Bahaya Stunting Mengintai Kabupaten Seram Bagian Timur

0
2198

TABAOS. ID,- Stunting, suatu istilah kesehatan yang mungkin masih terdengar asing di sebagian khalayak masyarakat. Stunting sendiri adalah kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan tinggi badan anak seusianya.

Hal ini disebabkan oleh tidak tercukupinya asupan gizi anak, bahkan sejak ia masih di dalam kandungan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 20% kejadian stunting sudah terjadi ketika bayi masih berada di dalam kandungan. Kondisi ini diakibatkan oleh asupan ibu selama kehamilan kurang berkualitas, sehingga nutrisi yang diterima janin sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.

Di Maluku, khususnya  di Kabupaten Seram Bagian Timur, kasus stunting masih cukup tinggi. Di Desa Administrasi Aroa Kecamatan Gorom misalnya, hampir 80% pertumbuhan anak tidak sesuai dengan pertumbuhan anak normal pada umumnya.

Hasriza Eka Putra, dokter anak setempat,  saat dikonfirmasi (7/2) di kediamannya menjelaskan, stunting atau malnutrisi kronis sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi terutama pada durasi waktu 1.000 hari pertama kehidupan yaitu mulai dari saat anak masih berada dalam kandungan ibu (janin) atau sejak pembuahan terjadi sampai anak lahir berusia dua tahun.

“Ketika anak berada dalam kandungan, maka yang mempengaruhi asupan janin tentu asupan pada ibu hamil dan kesehatan pada ibu hamil harus dicegah mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan cara mencukupi asupan makanan ibu hamil, pemberian zat besi, dan beberapa mikronutrien lain seperti asam folat dan yodium,” katanya.

Ditambahkannya, untuk menjaga kesehatan ibu hamil juga harus rutin dilakukan kontrol kehamilan sehingga penyakit atau kelainan yang terjadi pada ibu hamil dapat segera dideteksi dan mencegah pengaruh negatifnya pada janin. Selain itu pada masa kehamilan juga dianjurkan untuk dilakukan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi yang dilahirkan nantinya.

Baca Juga  Ide Luhur Oseanografi Bung Karno di Hati Prof Semmy Khouw

“Nah, Ketika bayi lahir maka harus diberikan inisiasi menyusu dini (IMD). Banyak manfaat yang didapat baik dari segi ibu maupun bayi terhadap IMD ini. Setelah itu bayi harus mendapatkan ASI ekslusif (yaitu mendapatkan ASI saja tanpa tambahan makanan apapun) selama 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi harus diberi makanan pendamping ASI yang difortifikasi zat besi (jenis makanan sesuai usia bayi) dan juga ASI tetap dilanjutkan sampai usia 2 tahun,” tuturnya.

Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan bedampak pada perkembangan otak, rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi pertumbuhan kecerdasan anak.

“Menurut saya yang paling fatal itu adalah menurunnya daya kognitif (kecerdasan anak) sehingga SDM Indonesia berkurang kualitasnya. Dampak lain adalah mudah sakit, saat tua berisiko mengidap penyakit metabolisme, kerugian ekonomi karna persaingan dengan SDM berpostur lebih tinggi, semuanya bermuara pada menurunnya kualitas SDM, produktivitas dan daya saing bangsa,” ungkapnya.

Lanjutnya, keterlibatan sektor kesehatan, pemerintah desa, ketahanan pangan dan sebagainya yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan dan gizi sangat penting untuk mengatasi terjadinya faktor risiko yang menyebabkan stunting.

Dokter Hasriza menganjurkan Ibu hamil harus rajin kontrol kehamilan,  bayi sampai dengan usia 6 tahun rutin kontrol ke Posyandu. Ia juga berharap adanya pembangunan sarana sanitasi yang memadai, ketersediaan pangan bergizi cukup dan juga akses layanan kesehatan yang terjangkau. (T07)