Youth Empowering National Seminar – IndoEast Network

0
1486

Catatan: Elviliana Watopa

Banyak diskusi yang terjadi di seluruh dunia tentang bagaimana krisis COVID-19 akan mengubah seluruh bagian kehidupan manusia. Banyak orang di seluruh dunia memikirkan skenario yang mungkin terjadi dan tampaknya mayoritas yakin bahwa akan ada “normal baru”.

“Saya tidak memiliki bola kristal, saya juga tidak dapat memprediksi masa depan, tetapi saya juga merasa yakin bahwa kami tidak akan kembali ke apa yang kami ketahui sebagai normal.”

Jadi apa maksudnya itu? Seperti apa tampilan normal “baru” kami. Artikel terbaru oleh Forbes menunjukkan setidaknya sebagian dari masa depan di mana penulis menyarankan bahwa akan ada kombinasi dua konsep:

“desain di mana-mana, produksi di mana-mana” dengan “berikan produk yang dipersonalisasi dengan cepat, dengan cara yang berkelanjutan dan terjangkau untuk massa pasar.”

McKinsey juga memiliki beberapa perspektif yang menarik. Menurutnya, untuk beberapa organisasi, kelangsungan hidup jangka pendek adalah satu-satunya item agenda. Yang lain mengintip melalui kabut ketidakpastian, memikirkan tentang bagaimana memposisikan diri mereka setelah krisis berlalu dan segalanya kembali normal.

Meskipun tidak ada yang dapat mengatakan berapa lama krisis akan berlangsung, apa yang kita temukan di sisi lain tidak akan terlihat seperti normal beberapa tahun terakhir. Melalui itu semua, inovasi teknologi akan terus berlanjut, dan nilai peningkatan pengetahuan manusia tidak akan berkurang. 

Terlepas dari penderitaan manusia yang luar biasa dan kekacauan ekonomi yang ditimbulkannya, pandemi saat ini akan berlalu. Kemudian, waktu sekali lagi akan menjadi sumber daya yang langka dan efisiensi akan sangat penting.

Sementara itu, orang harus mempertimbangkan apa yang menjadi peluang untuk meningkatkan diri mereka dan dapat mengambilnya untuk menangani tantangan dalam normal baru ini.

Untuk itu IndoEast Network berinisiatif mengadakan seminar sebagai langkah kecil berbagi ilmu dan membahas bagaimana mempersiapkan diri menghadapi normal baru, terutama bagi kaum muda yang mungkin merasakan ketidakpastian dalam situasi tersebut.

Tema yang diangkat adalah Facing New Normal: a Challenge or an Opportunity” (Menghadapi Normal Baru: Tantangan atau Peluang)

Tujuan dari kegiatan ini antara lain: Berbagi ilmu dan berdiskusi tentang bagaimana Generasi Muda Indonesia mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan menghadirkan beberapa pembicara yang berkualitas.

Waktu pelaksanaan kegiatan pada, Sabtu, 19 September 2020, Pkl.11:30-14:00 WIB, dengan link yang telah dibagikan melalui instagram @indoeastnetwork.

Acara akan dipandu oleh Azalea Johannes penulis muda berbakat lulusan Amerika dari Nusa Tenggara Timur. Diskusi akan dibuka atau Opening Speech by: Widya P. Muradsosok inspiratif dan collaborative women yang terus aktif dan berupaya membangun kolaborasi dikalangan anak muda Indonesia timur dan Ikhsan Tualeka Founder and CEO IndoEast Network.

Session Details

1. Professional Life: Start stronger. Do better. Go further by Rizqi Utami 

Profile: Rizki Utami – Co Founder and Strategic Lead Product & Marketing Klob.

Klob adalah sebuah inisiasi yang dibuat oleh sekelompok anak muda yang percaya bahwa perilaku ‘lamban’ adalah musuh terbesar kesuksesan; ide-ide kreatif harus dihargai; serta keberagaman dan kolaborasi adalah hal yang penting di era yang serba digital ini.

Misi Klob adalah membuat semua orang sukses dengan hidupnya, serta menyatukan semua keberagaman yang ada dalam satu dunia yang lebih bahagia. Kami ingin berkontribusi dan memberikan dampak positif dengan kreativitas, semangat, dan kerja keras.

