TABAOS.ID,- Save Pendidikan Aru! Ujar Gloria Mairering, cucu kandung mendiang Lukas Mairering, salah satu Raja Aru dan seorang pahlawan pembebasan Irian Barat. Apa yang digelorakan oleh Gloria sangat mendasar, melihat kondisi pendidikan di tempat asalnya, Kepulauan Aru, sangat memprihatinkan.
Baru-baru ini saja, karena ketiadaan fasilitas sekolah yang memadai, bahkan guru pengajar pun tidak ada ada yang mengajar maka SD Naskat Jorang Aru, Maluku, disegel oleh siswa-siswinya. Situasi di Aru juga merefleksikan kondisisi objektif di hampir semua kabupaten di Maluku.
Sebagai cucu Lukas Mairering yang merupakan sahabat Presiden RI dan juga seorang pahlawan dari unit baret merah pertama yang dibentuk Bung Karno yang kemudian beralih ke TNI AD, dirinya dan sejumlah putra-putri Maluku lainnya tengah berupaya optimal agar Maluku lebih diperhatikan pembangunannya, khususnya di bidang pendidikan.
Menurut Gloria, selain tertinggal dalam segi indeks pembangunan manusia, Maluku dan sejumlah daerah lain di Indonesia bagian timur masih berada dalam daftar teratas sebagai daerah termiskin, sesuatu yang berkebalikan dengan hasil kekayaan daerah yang melimpah ruah.
Gloria kemudian turut bergabung dalam jejaring sosial anak muda IndoEast Network. Sebuah wadah dan platform digital untuk mengkoneksi setiap sumber daya yang dapat berkontribusi bagi kemajuan kawasan timur Indonesia.
Adapun terkait masalah pendidikan, Gloria menegaskan bukan hanya di Aru yang memprihatinkan namun hampir semua daerah, khususnya pelosok Maluku masih sangat tertingal pendidikan dan kesehatannya, masyarakat pun masih jauh dari sejahtera.
“Hampir semua daerah di Maluku rata-rata punya masalah yang persis sama di hampir semua sektor. Salah satunya karena kebijakan negara yang belum adil,” jelas Gloria.
Kondisi ini yang membuat Gloria ingin kembali menghidupkan cita-cita dan perjuangan mendiang kakeknya Lukas Mairering dalam memajukan Aru.
“Semua harus dimulai kembali, sangat miris sampai rakyat di Aru terjebak dalam kebodohan dan miskin setelah lebih dari tujuh puluh tahun Indonesia merdeka. Apalagi sampai tidak ada guru-guru yang mengajar, sudah sama seperti zaman penjajahan saja”, tegas seniman multitalenta ini.
Dirinya berharap, selain ada perhatian dari pemerintah pusat, semua elemen pemerintah di daerah seperti bupati, kepala dinas kesehatan dan pendidikan, camat dan lainnya agar dapat membuka mata dan buka telinga untuk mendengar dan melihat apa yang terjadi di masyarakat, juga melihat kemajuan di daerah lain agar bisa diterapkan ke wilayahnya masing-masing.
Gloria juga berharap generasi hari ini tidak melupakan sejarah, terutama saat pembebesan Irian Barat. Saat itu banyak sekali pemuda Aru yang gugur dalam pertempuran bersama Komodor Yos Sudarso, tapi kini nama-nama mereka seperti hilang dari lembar sejarah termasuk Lukas Mairering.
“Untunglah di Kota Dobo nama kakek saya Lukas, masih diabadikan sebagai nama jalan, kalau tidak hilang juga. Yang pasti generasi hari ini mesti terus berjuang agar generasi kedepan dapat menikmati hasil kekayaan di negeri mereka sendiri dan menjadi raja di negeri mereka,” pungkas Gloria.
Reporter: San Malona
Editor: M. Hamdani