Kokreto: Slogan Impresif untuk Kaum Muda Maluku

    0
    3294

    Oleh: Ikhsan Tualeka

    Harus diakui, orang Maluku, terutama kaum muda-nya sering diperhadapkan dengan sejumlah realitas sosio-kultural yang kurang menguntungkan.

    Kondisi geografis kepulauan yang terpisah oleh laut, tumbuh dalam budaya atau sub etnik dan bahasa yang berbeda, menguatkan ego sentris dan sulit untuk saling mengalah.

    Membuat kaum muda kerap mengedepankan sentimen kelompok, hingga terjebak dalam pertikaian dan perdebatan yang kurang produktif, pada isu-isu yang tidak substantif.

    Latar identitas seringkali pula menjadikan orang Maluku seperti ada pada kotak-kotak kecil, dalam satu kotak besar bernama Maluku.

    Satu hal yang memang menjadi bagian dari keanekaragaman budaya atau multikultural, yang sejatinya adalah kekayaan adat dan budaya.

    Namun hal ini bisa berdampak kontraproduktif manakala ada yang hanya merasa nyaman pada kotaknya sendiri, sehingga enggan membuka diri untuk melihat pada kotak yang lain.

    Atau sebaliknya kotak lain yang cenderung menutup diri. Kondisi bahkan bisa lebih buruk, bila kotak-kotak kecil yang berada dalam satu kotak besar itu merasa lebih unggul dan saling ingin meniadakan.

    Realitas ini menyebabkan terjadinya semacam ‘mental block’ atau bentuk penolakan serta kecenderungan menutup diri dan menjaga jarak dari kelompok lain.

    Sehingga sulit bagi satu individu atau kelompok untuk melangkah masuk dan diterima pada ‘kotak’ yang berbeda. Situasi segregatif tentu saja memudahkan lahirnya prasangka dan rentan terhadap konflik.

    Kondisi seperti ini dalam konteks yang lebih jauh menyebabkan terjadinya situasi yang kurang kondusif, terutama bagi anak-anak muda Maluku untuk dapat bersinergi dalam spektrum sosial yang lebih luas.

    Alih-alih bersinergi, yang terjadi justru sebaliknya. Ibarat dua orang yang sedang terperosok di dasar sumur, meski sama-sama ingin keluar, bukan saling bantu, malah saling bertikai di dasar sumur.

    Baca Juga  Permasalahan dan Solusi Sekitar Industri Maritim di Wilayah Perairan Indonesia

    Sehingga sudah menjadi kebutuhan, saat ini dan kedepan, untuk Maluku yang lebih maju adalah perlu dihadirkan semacam kultur baru bagi kaum muda untuk membuka diri dan saling menguatkan.

    Itu pula mengapa dalam beberapa waktu terakhir ini, dalam berbagai kesempatan dan forum, telah dipromosikan atau dikampanyekan satu slogan yang mempersuasi dan mencerahkan.

    Adalah Kokreto, yang merupakan akronim dari Kolaborasi, Kreatif dan Toleran. Menjadi semacam gimmick atau slogan baru yang diharapkan turut membawa angin segar bagi perubahan cara pandang.

    Mengajak kaum muda, milenial di Maluku untuk terus mengedepankan kolaborasi dalam berbagai aktivisme, serta kemauan untuk berpikir mengenai apa yang bisa dikontribusikan bersama.

    Kemudian itu diaktualisasikan atau dilakukan dengan kreatif, dengan cara-cara baru yang relevan dan adaptif dengan perkembangan atau perubahan zaman.

    Tidak pula sekedar berserakan di media sosial, di cafe dan rumah-rumah kopi atau di forum-forum terbatas. Atau menguap begitu saja setelah seremoni selesai.

    Jika itu berupa kritik dan masukan sekalipun, dibuat secara konstruktif, tidak hanya debat kusir tanpa data, penuh curiga atau dengan motif ‘like or dislike’ yang tidak berdasar.

    Dialog yang konstruktif dan terukur, penting untuk menghidupkan atmosfer saling menerima dan menghargai perbedaan pendapat, atau sikap yang toleran.

    Toleran dalam artian bisa menjaga perilaku serta ekspresi diri sehingga tidak menyinggung atau melukai perasaan individu dan kelompok lain.

    Toleran adalah bebas namun dengan tidak melanggar kebebasan orang lain. Sikap ini tidak hanya mencakup atau antar manusia semata, tapi juga dengan alam atau lingkungan.

    Dengan kolaborasi, impact atau dampak dari satu inisiatif maupun gerakan lebih besar dan luas;

    Dengan kreativitas, dapat meningkatkan nilai tambah serta melahirkan inovasi baru yang saling menguntungkan;

    Baca Juga  Membaca Fenomena Fashion Street Ala Anak Muda SCBD

    Dengan toleransi, dapat dipastikan semua yang dilakukan berjalan dalam keseimbangan, penghormatan dan saling respek.

    Kolaborasi, kreatif dan toleran atau Kokreto menjadi kata kunci yang sesungguhnya merupakan kebutuhan sosial orang Maluku yang hidup di era kekinian.

    Sebagai gimmick atau slogan baru yang impresif dan mencerahkan kaum muda Maluku, dan dapat pula digunakan sebagai tagline, juga salam pembuka dalam berkegiatan atau saling menyapa.

    Di forum-forum diskusi, seminar, talkshow, maupun di ruang kelas atau perkuliahan. Tidak hanya dalam kata-kata tapi sebagai paradigma kolektif.

    Kokreto dapat menjadi fondasi atau tiga tungku baru bagi alas pijak anak-anak muda di Maluku, sehingga lebih maju dan berdaya saing, untuk kemudian berjaya. Kokreto!

    Penulis aktif di Komunitas Penulis Maluku