2. Lifting Local Potential by Simon Tabuni

Profile:  Simon Tabuni – Founder Papua Muda Inspiratif, Owner Anggimart Fruit and Vegetable.

Simon Tabuni S.S,.M.A | Profesi: linguist, pengajar dan peneliti, pengusaha muda Papua (fouder PMI, inisiator Anggimart dan Gerakan Angkat Mama Papua)

Pengalaman (peneliatian utama): Simon pernah terlibat sebagai peneliti utama Bahasa Lani Barat dalam projek ‘“Documentation Summits in the Central Mountains of Papua” disponsori oleh MPI (Max Planck Institute for Science dan Human History) dan DoBES Archive.

Sumber pendanaan dari Volkswagen fundation, Germany (2012-2014). Saat ini, Simon sedang menangani projek pendokumentasian bahasa Kais sebagai research assistant. Projek tersebut dibiayai oleh ELDP Endangered Language Documentation Programme dan disupport oleh Arcadia fund dan ELAR archive, SOAS University of London.

Pelatihan: pada tahun 2018 mengikuti pelatihan pendokumentasian bahasa yang diselengarakan oleh ELDP dan ELAR (endangered language archive) di SOAS, Inggris. Kemudian di tahun yang sama pada bulan Desember dia diundang

Mengikuti kegiatan Linguistic Summer School 2018 di Australia National University, yang mana diselengarakan oleh ARC Centre for Excellent for the Dynamics of Language.

Pendidikan: beliau menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) di bidang Linguistik pada Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Papua (UNIPA) (2008-2014). Kemudian menyelesaikan Pendidikan Magister (S2) di bidang linguistics fokus pada program Pendokumentasian dan Pendeskripsian (dan preservasi/revitalisasi) Bahasa di SOAS (School of Oriental and African Study), University of London (2017-2018). Saat ini, posisi dia adalah sebagai staf research/peneliti pada divisi CELD Centre for Endangered Language Documentation, Pusat Penelitian Bahasa dan Budaya, Universitas Papua. Disamping itu, dia juga adalah seorang staf pengajar (Dosen LB) di Fakultas Sastra dan Budaya (linguistik), UNIPA.

Organisasi: Pada tahun 2019 beliau mendapat kesempatan untuk bertemu Bapak Presiden Indonesia, Bapak Jokowi Widodo bersama 23 pemuda/i Papua dan kemudian Bersama mereka membuat suatu Gerakan yang dinamakan PMI (Papua Muda Inspiratif). Beliau kemudian membuka sebuah Yayasan pada tahun 2019 November yang bergerak di bidang (pelestarian) bahasa-budaya, (pelatihan & pembinaan) parawisata, dan ekonomi kreatif. Yayasan ini dinamakan K O B A N I. Project pertama yang dikerjakan adalah project Wisata Sagu Kais.

Selain wisata sagu Kais, Simon juga menjalankan usaha Toko Sayur Online di Manokwari, yang dinamakan Anggimart. Anggimart bertujuan untuk memberikan opsi berbelanja bagi masyarakat Manokwari di tengah pandemic dan juga membantu mama-mama Papua dalam hal pemasaran produk pertanian.

Simon juga saat ini melalui PMI sedang mendorong muda/i di Manokwari untuk membuat produk turunan dari komoditas lokal seprti selai kacang dan nenas, abon rica, sambal, dll. Di Manokwari kami membuat komunitas Manokwari Entrepreneurs dan menyelengarakan pelatihan wirausaha kecil-kecilan, temu bulanan dan pasar Jumat (Green Friday) untuk memperkenalkan produk teman-teman kepada Masyarakat.

3. Facing New Normal: Millennials Perspective by Prilly Latuconsina

• Profile : Prilly Latuconsina

Siapa yang tak mengenal Prilly Latuconsina. Gadis cantik berdarah Ambon-Sunda yang menjadi idola para remaja utamanya kaum adam. Ia adalah seorang artis cantik yang berprofesi sebagai penyanyi dan juga aktris sinetron dan juga film.

