotoran tertinggal di peti jenazah.
“Kami meminta maaf kalau ada pampers kotoran yang tertinggal di peti jenazah, kami memohon maaf sebesar-besarnya, karna terkendala jumlah pasien yang cukup banyak sehingga pelayanan pemulasaran jenazah belum maksimal,” kata Hajar Malawat, dokter spesialis penyakit dalam RSUD Haulussy, Ambon, Kamis (9/7).
Di hadapan anggota DPRD Maluku, Hajar mengatakan saat itu jumlah pasien virus corona yang dirawat di RSUD Ambon sebanyak 40 orang. Di sisi lain, jumlah tenaga perawat terbatas.
Jadi satu dokter dan empat perawat menangani sekitar 40 pasien, bayangkan jumlah pasien yang begitu banyak,” ujarnya.
Ia menyebut Hasan Keiya merupakan pasien yang pertama ditangani setelah dirujuk dari RSUD Masohi, Maluku Tengah. Hasan dirawat di RSUD Haulussy Ambon dengan keluhan sakit tumor.
Kebetulan Hasan Keiya sempat dirawat di Masohi dan ditangani keluarga saya, saya sering menanyakan kondisi Hasan Keiya,” katanya.
Lebih lanjut, Hajar mengatakan RSUD Haulussy Ambon masih kekurangan tenaga kesehatan dan peralatan selama merawat pasien Covid-19. Di tengah kekurangan tenaga medis, pihaknya berupaya menangani pasien virus corona dengan maksimal.
“Apa untungnya juga bagi kami, kami juga tidak betah pakai pakaian hazmat terus menerus, kalau mendengar protes pasien masuk RS dibilang Covid,” ujarnya.
Sementara itu, Anak Hasan, Sahal Keiya mengatakan pelayanan RSUD Haulussy Ambon terhadap orang tua belum maksimal. Ia meminta pelayanan rumah sakit dievaluasi sehingga tak ada korban yang berjatuhan akibat pelayanan yang buruk.
“Bayangkan orang tua saya, pernah jatuh dan ditolong oleh cleaning service, tidak ada dokter dan perawat,” kata Sahal sambil menitikkan air mata dalam rapat di Gedung DPRD Maluku.
Sahal menuding kematian orang tuanya itu lantaran tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal dari pihak rumah sakit. Ia mengaku mendapat kabar sang ayah meninggal dari tetangganya.
Selain itu, kata Sahal, pihak rumah sakit juga memaksa keluarga korban untuk menandatangani surat pernyataan Covid-19 tanpa memberi tahu isi surat tersebut.
“Terima kasih kepada petugas yang sudah merawat orang tua kami, tapi pelayanan belum maksimal, orang tua saya meminta makan, tidak ada makanan, sempat jatuh. Bahkan saat meninggal kotoran di badan ikut dimakamkan di dalam peti jenazah,” ujarnya.