TABAOS.ID, – Judul di atas adalah ungkapan Pulau Roma atau Nusa Riomna, Kecamatan Kepulauan Roma, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku.Pulau berjuluk emas ini memang kerap menjadi destinasi seksi bagi para penguasa dan juga pengusaha.
Namun destiansi bukan dari wisata pulaunya, namun pulau ini seksi karena hasil alamnya menjadi incaran para penguasa dan pengusaha.
Kualitas emas di pulau ini membuat, para pengusaha berlomba-lomba kerap berdatangan dan mengambil hasil dari pulau ini.
Sayangnya, hasil alam yang dianugerahkan oleh Tuhan yang maha esa hanya menjadi alasan bagi mereka untuk meraup keuntungan, tanpa memikirkan kondisi masyarakat lokal setempat. Tambang emas pun berujung konflik antara masyarakat pemilik hak ulayat dengan perusahan Gemala Borneo Utama (GBU).
Masyarakat pemilik hak ulayat harus berhadapan dengan alat negara yang melindungi perusahan. Konflik tambang emas tak hanya melibatkan pihak warga dengan perusahan, akan tetapi sejumlah warga juga dipakai untuk melindungi perusahan emas tersebut. Namun masyarakat tak pernah kenal lelah untuk berusaha menutup tambang emas tersebut.
Meski selalu mengalami kendala, namun dengan kerja semua masyarakat Pulau Roma ini, aktivitas perusahan untuk sementara bisa dihentikan. Tapi, disela-sela perlawanan melawan para penguasa dan pengusaha, masyarakat di Pulau Roma kembali berhadapan dengan fenomena yang membuat mereka begitu sulit untuk keluar dari pulau.
Kapal perintis yang biasanya menjadi sarana transportasi bagi masyarakat roma, sudah setahun ini tidak lagi menyinggahi dermaga di Desa Hila, Kecamatan pulau Roma. Kondisi memprihatikan ini membuat warga kesulitan, apalagi sebagian dari anak-anak yang mengenyam pendidikan di wilayah lainnya seperti Ambon dan Kupang Provinsi Nusa Tenggara timur kesulitan untuk datang ke pulau mereka.
Sementara untuk warga lokal setempat jika ingin berkunjung ke daerah lain mereka harus menyewa speedboat dengan biaya yang cukup mahal, barulah mereka bisa menggunakan jasa kapal di dermaga daerah lain.
“kami sudah hampir setahun ini tidak naik kapal dari Pulau Roma, kondisi ini membuat kami selaku warga juga resah dengan kondisi ini. Padahal kapal lain menyinggahi pelabuhan pelabuhan lain di Kabupaten Maluku Barat Daya”, ungkap Isack Knyarlay, salah satu warga Pulau Roma.
Lanjut Isack, dengan kondisi seperti dirinya berharap pemerintah tidak tebang pilih dan berharap kapal perintis yang biasa melayari rute pulau roma bisa beraktifitas seperti biasa.
“Iya, kita berharap campur tangan pemerintah maluku barat daya dan pemerintah provinsi dalam menangani masalah ini, karena kami selaku warga sangat sulit untuk bepergian dari pulau ini”, harap izaack
Pemuda asal Pulau Roma ini.
Ia menegaskan agar masalah tambang emas tidak dicampuradukan dengan masalah sosial masyarakat, apalagi ini menyangkut dengan transportasi laut yang menjadi kebutuhan bagi warga setempat.
Sementara itu, salah satu tokoh muda Maluku, Ikhsan Tualeka mengaku prihatin atas realitas ini. pemerintah sepertinya tidak punya kepekaan dalam melihat persoalan dan kebutuhan masyarakat yang ada di pulau-pulau terluar, terdepan dan tertinggal ini.
“Sungguh memprihatinkan, hidup di republik ini kadang tak adil bagi sebagian orang, khususnya di Kepulauan Maluku, terlebih lagi saudara-saudara kita yang ada di Kabupaten Maluku Barat Daya, yang faktanya masih hidup tertinggal. Sudah saatnya ada prioritas dan kesungguhan untuk memperhatikan mereka disana, pemerintah harus adil”, pungkasnya.(T05)