TABAOS.ID,- Tim Ekspedisi Maluku EcoNusa mendatangi Pulau Haruku. Mereka bertujuan mengedukasi masyarakat terkait covid-19 dan mendorong ketahanan pangan untuk menghadapi situasi virus pandemi tersebut.
Ketua Yayasan Econusa Bustar Maitar mengatakan pandemi virus corona berdampak buruk terhadap sektor ekonomi Indonesia, termasuk Maluku.
Hal itu menyebabkan roda perekonomian masyarakat menurun.Bustar mengaku pihaknya ingin mendorong ketahanan pangan. Sehingga masyarakat bisa belajar dan memiliki kesiapan yang cukup untuk menghadapi situasi virus pandemi tersebut.
Bustar mengatakan Tanah Maluku memiliki kekayaan sumber daya alam yang tinggi. Masyarakat Kepulauan Maluku juga dikenal arif dan bijak dalam menjaga sumber daya alam agar tetap lestari melalui aturan-aturan adat, seperti sasi. Keharmonisan antara alam dan manusia di Kepulauan Maluku telah menciptakan sebuah cerita yang penting untuk dipelajari dalam ikhtiar menjaga alam.
“Kehidupan manusia yang bergantung kepada sumber daya alam tersebut dapat tercukupi dalam waktu jangka panjang,” ujar Bustar.
Dia berharap, masyarakat juga bisa mandiri menghadapi situasi pandemi. “Saya ingin masyarakat bisa punya daya tahan ketika ada sesuatu terjadi,” ujarnya.
Sehingga, dalam kesempatan itu, Bustar bersama rombongannya memberikan sosialisasi mengenai pertanian serta membagikan benih sayur-mayur seperti bayam, kangkung, tomat, cabe rawit, terong ungu, kacang panjang, dan sawi. Tak cuma itu, ada pula pembagian alat pertanian berupa cangkul, penyemprot, serta sepatu boot. Yayasan EcoNusa juga mengadakan pemeriksaan kesehatan gratis bagi para lanjut usia.
Raja Pulau Haruku, Sepnat Ferdinandus, mengaku sangat terbantu atas kunjungan tim ekspedisi. Dia mengapresiasi kegiatan tersebut.
Dia mengaku, tidak ada kasus covid-19 diPulau Haruku. Namun, baginya kegiatan seperti ini penting. “Kami jadi tahu bagaimana menjaga dan menghindari dari pandemi ini,” katanya.
Hal yang sama juga disampaikan Eliza Kissya. Kepala kewang darat itu, bersyukur ada penyuluhan pertanian, hingga penanaman mangrove dan karang.
“Bumi ini titipan untuk anak cucu, bukan untuk kita. Jadi kita harus menjaga supaya anak anak cucu bisa merasakan arti dari kemakmuran itu. Kita harus memanfaatkan sumber daya alam secara arif dan bijaksana,” ujar Eliza.
Kegiatan ini merupakan rangkaian Ekspedisi Maluku, sejak 22 Oktober hingga 18 November mendatang. Ekspedisi dimulai dari Sorong, Pulau Kofiau, Gane dalam, Samo, Tidore, Ambon Tulehu, Haruku, Saparua, Nusa Laut, Rhun, Ai, Hatta, dan berakhir di Banda.
Kontributor : Salma Picalouhata