Cerita sosok Serka La Adam, Babinsa yang mengajar puluhan siswa putus sekolah di Desa Funanayaba, Pulau Seram

0
42014
Suasana belajar mengajar di Sekolah Persiapan SD Funanayaba, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur. Terlihat, Serka La Adam tengah memberikan pelajaran untuk para siswa. Foto : Pendam XVI Pattimura

TABAOS.ID,- Menjadi seorang tentara tak harus selalu menggenggam senjata untuk melindungi Negara, namun pengabdian dan dedikasi juga bisa diwujudkan melalui cara lain, tentunya dengan membantu masyarakat sekitar.

Adalah Serka La Adam anggota TNI yang bertugas sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) Desa Funanayaba, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku.

Serka La Adam merupakan satu dari sekian anggota TNI Kodam XVI Pattimura yang harus mengabdikan diri sebagai abdi masyarakat dan Negara untuk mempertahankan Negara dari gangguan musuh yang ingin menghancurkan persatuan dan kesatuan NKRI.

Babinsa La Adam (45) bersama siswa-siswi SD Persiapan Funanayaba, tampak dibelakang merupakan bangunan Sekolah yang terbuat dari papan dan atap rumbia

Foto : Pendam XVI Pattimura

Namun tidak hanya menjaga keamanan semata, cerita yang menarik dari Serka La Adam sendiri adalah bisa mengabdikan dirinya untuk mengajarkan puluhan anak-anak putus sekolah di daerah terpencil.  

Saat dihubungi tabaos.id lewat selulernya, kamis (14/02/2019) malam, Pria berdarah Buton ini mengaku pengabdian yang dijalankan saat ini, semata-mata hanya karena keterpanggilan serta terketuk hati nuraninya untuk melihat kondisi tersebut.

Serka La Adam sendiri harus mengabdikan dirinya menyelamatkan Generasi Bangsa yang terancam tak bisa menikmati masa depan dan cita-cita mereka. Meski terasa sulit awalnya namun, sang Babinsa ini bisa menjalani hari-hari dirinya sebagai Babinsa sekaligus Guru.

Selain menyelamatkan generasi penerus bangsa dari ketertinggalan dan buta huruf, Serka Adam mengabdikan dirinya tanpa Pamrih tanpa digaji oleh Pemerintah atau orang tua siswa-siswinya.

La Adam sendiri harus mengabdikan dirinya lantaran dirinya merupakan satu-satunya tenaga pengajar di di Sekolah Persiapan SD Funanayaba.

Anggota Koramil 1502 – 10/Werinama ini menyampaikan bahwa panggilan jiwanya tersebut, semata-mata karena rasa hiraunya terhadap masa depan anak-anak kecil nan lugu tersebut.

 “Saya sadar, bawa secara kemampuan, sebagai anggota TNI, kita tidak diberikan kemampuan mengajar sebagaimana yang dimiliki para guru.  Namun, demi melihat mereka (anak-anak), terbayang dalam pikiran saya, seperti apa nasib dan masa depan mereka,” imbuhnya.

Baca Juga  Berhasil Di Jepang, Warga Kota Ambon “Bangga”

Kekurangan tenaga pengajar dan sarana pendukung dirasakan sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar di daerah terpencil.

Tenaga pengajar atau guru merupakan komponen terpenting yang harus ada di dalam proses belajar-mengajar di sekolah selain siswa itu sendiri.dan hal ini terjadi di Desa Funanayaba, Kec Werinama, Kab Seram Bagian Timur (SBT). Desa Funanayaba merupakan sebuah Desa terpencil yang terisolasi tanpa ada  akses jalan raya.



Tak ada pilihan lain, kondisi inilah yang membuat Serka La Adam, harus mengabdikan dirinya untuk mengajar di Desa tersebut.

Menurut La Adam, sebagian besar putra-putri masyarakat Desa Funanayaba  tidak bersekolah karena selain tidak ada guru juga minimnya sarana dan prasarana pendukung seperti gedung serta buku pelajaran yang dimiliki sekolah. Selain itu animo masyarakat untuk bersekolah masih sangat rendah.

Hal inilah membuat Bintara Pembina Desa (Babinsa ) Desa Funanayaba ini, memberikan pelajaran di Sekolah Persiapan SD Funanayaba.

Proses belajar mengajar ini merupakan bagian dari pembinaan teritorial dari satuan Komando Kewilayahan kepada warga masyarakat yang berada di desa terpencil,  salah satunya dengan dibekali buku petunjuk dari guru lainnya.

Serka La Adam dalam kesehariannya mengajar hanya memberikan materi pelajaran sesuai dengan buku petunjuk yang diberikan, agar tidak keluar jalur dari materi pelajaran yang diajarkan.

 “Sebagai seorang Babinsa, saya merasa terpanggil untuk berbagi ilmu kepada para siswa di sekolah tersebut, saya harus tahu keluhan yang di rasakan warga Binaan saya,”ujarnya.

Menurut ayah dari dua anak ini, kondisi siswa-siswi di sekolah pedalaman sangat jauh berbeda dengan siswa-siswi di perkotaan.

 “Ini adalah potret umum siswa-siswi di pedalaman yang memang sangat memprihatinkan,” ungkapnya.

Meski terlihat sulit, namun Serka La Adam tetap menekuni profesi tambahan sebagai tenaga pendidik di Sekolah Dasar itu.

Baca Juga  Gubernur Maluku: Festival Hadrat Potensial Jadi Ikon Wisata Budaya Daerah

Sebagaimana pengalamannya selama 23 tahun berdinas  sebagai anggota TNI AD, ayah dari 2 (dua) orang anak laki-laki ini, membulatkan tekad mengajar anak-anak sekolah dengan segala kemampuan yang dimilikinya.

