Maluku Pusat Atlantis yang Hilang (Bagian Pertama)

0
843

“Kita tentu sepakat dengan peneliti Amerika yang menyebutkan Indonesia sebagai benua Atlantis. Mengacu kepada data primer sebagaimana Plato menyebutnya.”

Oleh: Nour Payapo

Ada sejumlah syarat kuat untuk membuat dugaan sementara bahwa benua Atlantis, seperti ditulis Plato dalam Timaeus dan Critias adalah Kepulauan Maluku.

Kecenderungan kepada Indonesia seperti taburan pulau-pulau di atas tepian samudera, ditulis Prof. A Santos dalam 30 tahun penelitiannya tentang Atlantis memberi kesimpulan mengejutkan: Indonesia itu daerah yang memenuhi syarat sebagai benua yang tenggelam.

Informasi tentang peradaban maju di benua Atlantis, 9000 tahun diterima Plato. Murid Socrates ini kemudian menulis dalam Timaeus dan Critias, memberi data kepada kita 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar serta gempa bumi, membuat konsentrasi es terurai, hingga berakhirlah zaman es.

Keyakinan Prof. A. Santos akan Indonesia sebagai Atlantis itu menguat setelah terjadinya tsunami besar melanda Aceh 26 Desember 2004 lalu. Dari ceklist Prof. A. Santos membandingkan lima area identik dengan Atlantis di dunia, Indonesia memenuhi semua syarat, namun Sundaland menjadi fokus. Bukan Sulawesi, kepulauan Maluku, Maluku Utara dan Papua.

Kita tentu sepakat dengan peneliti Amerika yang menyebutkan Indonesia sebagai benua Atlantis. Mengacu kepada data primer sebagaimana Plato menyebutnya.

Dari konstruksi geografi, mengamati peta rupa bumi hari ini, Maluku lebih tenggelam dibanding Sundaland jika penyebab tenggelamnya Atlantis itu karena banjir besar (tsunami) seperti uraian Plato.

Dari jumlah kepadatan gunung api, rangkaian gunung api di Maluku, Maluku Utara, kepulauan Banda menyisakan tinggalan gunung api sangat padat, dengan jarak cukup dekat.

Ditemukannya tujuh rangkaian gunung api purba di laut Banda, serta sejumlah data potensi gunung api di Buru, Seram, Ambon, dan rangkaian gunung api di Maluku Utara, mulai dari Ternate, Tidore dan beberapa pulau sekitar menjadikan Kepulauan Maluku merupakan simpul pertemuan lempeng tektonik, rangkaian gunung api.

Baca Juga  Mengapa Otonomi Khusus Harus Diterapkan di Maluku Raya?

Jika dibandingkan dengan gunung api Krakatau, di Sumatera, Jawa, Bali, terutama di Kalimantan semuanya dikatakan Prof. A. Santos sebagai Sundaland, maka gunung api di Sundaland memiliki jarak serta kepadatan sangat lebar.

Selain memiliki kepadatan tinggi, gunung api di kepulauan Maluku berimplikasi kepada jumlah intensitas gempa bumi. Pada 1 Agustus 1629, tercatat gempa berkekuatan 8,2 – 9,8 skala richter dengan episentrum terluas di Indonesia, terjadi di laut Banda. Gempa bumi di Indonesia itu tersimpul di Maluku dan pertemuan tiga lempeng tektonik tersimpul di Maluku, bukan di Sundaland.

Pada 360 SM, Plato menulis bahwa Atlantis terhampar di seberang pilar-pilar Herkules, dan memiliki armada laut yang menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM.

Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra. Ketika Atlantis baru akan menyerang Athena (Yunani), namun di luar dugaan Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir. Tidak sampai sehari semalam, daratan Atlantis semuanya tenggelam ke dasar laut.

Dua hal yang menyebabkan Atlantis tenggelam, gempa bumi dan banjir. Dapat dibuktikan, jika dibandingkan dengan Sundaland, Kepulauan di Maluku merupakan ringe of fire, simpul pertemuan tektonik dengan kepadatan gunung api, serta intensitas gempa yang sangat tinggi. (Bersambung)

Penulis adalah intelektual Muda Maluku