TABAOS.ID,- Menyikapi dinamika perjuangan dan advokasi kepentingan Maluku yang belakangan makin mengemuka. Salah satu Intelektual muda Maluku, Pendeta Harley Pattianakotta mengajak semua elemen untuk tetap semangat.
“Hanya rakyat Maluku yang bisa mengubah ‘takdirnya’. Berharap kepada pemerintah daerah adalah baik. Namun, tak selalu mereka mau mengakomodir mimpi-mimpi pembebasan rakyat”, jelas Pattianakotta di kanal komunikasi Forum Maluku Raya (31/08).
Menurutnya Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat adalah satu kesatuan. Mereka adalah status quo yang selalu berpikir tentang kekuasaan yang langgeng, dan supaya bisa terus melenggang mereka perlu berkompromi.
“Kompromi-kompromi mereka bukan pertama-tama soal rakyat, tetapi soal keuntungan dan jabatan untuk orang-orang mereka; untuk perusahaan dan bisnis mereka”, tegasnya.
Sehingga menurut Pattianakotta, jika rakyat dan orang-orang yang menjadi bagian dari kejelataan masyarakat ingin melakukan perubahan, maka harus gigih berjuang. Harus siap menjalani jalan sunyi.
“Bila kolaborasi dengan pemda, baik kelembagaan atau individu dimungkinkan, kita syukuri hal itu. Namun, jika tidak, bahkan kalau harus berdiri berhadap-hadapan, itu juga bagian dari jalan perjuangan”, saran Pattianakotta.
Menurutnya, kita memang mesti berjuang dengan politik baku sayang. Namun, baku sayang tidak harus membuat kita tutup mulut terhadap ketidakberesan dan ketidakbenaran. Justru karena katong baku sayang, maka keadilan dan kebenaran harus dikatakan dan terus diperjuangkan.
“Toma, generasi muda Maluku. Maju dengan kehormatan dan martabat. Katong orang Maluku bukan kasta peminta-minta”, ungkapnya.
Ditambahkannya, jika diskursus itu tidak bisa ditempuh dalam ruang-ruang diskusi dengan elit, katakan itu kepada rakyat di jalan-jalan, di pasar-pasar, di alun-alun, di ruang-ruang publik terbuka.
“Dan mungkin dengan cara itu, perjuangan kaum muda tercerahkan bisa lebih menyatu dengan derita dan harapan rakyat Maluku. Doa beta untuk Basudara yang dengan tulus ikhlas berjuang untuk rakyat Maluku. Tuhan tidak tidur. Maju”, pungkas alumni Sekolah Tinggi Teologi Jakarta ini.
Penulis: M. Hamdani
Editor: Intan Tuasikal