Perjalanan karir gadis imut tersebut dimulai saat umurnya yang masih menginjak 12 tahun, Ia bergabung dengan sanggar teater yang bernama Amanda. Awal munculnya Prilly ditelevisi pada saat ia terpilih menjadi host dalam acara Si Bolang di Trans 7.

Kemudian ia mendapatkan tawaran untuk menjadi host di acara koki cilik. setelah itu ia memulai debut aktingnya dengan bermain dalam sinetron Get Merried The Series 1. Prilly semakin dikenal ketika membintangi salah satu sinetron di TV pada usia 18 Tahun.

Prilly juga sementara mengenyam Pendidikan di London School of Public Relationship (LSPR) Jakarta. Selain, sebagai aktris dan penyanyi Prilly juga menjalankan beberapa bisnis dibidang kuliner salah satunya Nona Judes.

Prilly baru saja merilis single terbaru duet Bersama Vidi Aldiano dengan judul Tak Bisa Bersama.

4. Facing New Normal: Entrepreneur Perspective by Sandiaga Uno

Profile:  Sandiaga Uno – Businessman, Investor & Politician

Seperti dilansir oleh biografiku.com, pria yang bernama lengkap Sandiaga Salahudin Uno ini lahir di Rumbai, Pekanbaru, Riau pada tanggal 28 Juni 1969. Dia merupakan anak dari Razif Halik Uno dan Mein R. Uno. Ayahnya berasal dari Gorontalo.

Hal ini bisa dilihat dari nama belakang Sandiaga yang bermarga Uno. Ayah Sandiaga pada awalnya bekerja sebagai karyawan di perusahaan Caltex di Riau, setelah tidak bekerja lagi, Ayah Sandiaga kemudian memboyong keluarganya ke Jakarta pada tahun 1970an.

Pendidikan

Sandiaga memulai pendidikannya di SD PKSD kemudian ke SMP 12 Wijaya Jakarta Selatan dan melanjutkan sekolahnya ke SMA Katolik. Sandiaga Uno merupakan sosok yang cerdas, hal ini terbukti ketika ia kuliah di Wichita State University di Kansas, Amerika, ia berhasil lulus dengan predikat Summa Cum Laude.

Selepas lulus dari Wichita State University, ia kemudian bekerja di Bank Summa milik William Soeryadjaya. Karena kinerjanya yang cukup bagus di perusahaan, setahun kemudian ia menerima beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di George Washington University, Amerika Serikat. Ia menamatkan kuliahnya dengan meraih IPK sempurna 4.00 yang merupakan sebuah prestasi yang membanggakan.

Saat ini Sandiaga sementara menyelesaikan Studi Program Doctoral di Universitas Pelita Harapan.

Menjadi Pengangguran

Gajinya ketika itu sebesar 8.000 Dollar perbulan. Namun seperti kata pepatah “Roda Kehidupan selalu berputar“. Badai krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997, mengakibatkan perusahaannya juga terkena imbasnya. Perusahaannya kemudian bangkrut dan mulai melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) termasuk pada dirinya.

Sandiaga Uno akhirnya memilih untuk kembali ke Indonesia dan memulai usaha baru. Meskipun statusnya ketika itu sebagai pengangguran. Langkah pertama yang dilakukannya ketkika di Indonesia adalah mencari pekerjaan baru tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

Lamaran pekerjaanya bahkan di tolak oleh 25 perusahaan. Pengalaman memang mengajarkan segalanya. Hal inilah yang kemudian menjadi titik balik dari seorang Sandiaga Uno, ia kemudian merubah mindsetnya dari karyawan menjadi seorang pengusaha.

…Saya ini menjadi seorang pengusaha karena ‘kecelakaan’. Sebagai seorang pengusaha yang lahir dari kecelakaan, saya tidak mendesain jadi seorang pengusaha. – Sandiaga Uno.

Jadi Pengusaha Karena ‘Kecelakaan’

Pengalaman yang diterimanya kemudian ia coba pergunakan dengan mencoba membuat perusahaan bernama PT Recapital Advisors pada tahun 1997 yang bergerak di bidang jasa konsultan keuangan. Perusahaan tersebut ia dirikan bersama dengan teman SMA nya yang bernama Rosan Perkasa Roeslani.

