Suwakul : Diperlukan Penanganan Serius Pemerintah
TABAOS. ID, – Setelah berjuang melawan penyakitnya, seorang bocah di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Daerah Bula, Minggu (4/3/2019) sekira Pukul 03.00 wit.
Mika Keliata bocah berusia 9 Tahun Asal Dusun Wawasa Desa Amarsekaru, Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur terbaring kaku di ruang rawat inap RSUD Bula.
Sebelum meninggal, bocah malang ini sempat mendapatkan perawatan selama 7 Hari di Rumah Sakit Umum Daerah Bula. Akan tetapi penanganan dan upaya oleh pihak rumah sakit tidak membuahkan hasil, dan Mika harus menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu Pukul 03.00 WIT.
Bocah yang akrab dipanggil Mika ini merupakan penderita penyakit TBC tulang yang berasal dari dusun Wawasa Desa Amarsekaru, Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram bagian Timur.
Untuk mendapatkan perawatan yang layak, pihak keluarganya harus menempuh perjalanan panjang bersama pasien dan menyebrangi lautan menggunakan longboat atau kapal, hanya untuk mendapatkan perawatan yang maksimal di Ibu kota Kabupaten.
Sayangnya keterlambatan transportasi membuat dirinya harus menunggu di kampungnya, belum lagi cuaca ekstrim yang melanda perairan Seram bagian Timur. Akibatnya penyakit yang diderita bertambah parah.
Hal tersebut disampaikan salah seorang perawat di Kecamatan Pulau Gorom, saat dikonfirmasi tabaos. id via telepon seluler menjelaskan kondisi tersebut.
Dijelaskan, diagnosa awal Pasien Mika Keliata sewaktu ditangani di Puskesmas Kecamatan Yakni TBC Tulang dan Kurang Gizi. Senin, (04/03/2019)
” Diagnosa almarhumah Mika Keliata menderita TB tulang dan kurang gizi. Akhirnya kita rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Bula untuk mendapatkan perawatan intensif. ” Kata dia.
Namun, saat ditanya penyakit yang diderita oleh almarhum, mantri yang bertugas di Kecamatan Gorom ini enggan berkomentar.
Pihak RSUD Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur juga enggan berkomentar pasca meninggalnya almarhum Mika di Rumah Sakit, minggu kemarin.
Kejadian Luar Biasa (KLB) ?
Atas kejadian tersebut, Pemerhati Sosial, Ferdy Suwakul menyayangkan penanganan terhadap para pasien penderita gizi buruk yang terjadi berulang kali. Untuk itu, dirinya mendesak pemerintah daerah agar segera menetapkan kondisi tersebut sebagai kejadian luar biasa (KLB).
” Kasus seperti ini seharusnya Dinas Kesehatan setempat segera menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) Karena Kasus Seperti ini Sering ditemukan. ” Ungkap Dia
Selain itu, mantan ketua EK-LMND Wilayah Maluku ini mendesak Pemerintah Daerah lewat Dinas teknis dalam hal ini, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Kabupaten Seram Bagian Timur beserta jajaran dibawahnya untuk melakukan swiping sehingga bisa dipastikan Negeri ini bebas dari Gizi Buruk.
” Sudah semestinya pihak pihak terkaid harus melakukan swiping di setiap Dusun, Desa, dan Kecamatan di Daerah Ini, harus ditingkatkan penyuluhan kesehatan extra kuat sehingga permasalah seperti ini dapat diberantas sampai ke akarnya,” Pintanya
Diperlukan Penanganan Serius Pemerintah
Kasus gizi buruk berulangkali menyerang anak-anak di Seram Bagian Timur (SBT) Tidak ada penanganan serius menjadi penyebab utama, munculnya kasus ini. Hingga kini, dari data Dinas Kesehatan sebanyak 44 anak di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) pada 2018 terserang gizi buruk.
Jumlah ini diperoleh dari evaluasi Januari, Oktober dan November 2018.
Pemerintah Kabupaten SBT dinilai lemah karena tidak mampu mengelola pangan lokal untuk meningkatkan taraf hidup warga atau masyarakatnya yang bermukim di pedesaan.
Hanya saja menyangkut informasi tersebut pihak RSUD Bula, hingga kini belum memberikan keterangan secara resmi.
Dilansir dari Harian Spektrum.com, pada tanggal 14/12/2018 dengan judul “SBT Lumbung Gizi Buruk” yang menyatakan sebelumnya, november 2018, ada empat orang anak di kabupaten SBT terserang gizi buruk masih dirawat oleh tim medis secara intensif di Rumah Sakit Umum Daerah Bula, Ibukota Kabupaten SBT.
Mereka rata-rata adalah Balita. Masing-masing, dua orang kakak beradik yakni Ona Lasari (3 tahun) dan Ishak Lasari yang berusia 1 tahun 10 bulan, Indra Rumalutur (1 tahun 7 bulan), dan Amar Kotawasih (4 tahun 5 bulan).
Ona Lasari dan adiknya Ishak Lasari merupakan penderita gizi buruk asal kecamatan Seram Timur, Indra Rumalutur berasal dari kecamatan Tutuk Tolo, dan Amar Kotawasih merupakan penderita gizi buruk yang berasal dari kecamatan Pulau Panjang.
“ Yang pertama masuk dari Geser (Seram Timur-red) sudah satu Minggu di sini (RSUD Bula). Kemudian yang dari Kecamatan Tutuk Tolo, lalu yang dari Pulau Panjang,” ujar Dokter Spesialis Anak RSUD Bula, dr. Hasriza Eka Putra kepada wartawan di ruang kerjanya, pekan lalu.
Dia menerangkan, saat pertama kali masuk di RSUD, berat badan Ona Lasari 7 kilogram, Ishak Lasari 6 Kilogram, Amar Kotawasih 11 Kilogram, dan Indra Rumalutur 6,3 Kilogram. Menyangkut kondisi empat anak tersebut, dia mengaku, yang lebih parah/buruk adalah Indra Rumalutur.
“Jadi, untuk kasus gizi buruk,
kondisi pasien itu kita lihat penyakit penyertaannya yang buruk. Dan memang
yang paling buruk adalah anak dari Tutuk Tolo, yang mana mengalami komplikasi
lebih buruk dari tiga pasien lainnya. Penurunan kesadaran per hari,”ungkapnya.
Sementara itu, lanjut dr. Hasriza Eka Putra, kondisi Ona Lasari dan adiknya
Ishak saat ini sudah membaik. “ Yang satu (Ishak-red) kondisinya bagus. Sudah
fase rehabilitasi. Yang satunya lagi (kakaknya), juga sudah bagus dan dalam
masa transisi ke fase rehabilitasi,” terangnya.
Sedangkan kondisi Amar Kotawasih, menurut dr. Hasriza Eka Putra, masih sama saat pertama kali masuk di RSUD Bula. “Yang dari Pulau Panjang itu baru masuk. Jadi, kondisinya masih sama seperti saat saya terima,” akuinya
Hingga Tahun 2019 ini sudah sedikitnyar 9 orang yang ditemukan gizi buruk, 4 dirawat di RSU Bula, 5 lainnya di Desa Tamher Timur Kecamatan Teor, mirisnya 1 diantaranya meninggal.
4 pasien yang dirawat di RSU Bula satu diantaranya juga telah meninggal, minggu (3/3/ 2019) kemarin atas nama Nika Keliata yang dirujuk dari puskesmas Amarsekaru Kecamatan Pulau Gorom pada tanggal 23 februari 2019.
Nika Keliata selain menderita gizi buruk ia juga didiagnosa menderita penyakit TBC paru dan TBC tulang. (T07)