Dari Buru Perlu Rapid dan Test Antigen Masyarakat Ekonomi Lemah Menjerit

0
1291

TABAOS.ID,- Kondisi sulit harus dirasakan masyarakat ekonomi lemah di Kabupaten Buru. Penerapan Rapid Test dan Tes Antigen untuk mendeteksi Covid-19 dianggap sangat menyulitkan masyarakat khususnya mahasiswa dari Kota Namlea, Kabupaten Buru ke Kota Ambon.

Betapa tidak, dari tempat asal mereka sudah melewati pemeriksaan Rapid Test, dan ketika tiba di Kota Ambon harus pula melalui proses pemeriksaan Antigen yang tentunya harus membayar.

Viki Lesnussa aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Buru dalam tulisan pada akun facebook miliknya yang di posting ke group info terkini Kota Namlea, Minggu, ( 30 /5) mengungkapkan kebijakan tumpah tindih oleh Pemerintah Kota Namlea dengan pemeriksaan Rapid Test dan Pemerintah Provinsi dengan pemeriksaan Antigen sangatlah menyulitkan masyarakat kecil.

“Menurut pemerintah itu baik, tapi menurut masyarakat ekonomi lemah itu sangat menyulitkan,” terangnya.

Untuk Lesnussa meminta agar jika sudah dilakukan Rapid Test jangan lagi dilakukan pemeriksaan Antigen lagi. Walaupun itu keharusan maka perlu ada pertimbangan soal anggaran sebab sangat memberatkan terutama bagi masyarakat yang keseharian bekerja mengurut daun kopra untuk menyambung hidup.

Saat yang sama, Lesnussa memberikan apresiasi atas kebijakan pemberian bantuan Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Sosial Tunai (BST) bahkan Program Keluarga Harapan (PKH). Namun menurutnya batuan-bantuan itu menjadi sia-sia karena ada kebijakan Rapid Tes atau Pemeriksaan Antigen.

“Sama saja bahwa uang yang diberikan kembali diambil dengan dua kebijakan  yang dilakukan. Bantuan diberikan, namun kembali diambil dengan kebijakan yang seolah tumpah tindih,” ungkapnya.

Untuk dirinya meminta kepada Pemerintah Kabupaten Buru dan Pemerintah Provinsi Maluku untuk memahami kondisi masyarakat. Jika sudah Rapid Test jangan lagi ada Antigen. 

“Saya harap, jika sudah dilakukan tes Antigen jangan lagi ada Rapid Test dan sebaliknya, namun jika itu perlu, kalau bisa digratiskan apa lagi kepada mahasiswa dengan latar belakang ekonomi lemah,” tuturnya.

Dirinya juga meminta dengan kondisi ini pemerintah  tidak tutup mata dari masyarakat, karena untuk mencari makan saja susah, khususnya mahasiswa asal Kabupaten Buru yang sementara ini berjuang dalam kekurangan untuk menjadi sukses demi  perbaiki hidup di kemudian hari.

(TCJ/T-12)