Namun tidak semuanya yang diharapkan selalu berjalan mulus, banyak calon klien memandang sebelah mata kemampuan dari Sandiaga Uno. Hingga akhirnya 6 bulan kemudian setelah perusahaan tersebut didirikan ada perusahaan yang akhirnya menggunakan jasanya.

Mendirikan Perusahaan Investasi

Dalam biografi Sandiaga Uno diketahui bahwa setahun kemudian tepatnya pada tahun 1998, ia bersama Edwin Soeryadjaya kemudian mendirikan perusahaan Investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya.

Berbekal jaringan (network) yang baik dengan perusahaan ataupun lembaga-lembaga keuangan yang ada didalam negeri maupun luar negeri, perusahaan yang didirikan oleh Sandiaga Uno kemudian akhirnya sukses.

Perusahaan investasinya bergerak di bidang telekomunikasi, pertambangan dan produk kehutanan. Sistem perusahaannya ialah mengumpulkan modal dari beberapa investor kemudian mengakuisisi perusahaan yang memiliki masalah keuangan kemudian memperbaiki kinerja perusahaan tersebut.

Setelah kinerja perusahaan tersebut sudah terlihat cukup baik, kemudian perusahaan tersebut dijual kembali tentu dengan harga yang lebih tinggi. Salah satu perusahaan yang pernah ia akuisisi adalah Bank BTPN.

Saat ini ia menjabat sebagai CEO atau pimpinan di beberapa perusahaan besar seperti Saratoga Capital, PT Tower Bersama Infrastruktur Group Tbk, PT Adaro Energy Tbk, serta di PT Recapital Advisor.

Masuk Dalam Daftar Orang Terkaya

Majalah Forbes memasukkkan namanya kedalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan sebesar US$ 400 juta dan berada diperingkat 29 tahun 2013.

Perusahaan investasinya yaitu Saratoga Capital dikenal sebagai firma investasi terbesar di Indonesia yang memiliki karyawan sebesar 20 ribu orang. Namun pada tanggal 10 Juni 2015, ia resmi mengudurkan diri sebagai Direktur Utama di PT Saratoga Investama Sedaya Tbk.

Posisinya digantikan oleh Michael Soeryadjaya yang merupakan cucu dari William Soeryadjaya, Pendiri PT Astra International. Saat ini, Sandiaga Uno menjabat sebagai Komite Ekonomi Nasional dan bendahara Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia.

Ia juga aktif sebagai pembicara utama di berbagai seminar kewirausahaan, menurutnya keberanian serta optimisme adalah kunci pembuka jalan untuk meraih kesuksesan masa depan.

Baca Juga  Heboh Ikan Bermotif Aneh, ini Jawabannya

Menurut Sandiaga, merintis bisnis selain itu menurutnya jejaring relasi menyumbang 30 persen kesuksesan selebihnya berasal dari kerja keras dan juga menjaga kepercayaan dalam membangun bisnis.

Menurut data yang dihimpun dari majalah bisnis Globe Asia pada tahun 2017 total kekayaan Sandiaga Uno ditaksir mencapai 7.2 triliun rupiah namun pada tahun 2018, total kekayaan Sandiaga Uno menyusut hingga sekitar 4.3 triliun rupiah atau sekitar 300 juta dollar.

Dari total kekayaannya tersebut, nama Sandiaga Uno masuk dalam jajaran 100 orang terkaya di Indonesia versi majalah bisnis Globe Asia. Kahadiran Sandiaga dalam sesi diskusi ini selain dapat berbagi pengalaman, juga tentu akan turut menginspirasi.

Seminar Virtual ini disponsori oleh Bank Papua dan Bank Maluku, Didukung penuh oleh Posko Tomohon 4 KKT Universitas Sam Ratulangi, Kawan Komisi Yudisial Maluku, FKULTAS Maluku, Betkraf serta Voice of Papua Clothing sebagai Give Away Supported. IndoEast Network juga menggandeng Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Pattimura dan Law Connection sebagai Official Co Host.

Penulis adalah co-Founder IndoEast Netwok