“Berhentilah terus kita berprasangka buruk, sebagai generasi muda Maluku kita sudah seharusnya memberikan ide dan gagasan yang jenius untuk pembangunan.”
Oleh : Zulkarnain Kella
Gubernur Murad Ismail yang telah melewati 2 (dua) tahun memimpin Maluku, semenjak dilantiknya pada tanggal 24 April 2019 di Istana Negara. Pelantikan yang turut menjawab ekspektasi publik akan hadirnya gubernur baru. Sesuai dengan survei beberapa lembaga yang mengindikasikan bahwa masyarakat menginginkan figure gubernur yang baru untuk menjawab keresahan yang selama ini belum terselesaikan.
Harus diakui ada berbagai permasalahan daerah yang butuh keberpihakan Pemerintah Pusat, dan untuk itu diperlukan adanya networking yang kuat. Hadirnya Gubernur Murad membawa harapan baru, dan harapan itu dengan langkah pasti mulai dijawab dalam dua tahun kepemimpinannya. Sejumlah kebijakan strategis untuk Maluku setidaknya mengkonfirmasi hal itu.
Padahal kita tahu, tak lama setelah dilantik, beberapa bulan kemudian, terjadinya bencana alam. Gempa bumi yang tidak saja merusak sejumlah bangunan dan rumah warga, bahkan setelah gempa besar, muncul gempa tremor dalam durasi yang cukup panjang, membuat sebagian warga secara psikis merasa tidak aman. Selain gempa bumi dunia, termasuk Maluku dihantam Pandemi Covid-19.
Dua perihal di atas turut menjadi ganjalan dalam kepemimpinan Gubernur Murad, namun situasi itu tak menyurutkan langkahnya untuk terus maju. Gubernur Murad terus mengupayakan dan melakukan terobosan-terobosan besar untuk membangun Maluku. Ketidakjelasan Lumbung Ikan Nasional (LIN) dari kepemimpinan sebelumnya, telah menjadi jelas di Kepemimpinan Gubernur Murad. Ketidakjelasan Investor yang datang ke Maluku, di kepemimpinan sebelumnya kini mulai menjadi jelas.
Banyak mata tertuju pada etape awal pemerintahan, sebagai rujukan kesuksesan dan fokus monitoring. Biasanya ada yang hingga menggunakan atau pemberlakuan standar penilaian khusus untuk 100 hari kerja. Hal yang lumrah dalam berbagai Value Good Governance. Dalam konteks itu ada benarnya, namun yang agak keliru dari patokan ini adalah dengan langsung menjustice dan memberikan penilaian absolute dengan tidak mempertimbangkan hal kondisional. Padahal dalam pengelolaan daerah apalagi skala provinsi pasti butuh waktu, serta prinsip dasar dalam mekanisme formal yang indikatornya ada pada aturan main, semua butuh proses.
Meskipun Nawacita besar untuk kemaslahatan Maluku bisa terlihat dari gagasan visi dan misi yang dituangkan dalam lembaran agenda daerah. Namun sejauh ini ada saja yang berasumsi bahwa potret perjalanan pemerintahan kurang efektif, setidaknya itu bisa ditangkap lewat beberapa tulisan dan kritikan di media cetak maupun media online.
Apapun yang menjadi problem dan kritikan yang membentuk wajah ekspektasi anak daerah, harus selaras dengan analisis dan fakta yang tersaji, untuk menjadi legitimasi nilai atau suatu landasan dalam mengarungi samudera harapan dan prospek kedepan. Agar apa yang diasumsikan tidak menjadi narasi kritikan kosong yang cenderung mendiskreditkan, bukan sebagai bahan evaluasi.
Kita harus sadari bahwasannya penetapan tujuan dan sasaran yang jelas dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sesuai visi tidak bisa semuanya terealisasi dalam waktu yang singkat. Apalagi perlu struktur kelembagaan yang solid untuk mendorong terwujudnya sistem manajemen yang baik dan terstruktur.
Kalau kemudian ada yang mengatakan bahwa Gubernur Murad terlalu arogan dalam memimpin, hanya karena ekspresi natural, yang kerap menjadi ciri khas seseorang, apalagi jika memperhatikan potret karakter anak Maluku, tentu penilaian itu berlebihan. Jangan pula kita membandingkan pemimpin dengan daerah lainnya yang karakteristiknya sangat berbeda jauh.
Lakonnya yang tegas, berwibawa dan terbuka dalam tutur kata merupakan gambaran potret anak Maluku secara utuh. Dengan sisi personal jati diri seperti ini, menjadikan dirinya beda dengan politisi lain, yang banyak terlihat jaga image, banyak pencitraan, dan menutup diri.
