Satire Kehidupan Minions

0
1454

Oleh: Faisal Marasabessy

Beberapa tahun silam saya menonton film animasi di bioskop berjudul “Minions The Movie”.Film produksi universal studio itu membawa kesan tersendiri.

Animasi itu berkisah dari zaman prasejarah tentang para minions yang selalu berpetualang mencari seorang tuan, majikan atau bos yang akan mereka lindungi, layani danbahagiakan.

Para minions selalu berusaha mencari sosok yang hebat dan kuat untuk dijadikan majikan atau tuan bagi kaum mereka.

Juga dengan suka cita membaiat diri sebagai sebaik-baiknya pembantu meski selalu berakhir dengan kematian bos atas ulah, kesalahan atau kekonyolan mereka sendiri.

Setelah gagal dalam perannya yang berdampak pada terbunuhnya atau hancurnya bos-bos mereka akibat tingkah-tingkah konyol mereka itu.

Para minions itu akhirnya lelah dan memutuskan untuk berhenti mencari bos atau tuan selanjutnya. Mereka memilih bersembunyi di satu gua di antartika.

Kehidupan minions-minions tersebut lambat laun menjadi tidak bahagia karena mereka tidak memiliki tuan yang bisa membuat kehidupan mereka ceria.

Akhirnya salah satu dari mereka memutuskan keluar dari gua untuk kembali berpetualang mencari bos baru bagi mereka yang bisa kembalikan keceriaan kaum minions itu.

Hal itu lama kembali terjadi, diakhiri dengan kematian para bos yang mereka anggap kuat yang juga atas kesalahan mereka.

Dari semua petualangan akhirnya mereka sadari yang bisa menjadi tuan dan bos adalah dari golongan mereka sendiri.

Para minion itu pun sadar kalau yang mengerti dan bisa ceriakan kehidupan mereka adalah dari golongan mereka. Bukan dari kalangan bos yang beda frekuensi.

Cerita minions membawa kesan tersendiri, yang mengajarkan kita untuk tidak bergantung pada orang lain.

Apalagi bukan dari yang bisa mengerti dan memahami, tapi dari kelompok yang gemar memanfaatkan kelompok di bawahnya.

Baca Juga  Ekspor Maluku Januari - Maret, Capai 779,72 Ton

Intisari yang bisa kita ambil dari kisah animasi minions ini adalah kita tidak perlu bersusah payah mencari dan menggantungkan kebahagiaan kita pada orang lain.

Kita memiliki potensi untuk semua itu. Potensi untuk menjadi kuat, potensi untuk menjadi tuan, potensi untuk menjadi bos. Bahkan potensi untuk lebih besar dan hebat dari bos-bos itu.

Potensi untuk ceriakan, bahagiakan kehidupan dengan cara sendiri. Sebab pada orang-orang yang dianggap kuat kadang bisa hancur oleh perbuatan yang mengaku sebagai loyalis sejati.

Kebahagian dalam hidup adalah tergantung bagaimana persepsi kita, cara pandang kita dalam melihat realitas hidup serta cara memaknai hidup itu sendiri.

Berhentilah bergantung pada orang lain. Kita semua punya potensi dan kemampuan.

Ini adalah potongan cerita produksi Hollywood yang bisa menjadi bahan refleksi buat para pengabdi, yang telah menyerahkan diri tanpa syarat pada para pembual kehidupan.

Penulis adalah Founder Beta Paruru