Suara Milenial: Salut! MI Membuka Jalan untuk Belajar Sesungguhnya, Tatap Muka di Sekolah

0
2067

“Dukungan dari Gubernur Murad Ismail terhadap proses belajar tatap muka tentu menunjukan kapasitas sebagai seorang pemimpin yang visioner dan peduli terhadap pendidikan.”

Oleh: Darly Berlian Florine Lekatompessy

Masa Pandemi Covid-19 sungguh menjadi dilema bagi berbagai kalangan di masyarakat. Banyak keluhan yang mengemuka, bukan di bidang ekonomi saja tapi juga terkait persoalan pendidikan.

Padahal seperti diketahui, pendidikan sangat penting. Apalagi pendidikan formal, seperti yang dilaksanakan di lembaga lembaga Pendidikan Usia Dini, (PAUD), Taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), menengah pertama (SMP), menengah atas (SMA), hingga perguruan tinggi. 

Menyikapi Kondisi yang ada, untuk tetap melancarkan proses belajar-mengajar maka diadakan sistem belajar daring atau online dengan memanfaatkan teknologi informasi atau komunikasi melalui smartphone dan laptop. Serta menggunakan media pembelajaran atau aplikasi seperti Zoom meeting, Google classroom, Google meet, dan lain sebagainya.

Namun harus diakui, dalam pemanfaatan tersebut pastinya ada sejumlah kelemahan. Antara lain; Pertama, peserta didik kurang fokus saat belajar, apalagi kalau cara belajarnya terlalu fleksibel. Akhirnya siswa kerap  tidak serius atau menganggap enteng pelajaran.

Kedua, materi yang disampaikan oleh pengajar tidak tersampaikan dengan baik, disebabkan oleh jaringan internet. Kemudian karena pada dasarnya manusia lebih ingin terlibat langsung atau berinteraksi secara tatap muka, sehingga dengan belajar online pelajar kerap tidak bersemangat untuk menerima pelajaran.

Belum lagi soal pendidikan formal itu ada yang namanya teori dan praktek. Apalagi di perguruan tinggi, sebagai mahasiswa harus realistis terhadap teori yang dikemukakan sehingga memerlukan adanya praktek. Namun dengan metode daring, semua serba terbatas sehingga sering terjadi belajar teori tanpa praktek.

Ketiga, diperlukan paket internet atau peserta didik harus tersambung dengan jaringan internet (wifi). Bersyukurlah untuk yang berasal dari keluarga berada dan sudah dilengkapi segala fasilitas belajarnya. Tapi kalau dari keluarga pas-pasan? Soal ini, sudah pasti berat.

Apalagi dengan pembagian harga pembelian paket internet di kawasan timur, termasuk atau masih tergolong mahal bila dibandingkan dengan di Pulau Jawa. Jadi semakin memberatkan para siswa atau mahasiswa yang berada di kawasan timur Indonesia termasuk di Provinsi Maluku.

Itu adalah sejumlah catatan minus metode belajar secara daring atau online. Sebaliknya belajar tatap muka bagaimanapun adalah pembelajaran yang lebih ideal sejauh ini. Setidaknya ada empat alasan ideal pembelajaran tatap muka:

Pertama, interaksi dan komunikasi lebih mudah. Tidak seperti belajar secara daring, belajar tatap muka masih dianggap paling ideal, karena proses komunikasi dan sosialisasi akan terjalin secara langsung, sehingga informasi dan materi yang diberikan juga akan lebih mudah dicerna dan dipahami oleh murid.

Kedua, pembelajaran lebih efektif. Kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka ternyata lebih efektif dibandingkan dilakukan secara online. Pembelajaran penuh secara daring akhir-akhir ini banyak menimbulkan keluhan dari peserta didik maupun orang tua.  Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat.

Bagaimanapun, pembelajaran terbaik adalah bertatap muka dan berinteraksi dengan guru dan teman-teman. Dalam proses belajar-mengajar secara tatap muka ada nilai yang bisa diambil oleh siswa, seperti proses pendewasaan sosial, budaya, etika, dan moral yang hanya bisa didapatkan dengan interaksi sosial di suatu area pendidikan.

Ketiga, media pembelajaran lebih familiar. Salah satu kendala utama yang dihadapi guru maupun murid selama menjalani pembelajaran secara daring adalah berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber maupun media pembelajaran daring. 