Dari anatomi psikologi politik dapat tergambar kejujuran lewat karakternya terbuka dan arah pembicaraannya yang lepas, tanpa memoles argumen seperti yang kerap ditemui pada sejumlah kepala daerah atau pemimpin politik. Karakter Gubernur Murad sejatinya mencerminkan kejujuran dan keterbukaan tanpa sandiwara.
Hadirnya Kepemimpinan Gubernur Murad juga menjadi salah satu ukuran keberhasilan berjalannya demokrasi karena ada akses yang terbuka. Satu kepemimpinan yang terlahir tanpa terikat dengan yang lama, mulai dari muncul namanya hingga terpilih memberikan tanda atau sinyalemen bahwa sirkulasi kepemimpinan ada di jalur yang benar.
Gubernur Murad menunjukan bahwa kekuasaan bukan digenggam melainkan dipakai untuk kemaslahatan. Dia mampu mendobrak keadaan, dengan tidak terjebak pada akses dan hutang budi politik pada kaum konglomerat yang biasanya menyuplai dana segar, untuk kemudian setelah terpilih menjadikan kepala daerah menjadi ‘jongos’ mereka.
Itu pula mengapa sekarang tugas kita adalah mendukung kepemimpinannya, dengan tetap kritis namun konstruktif, karena bagaimanapun tujuan dan sasaran kebijakan Pemerintah Provinsi Maluku adalah untuk kemakmuran dan kemaslahatan masyarakat Maluku. Salah satu bentuk dukungan itu adalah dengan membangun sinergi dan kolaborasi.
Seperti ajakan Gubernur Murad untuk generasi muda Maluku yang diejawantahkan dalam perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke 76 yang dirayakan di lapangan merdeka kota Ambon, ajakan tersebut mengandung keterbukaan pemimpin dalam hal sinergitas dan kolaborasi untuk membangun Maluku.
Gubernur Murad dalam acara HUT RI 2021 di Lapangan Merdeka Ambon juga memberikan pesan kepada anak muda Maluku jangan kehilangan idealisme. Sebab kata dia, Jika idealisme bisa dibeli karena urusan dunia maka mereka tidak punya harga diri lagi. “Anak muda jangan realistis saja, tapi harus berpikir optimis”, ujarnya dalam balutan simbol identitas kemalukuan, dengan mengenakan baju baju kebesaran Upu Latu atau raja.
Tak lupa juga Gubernur Murad belakangan ini ikut mensuport dengan sepenuh hati Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang tengah dijalankan Kementerian Komunikasi dan Informasi yang baru saja di sosialisasikan di Maluku secara online dan offline. Hal ini menjadi salah satu isi hati Gubernur Murad untuk anak muda Maluku agar kedepan dapat mandiri secara ekonomi dengan memanfaatkan teknologi digital dan bidang entrepreneurship.
Oleh sebab itu generasi muda Maluku harus optimis dalam mengawal pembangunan di daerah dengan memberikan dukungan secara penuh kepada kepemimpinan Gubernur Murad dalam mengimplementasikan visi – misi dan agenda strategis guna membangun Maluku sesuai dengan teritorial laut dan darat yang kita tahu tidak akan cukup dengan mengharapkan APBN.
Gubernur Murad baru dua tahun memimpin namun pemerintah pusat sudah mulai merespon pembangunan Maluku, hal inilah yang saya sebutkan di awal bahwa Gubernur Murad Ismail sebagai mantan Kakor Brimob Polri adalah modal penting untuk membangun Maluku melalui hubungan baik dengan jejaring di pemerintah pusat, sekali lagi, itu poin yang harus dimanfaatkan untuk membangun Maluku.
Berhentilah terus kita berprasangka buruk, sebagai generasi muda Maluku kita sudah seharusnya memberikan ide dan gagasan yang jenius untuk pembangunan. Sebagai generasi muda Maluku kita sudah sepatutnya berkontribusi dalam membangun Maluku dengan cara kita, sesuai kapasitas kita masing-masing.. Kokreto!
Ambon, 3 September 2021
Penulis adalah Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura periode 2021-2022 (HMI Kom. KIP Unpatti), Juga sebagai fungsionaris Dewan Pengurus wilayah Maluku Ikatan Mahasiswa Olahraga Indonesia (DPW IMORI Maluku) periode 2021-2023, juga aktif di Ikatan Cendikiawan Muda Maluku (ICMMA)