Jurnalisme Warga untuk Pembangunan

0
2277

Oleh: Irene Faradinda Tuasikal 

Perkembangan media digital atau media online yang begitu masif, sejatinya memudahkan akses dan memberikan ruang yang besar kepada khalayak.

Hal itu mestinya bisa dimanfaatkan dengan optimal. Antara lain dalam mendukung pembangunan di daerah. Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya?.

Fenomena media online yang menyertakan adanya partisipasi khalayak, memunculkan fenomena bangkitnya jurnalisme warga atau citizen journalism. 

Jurnalisme warga secara bebas diartikan sebagai kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita.

Jurnalisme warga didasari oleh gagasan bahwa masyarakat yang tidak mengalami pelatihan maupun pendidikan jurnalisme profesional dapat memanfaatkan peralatan teknologi modern dan internet global untuk berkreasi.

Termasuk melengkapi maupun memeriksa fakta-fakta yang diberitakan dalam satu media. Hal itu bisa dilakukan sendiri maupun berkolaborasi dengan media lain.

Contoh, kita menulis tentang satu peristiwa atau pertemuan di kantor bupati, camat atau lurah dalam blog pribadi kita atau di media sosial dan media online. 

Atau bisa juga kita memeriksa fakta sebuah artikel yang dimuat media mainstream dan menunjukkan kekeliruan atau kandungan hoaks di blog kita.

Begitu pula bila kita memotret dengan kamera digital peristiwa-peristiwa penting yang kita temui dan mengirimkannya secara online ke situs-situ yang menyediakan ruang penyimpanan foto, seperti Picasa, Flickr dan lainnya. 

Atau kita membuat video peristiwa khusus dan mengirimkannya ke sebuah web penyedia ruang penyimpanan film seperti You Tube, Google Video, Tik-Tok dan Instagram. 

Kegiatan-kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan bagian atau praktik jurnalisme. Karena kita sebagai warga telah secara mandiri meluaskan satu informasi.

Dengan tersebarnya banyak peralatan untuk menangkap peristiwa langsung, seperti kamera digital, hingga video handphone, sekarang siapapun bisa membuat berita dan mendistribusikannya secara global melalui media internet.

Dalam artikel Review Jurnalisme Online yang dipublikasi tahun 2003, J. D. Lasica mengklasifikasi media jurnalisme warga ke dalam beberapa tipe.

Antara lain: partisipasi pemirsa, seperti komentar dalam berita online, blog pribadi, foto atau video; berita dan informasi situs-situs independen; situs berita dengan partisipasi penuh; kolaborasi situs-situs media; dan “thin media”, seperti milis dan newsletter.

Intinya jurnalisme warga atau jurnalisme partisipatif adalah partisipasi aktif warga negara dalam mengoleksi, melaporkan, menganalisis dan menyebarluaskan berita dan informasi. 

Sehingga jurnalisme warga adalah bentuk khusus dari media warga yang informasinya berasal dari warga itu sendiri. Semacam dari warga untuk warga.

Kemunculan jurnalisme warga dalam beberapa hal memang telah melahirkan kontroversi, terutama dari kalangan internal jurnalis.

Banyak jurnalis profesional berkeyakinan, hanya jurnalis terlatihlah yang dapat melakukan kerja-kerja jurnalistik yang sesungguhnya. 

Tetapi, banyak juga kalangan jurnalis profesional yang mendobrak hierarki jurnalisme tradisional dengan cara menulis dalam blog mereka sendiri.

Salah satu konsep pokok yang mendasari jurnalisme warga adalah bahwa reporter-reporter dan produser media mainstream bukanlah pusat pengetahuan tentang subjek tertentu yang bersifat eksklusif. 

Karenanya, sekarang banyak saluran media besar berusaha memanfaatkan pengetahuan pemirsanya melalui penyediaan kolom komentar di akhir tulisan yang dimuat online, atau membuat data base kontributor jurnalis warga sebagai sumber penyampai informasi.

Namun terlepas dari kontroversi yang ada, jurnalisme warga dalam berbagai konteks bisa memberikan kontribusi bagi pembangunan. 

Kita bisa melihat banyak contoh, peran jurnalisme warga. Misalnya rusaknya infrastruktur, seperti jembatan dan jalan yang diberitakan oleh jurnalis warga, kemudian dibaca atau diketahui oleh pemangku kewajiban, dan akhirnya mereka bergerak cepat memperbaiki atau membangunnya.

Begitu pula dengan kejadian bencana alam disuatu tempat yang jauh dari akses media mainstream, oleh jurnalis warga kemudian diberitakan lewat media online, dengan cepat informasi tersebar dan bantuan pun datang.

Baik itu bantuan dari warga sekitar lokasi maupun dari badan pemerintah yang terkait dengan penanganan bencana. Bahkan tidak hanya itu, donasi dari berbagai tempat, baik makanan, minuman, obat-obatan dan uang pun berdatangan

Semua ini memberikan gambaran dan pelajaran buat kita, bahwa hadirnya media online yang juga memberikan akses yang luas bagi partisipasi warga melalui jurnalisme warga, dapat memberi arti penting bagi pembangunan.

Khususnya di daerah yang jauh dari akses media massa dan jarang dikunjungi pejabat pengambil keputusan publik. Jadi, ayo sama-sama kita manfaatkan kehadiran media online dengan menjadi jurnalis warga dan beritakan atau informasikan problem sosial yang ada disekeliling kita.

Penulis aktif di Komunitas Penulis Maluku (Kopi Maluku)