Sumber belajar daring sejauh ini belum begitu familiar dan mudah dipahami oleh para guru juga para murid terutama yang berada di wilayah 3T (terluar, terdepan, tertinggal). Meskipun sebenarnya sumber belajar dan portal daring sudah banyak disediakan oleh Kemdikbud dan lembaga pendidikan lainnya secara gratis.

Namun para guru masih banyak mengalami kesulitan dalam memanfaatkan dan mengelola berbagai sumber dan media pembelajaran online, begitupun yang dialami murid dan para orangtua. Pembelajaran tatap muka memungkinkan media pembelajaran menjadi simple.

Keempat, mudah dalam penilaian karakter. Salah satu aspek yang sulit diajarkan dan diidentifikasi ketika pelaksanaan belajar secara daring adalah berkaitan dengan pendidikan karakter dan moral. Tentu saja idealnya untuk mengukur karakter siswa haruslah dengan berinteraksi dan menganalisis secara langsung.

Selain itu hal paling penting dari pendidikan karakter adalah berkaitan dengan keteladanan. Sehingga itu perlu adanya praktik baik dan analisa secara langsung dari guru agar benar-benar memahami karakter dan juga sikap setiap siswa. Sehingga model pembelajaran yang paling memungkinkan adanya penerapan nilai-nilai karakter secara optimal adalah dengan jalur tatap muka atau belajar secara konvensional. 

Beberapa point di atas tentu menegaskan bagaimana pentingnya belajar tatap muka. Itu pula mengapa kemudian saat mendengar pernyataan orang nomor satu di Maluku, Gubernur Murad Ismail, yang meminta agar penyelenggaraan pembelajaran di sekolah dapat dilaksanakan secara tatap muka, menjadi kabar menggembirakan.

Hal tersebut disampaikan saat rapat koordinasi dalam rangka evaluasi pembukaan sektor pendidikan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Provinsi Maluku yang dibuka oleh Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan secara virtual pada Kamis 26 Agustus 2021. Pernyataan yang memberikan sinyalemen kuat kalau sebagai Gubernur, Pak Murad menyadari bahwa pendidikan penting dan strategis apalagi pendidikan formal. 

Dalam kesempatan itu Gubernur Murad juga menjelaskan bahwa ada 10 kabupaten dan kota yang telah menyelenggarakan proses belajar tatap muka secara langsung, namun masih dibatasi kehadiran siswa di kelas sebanyak 50 persen. Gubernur juga menegaskan bahwa dengan turunnya status PPKM di Kota Ambon yang kini sudah menjadi level 3, maka sekolah-sekolah di Ambon yang masih berlangsung daring sudah bisa dibuka dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.

Hal tersebut bisa menjadi bagian dari implementasi Surat Keputusan Bersama 4 Menteri yaitu Mendagri, Menteri Pendidikan, Menteri Agama, dan Menteri Kesehatan, tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa Pandemi Covid-19. Yaitu dengan menurunya status PPKM daerah-daerah di Maluku saat ini sudah memungkinkan agar pembelajaran berlangsung secara tatap muka terbatas.

“Pembelajaran di sekolah sudah bisa dilakukan secara tatap muka terbatas, disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan,” ungkap Gubernur Murad Ismail.

Dukungan dari Gubernur Murad Ismail terhadap proses belajar tatap muka tentu menunjukan kapasitas sebagai seorang pemimpin yang visioner dan peduli terhadap pendidikan. Meski nantinya belajar tatap muka yang disarankan itu dilakukan secara terbatas dan tetap menjalankan protokol kesehatan.

Itu artinya kerinduan untuk kembali belajar, berinteraksi di sekolah termasuk universitas dan lembaga pendidikan yang lainnya mulai menemukan secercah harapan. Sehingga jika tak ada aral melintang, sekolah akan ada pada interaksi langsung, yang memungkinkan semangat belajar peserta didik semakin meningkat, dengan demikian materi yang disampaikan akan lebih diterima dengan baik karena adanya interaksi secara langsung. Kokreto!

Ambon, 30 Agustus 2021

Baca Juga  Blok Masela Bukan Alat Negosiasi Kursi Menteri Bagi Maluku

Penulis adalah musisi dan mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM), juga aktif dì Ikatan Cendekiawan Muda Maluku. Catatan ini untuk turut menandai dua tahun kepemimpinan Gubernur Murad Ismail.