TABAOS.ID,- Komponen masyarakat keturunan Maluku dan Papua di Eropa, setidaknya di Belanda, berunjuk rasa di depan KBRI Den Haag (26/8). Mereka protes terkait rasisme dan diskriminasi terhadap orang Papua dan mentuntut hak kedaulatan atas Papua dan Maluku.
Koresponden tabaos.id di Belanda mengabarkan, sejumlah tokoh kedua bangsa bersaudara ini turut hadir. Atas nama Pemerintah Republik Maluku Selatan (RMS) dipengasingan, hadir Menteri Luar Negeri RMS Umar Santi dan Nyonya mendiang dr. Christiaan Soumokil Mantan Presiden ke-2 RMS. Sementara dari Papua, hadir Perwakilan ULMWP (United Liberation Movement for West Papua) untuk Eropa, Oridek Ap dan sejumlah tokoh lainnya.
Massa sekira 300-an yang terdiri dari orang Maluku dan Papua itu terlihat membawa sejumlah atribut Bendera Bintang Kejora dan Bendera Benang Raja, sejumlah spanduk juga dibentangkan, mengutuk tindakan rasial kepada orang Papua dan meminta agar Papua dan Maluku lepas menjadi negara yang merdeka.
Sejumlah orasi disampaikan secara bergantian, semua mendesak agar penjajahan di tanah Papua dan Maluku segera diakhiri. Menurut massa aksi, tindakan rasisme hanyalah puncak gunung es dari ketidakadilan dan kolonialisme Indonesia terhadap bangsa Melanesia.
Mereka juga meminta agar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk turun langsung menangani persoalan yang ada di Papua, juga mengajak orang Papua dan Maluku bersatu. Papua dan Maluku berhak untuk menentukan nasib sendiri menjadi negara yang merdeka.
“Orang Maluku dan Papua harus bersatu merebut kemerdekaan. Saling mendukung melawan penjajahan yang telah memiskinkan orang Maluku dan orang Papua. Aksi hari ini adalah bentuk solidaritas Maluku terhadap orang Papua, sebagai sesama bangsa Melanesia yang masih terjajah, PBB harus turun tangan”, tegas pria asal Negeri Tulehu itu.(T10)