TABAOS.ID,- Hasil pemodelan yang dilakukan BMKG Pusat menunjukkan gempa bumi Jailolo Kabupaten Halmahera Barat, dengan magnitudo 7,4 yang terkoreksi menjadi 7,1 skala richter Kamis (14/11) pukul 23.17.41 WIB lalu, berpotensi tsunami. Namun BMKG menyatakan peringatan dini atas status waspada terhadap tsunami di daerah Minahasa Utara Bagian Selatan, telah diakhiri Jumat (15/11).
“Peringatan dini sudah diakhiri,” singkat kepala pusat data dan informasi BMKG Maluku Andi Azhar Rusdin, melalui pesan whatsapp yang diterima, Sabtu (16/11).
Andi Azhar menyatakan, gempa bumi Jailolo tersebut tidak berpengaruh terhadap aktivitas patahan (sesar) yang ada di pulau Ambon, Seram, Lease dan sekitarnya dan memicu gempa besar.
Seperti dikuatirkan sebagian masyarakat gempa Jailolo akan menimbulkan efek domino terhadap sesar-sesar lain di Ambon, Seram dan sekitarnya.
“Tidak ada pengaruh terhadap sesar-sesar yang ada di Seram dan pulau Ambon,” katanya.
Diketahui terbentuknya patahan Kairatu sebagai penyebab gempa bumi tektonik 6,8 yang menghantam pulau Ambon, Seram dan sekitarnya tanggal 26 September lalu. Gempa tersebut menyebabkan korban jiwa dan luka-luka, ratusan rumah rusak berat dan ringan, juga gelombang pengungsi.
Terkait potensi tsunami gempa Jailolo, BMKG Pusat menjelaskan hasil monitoring muka air laut (tide gauge) menunjukan adanya perubahan muka air laut di Ternate setinggi 6 cm pada pukul 23.43 WIB. Sementara Jailolo setinggi 9 cm pada 23.43 WIB. Kemudian Bitung 10 cm dan peringatan dini tsunami ini dinyatakan berakhir.
Hingga Jum’at (15/11) pukul 01.53 WIB, dari hasil monitoring BMKG, tercatat aktivitas gempabumi susulan atau aftershock, sebanyak 28 kali, dengan magnitudo terbesar 5,9 dan terkecil 3,2. (T02)