“Bermodalkan buku petunjuk yang ada, pelan-pelan (secara bertahap), saya berikan materi pelajaran kepada anak-anak di Sekolah Persiapan SD Funnayaba, dengan sarana yang seadanya di sekolah ini,” akui pria asal suku Buton yang Lahir di Maluku Tengah, 45 tahun lalu ini.

“Itu supaya tidak keluar jalur, dari materi yang diajarkan,”imbuhnya.

Baginya, jabatan selaku Babinsa merupakan pengabdian lanjutan tanpa batas.

“Sebagai Babinsa, membantu warga sekitar adalah suatu kehormatan, kebahagiaan dan keceriaan mereka menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya,” ujar La Adam.

Menurut pria 45 tahun itu, keluhan warga baginya laksana palu pengetuk batin dan pikirannya untuk melakukan sesuatu, agar mereka terhindar dari kesulitan yang dialami warganya.

 “Apalagi seperti saat ini, keterisoliran (desa) mereka  sudah menjadi penghambat masa depannya. Jadi jika bukan kita, siapa lagi, dan yang paling utama bagi saya adalah mau berbuat dan yakin, sedikit banyak yang saya lakukan pasti ada manfaat bagi masyarakat,”tegasnya.

Saat ini Sekolah Persiapan SD tersebut baru memiliki  3 kelas dengan jumlah murid sebanyak 27 orang. “ Kelas 1 sebanyak 11 Orang, Kelas 2 sebanyak 9 orang  dan kelas 3 sebanyak 7 Orang,”rinci-Nya

Lanjut La Adam, Pemerintah sedang berupaya untuk membuat sekolah Dasar  persiapan dengan mendatangkan 1 orang tenaga  guru honorer. Sebelumnya ada satu guru honorer yaitu lbu Jamila.

 “Menyikapi hal ini maka kami akan berkoordinasi dengan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), agar dapat memenuhi dan mendukung kebutuhan di Sekolah SD Funanayaba ini” ujar La Adam.

Kesulitan Sarana Transportasi

Tak hanya, miskin sarana dan prasarana belajar semata, namun Desa Funanayaba  juga sangat miskin  dari pembangunan infrastruktur, baik jalan maupun jembatan.

Baca Juga  Pertamina- Pemprov Maluku Tandatangani MoU Rekonsiliasi Data PBBKB

Desa Funanayaba ini  merupakan sebuah  desa yang terpencil dan terisolasi di Timur Pulau Seram, tepatnya di Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku.

Mirisnya, untuk sampai ke Desa ini, jarak ditempuh untuk sampai ke desa ini hampir tiga jam dengan berjalan kaki. Dan jika menggunakan kendaraan roda empat hanya bisa digunakan mobil  hailux. Jarak tempuh inipun ditempuh dari ibukota Kecamatan Werinama.

Menurut La Adam, Kondisi tersebut membuat masyarakat sangat tertinggal, dibandingkan dengan desa lainnya, di Kabupaten Seram Bagian Timur.

“keterisoliran (desa) mereka  sudah menjadi penghambat masa depannya,”Tutur La Adam

Untuk itu, dirinya mengharapkan adanya perhatian serius dari Pemerintah Daerah untuk membangun Infrastruktur berupa jalan raya di sana.

Sementara itu, selain minim Infrastruktur  Lanjut La Adam, Sekolah  Dasar tersebut didirikan atas dasar partisipasi masyarakat.

“Karena di desa itu tdk ada sekolah, sehingga masyarakat mendirikan sekolah tersebut secara swadaya, pada akhir 2018 kemarin,”Ungkap Dia

Apresiasi Kodam XVI Pattimura dan Keterisolasian Desa-desa di Pulau Seram

Meski tak banyak yang tahu dan memberikan apresiasi kepada La Adam, Babinsa Funanayaba Koramil 1502 – 10/Werinama, namun bagi Kodam XVI Pattimura La Adam, Babingsa Desa Funanayaba ini perlu diberikan apresiasi dan penghargaan atas Jasa dan Pengabdiannya di daerah terisolasi dan terpencil.

Hal ini disampaikan Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI. Marga Taufiq, melalui Juru Bicara Kodam XVI Pattimura menjelaskan ditengah minim prasarana belajar mengajar, Babinsa Serka La Adam mengajar puluhan anak putus sekolah di desa terpencil dan terisloasi, Desa Funannayaba.

Juru Bicara yang juga adalah Kepala Penerangan Kodam XVI (Kapendam) Pattimura Kolonel Arm Sarkistan Sihaloho mengungkapkan tidak adanya akses jalan raya, menjadikan Desa  Funanayaba sebagai desa yang terpencil dan terisolasi.

“Desa yang terletak di Pulau Seram ini, berada di wilayah Kecamatan Werinema, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), disana masih banyak anak-anak yang putus sekolah, bahkan tidak dapat bersekolah,” terang Sihaloho.

 “Tidak hanya karena faktor animo masyarakat, juga karena tidak adanya guru dan minimnya sarana belajar mengajar,” tambahnya.

Situasi tersebut, sambung Sihaloho, membuat Babinsa Funanayaba (Serka La Adam) terketuk batinnya dan terpanggil serta turut bertanggungjawab atas apa yang dialami oleh warga binaanya.

“Yaitu membantu mengajar anak-anak yang putus sekolah dan yang belum bersekolah,” tandasnya.

Untuk itu, kami (Kodam XVI Pattimura) sangat berterima kasih dan memberikan apreasiasi bagi babinsa La Adam karena telah berjasa dan mengabdikan dirinya bagi Negara, tidak hanya menjadi seorang tentara, namun lebih dari itu menjadi seorang Pengajar atau Guru. (T05)