Mena Muria: Hantu RMS vs Blok Masela

0
3945

“RMS pernah menggunakan Mena Muria sebagai simbol perjuangannya. Namun, kalau sekarang banyak generasi muda di Maluku yang menggunakan istilah tersebut, janganlah dikait-kaitkan lagi dengan RMS” (Amir Hamzah)

TABAOS.ID,– Banyak proyek, baik di masa orde lama maupun orde baru tidak berjalan di Maluku, hanya karena adanya isu Republik Maluku Selatan (RMS). Kini Maluku memiliki proyek besar. Blok Masela.

Jangan sampai proyek ini gagal hanya karena isu lama yang tak berujung tersebut. Dulu ada istilah “Mena Muria” yang pernah digunakan RMS sebagai sebuah simbol.

Sekarang istilah itu lagi ngetrend di kalangan anak muda di Maluku. Hal yang membuat masyarakat dan tokoh Maluku perlu hati-hati dan jangan ada fobia dengan Mena Muria.

Demikian disampaikan Ketua Forum Perjuangan Kebangsaan Maluku, Amir Hamzah, di Jakarta, Selasa (31/5). Ia menjelaskan,  masyarakat Maluku punya budaya dan peradaban seperti halnya daerah lain.

Ada istilah Nunu Saku, yang melahirkan doktrin Siwa Lima dan memunculkan konsep Mena Muria. Nunu Saku berarti pohon rindang, tempat berlindung dan bernaung bagi semua orang. Nunu Saku adalah kekuatan besar yang melindungi masyarakat Maluku.

Sementara Siwa Lima memberikan gambaran bahwa masyarakat berasal dari dua kelompok, yakni pata siswa yang berarti rumpun sembilan dan pata lima yang artinya rumpun lima.

Rumpun masyarakat ini ciri khasnya akan terlihat dari model bangunan desanya yang memiliki balai agung sebagai tempat pertemuan, tempat rapat.

Sedangkan Mena Muria menjelaskan bahwa dalam hidup bermasyarakat, setiap orang harus peka terhadap lingkungan sekitar. Nah, Mena Muria ini adalah konsep geopolitik masyarakat Maluku.

RMS pernah menggunakan Mena Muria sebagai simbol perjuangannya. Namun, kalau sekarang banyak generasi muda di Maluku yang menggunakan istilah tersebut, janganlah dikait-kaitkan lagi dengan RMS.

Baca Juga  Referendum Untuk Nusantara: Menemukan Kembali Fakta Sejarah yang Dihilangkan dan Dilupakan

Mena Muria, kata Amir Hamzah, tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Maluku sebagai masyarakat yang punya peradaban. Menurutnya, Mena Muria seperti diungkap oleh dr Alexander J. Patty, teman Presiden Soekarno ketika mendirikan Partai Indonesia Maluku, istilah Mena Muria juga digunakan dan sebagai simbol perjuangan untuk merdeka.

Nah, mengapa ada permintaan agar istilah Mena Muria jangan jadi fobia? Di masa lalu, banyak proyek untuk membangun Maluku agar menjadi lebih baik dan sejahtera gagal atau dibatalkan karena isu RMS. Mena Muria dianggap sebagai separatis! Padahal tidak demikian halnya.

“Sekarang ini, bila bertemu teman, satu mengucapkan “Mena” dan lainya menjawab Muria,” katanya.

Proyek Gagal

Proyek di masa lalu yang gagal karena slogan Mena Muria adalah pengadaan Fakultas Oceanografi di Universitas Pattimura, yang merupakan bantuan dari Unisoviet dalam bidang penelitian kelautan dan kemaritiman dan proyek Dok Terapung, bantuan dari Belanda untuk perbaikan, reparasi kapal.

Proyek yang kedua ini berada di Wayane Teluk Ambon tahun 1964. Namun digagalkan hanya karena ada kabar RMS. Padahal kapal sudah sampai ke Ambon bahkan beberapa kapal sudah sempat naik dok. Proyek ini akhirnya ditarik dan tidak jelas kelanjutannya. Lagi lagi hanya karena isu RMS.

Pada orde baru, awal tahun 1973 ada rencana program pabrik gula di Makariki di Seram Utara. Masyarakat sudah menyediakan ratusan hektar lahan untuk petani tebu. Lagi-lagi batal hanya karena isu RMS.

Tahun 1987 juga ada rencana pembangunan pabrik semen di Pulau Buru dan Seram Barat dan bahan baku dinyatakan telah memenuhi syarat. Sayang, hantu bernama RMS seakan-akan masih bergentayangan.

Nah, sekarang ada Blok Masela. Jangan sampai batal dan gagal hanya karena hantu tak berwujud bernama RMS.

Baca Juga  Tekan Angka Covid-19, Sekda Himbau ASN Maksimalkan Protokol Kesehatan

Penulis: Andreas Piatu, Junalis Sinar Harapan