Surat Cinta Buat Kapolda Maluku, Irjen Refdi Andri

0
2867

TABAOS.ID,- Kondisi Kamtibmas di Kota Ambon kembali menjadi sorotan, termasuk menyusul tewasnya aktivis muda berprestasi, Husein Ratuanik. Sejumlah kalangan memberikan pendapat, antara lain oleh Ikhsan Tualeka yang menulis surat terbuka di laman facebook-nya.

Surat itu, sejauh ini telah mendapat beragam komentar dan dibagikan hingga ribuan kali oleh warganet. Berikut petikan surat kepada Kepala Kepolisian Daerah Maluku, Irjen. Pol. Refdi Andri, yang disebut Ikhsan sebagai ‘surat cinta’ itu:

Semoga Bapak Kapolda dan seluruh jajaran dalam keadaan baik, sehat dan lancar dalam menjalankan aktivitas.

Bapak Kapolda yang terhormat. Ada semacam keprihatinan dan kekhawatiran yang mendalam atas situasi Kamtibmas, khususnya di Kota Ambon hingga surat cinta ini perlu dituliskan.

Beberapa hari ini, publik dikejutkan atas meninggalnya satu anak muda penuh talenta, Husein Ratuanik. Aktivis kampus berprestasi, mantan Ketua DPM Fakultas Teknik Universitas Pattimura ini, ditemukan tewas bersimbah darah setelah dikeroyok sejumlah pemuda di area Jembatan Merah Putih.

Tragis memang. Peristiwa yang patut disesalkan, karena ada yang meregang nyawa di usia muda, namun tentu pula akan ada anak-anak muda yang akhirnya harus menghabiskan usia produktifnya di dalam penjara karena menjalani hukuman.

Peristiwa seperti ini rupanya bukan kejadian pertama, sebelumnya sering terjadi tindakan kekerasan dan kriminal di malam hari. Sejumlah peristiwa penjambretan yang sebelumnya hanya terjadi di kota-kota besar, pun kini kerap pula menghantui warga di Ambon.

Saudara perempuan saya ada yang hingga jatuh dari motor dan terluka, karena ditarik jatuh oleh para begal. Termasuk pula banyak peristiwa kriminal lainnya, sebagian bisa dibaca di media massa, dan terlalu panjang kalau harus ditulis dalam surat ini.

Tentu persoalan ini adalah tanggungjawab bersama, seluruh elemen masyarakat dan pemerintah. Tapi bagaimanapun kepolisian dengan seluruh kapasitas dan kewenangan yang dimiliki, mempunyai tanggung jawab yang jauh lebih besar.

Sehingga mesti ada langkah-langkah antisipatif guna mencegah agar peristiwa semacam ini tidak terulang. Apalagi di Maluku, khususnya Kota Ambon yang kita ketahui adalah wilayah yang pernah dilanda konflik sosial.

Tentu akan lebih rawan lagi apabila satu tindakan kriminal yang terjadi kemudian berhubungan atau dihubungkan dengan isu SARA. Karena dapat memicu potensi konflik yang lebih luas dan eksesif.

Seperti yang pernah terjadi pada tahun 2011 lalu di Ambon. Ada tukang ojek yang ditemukan meninggal di kawasan penduduk yang berbeda agama dengan korban, peristiwa itu memunculkan beragam spekulasi, hingga sempat menimbulkan riak konflik dan ketegangan antar kelompok.

Pak Kapolda, kematian saudara Husein agar tak sia-sia, mestinya menjadi bahan evaluasi mendalam bagi jajaran aparat kepolisian, karena sebelum peristiwa terjadi, ada (sering terjadi) anak-anak muda yang berkerumun, nongkrong di jalan hingga larut malam. Bahkan sempat pula terjadi aksi kejar-kejaran dengan menggunakan sepeda motor.

Bukan hendak kemudian menyalahkan polisi, tapi kejadian semacam ini mestinya dapat dicegah, andai saja ada semacam kegiatan patroli dan tindakan edukasi yang secara rutin dilakukan oleh polisi. Mungkin saja sudah ada, tapi dengan cara atau metode yang belum signifikan.

Seperti apa yang dilakukan Tim Jaguar di Depok, Jawa Barat. Aksi polisi kreatif ini bisa disaksikan di televisi atau di Channel YouTube. Tim ini dengan mobil patroli dan sepeda motor secara rutin, setiap malam berkeliling Kota Depok.

Mereka tidak saja berpatroli, tapi juga menghampiri anak-anak muda yang sedang berkerumun, ditanyakan sedang giat apa, dilihat apakah sedang minum-minuman keras atau terkait tindakan kriminal. Anak-anak muda yang ditemui itu diberikan nasehat dengan kasih sayang bak orang tua kepada anak, dan diminta pulang atau bahkan diantar ke rumah masing-masing.

Saya pribadi juga punya pengalaman menyaksikan Unit yang sama di Davao, salah satu kota wisata di Philipina Selatan. Guna menjaga dan menjamin keamanan, kepolisian di Davao hingga membentuk Davao Death Squad (DDS). Sebuah unit khusus polisi yang dibentuk untuk mencegah kejahatan, premanisme dan gangster di Davao.

DDS bahkan diberikan kewenangan untuk menembak di tempat orang-orang yang dianggap preman dan meresahkan atau gangster yang mengganggu keamanan dan ketertiban. Tak heran, bila Davao kemudian menjadi salah satu kota yang relatif aman. Davao menampilkan wajah yang lebih ramah dari daerah-daerah lain di Filipina.

Saya kira tak berlebihan atau relevan rasa nya, bila apa yang dilakukan di Tim Jaguar di Depok, termasuk DDS di Davao sangat mungkin diduplikasi di Maluku, terutama di kota Ambon. Yakni ada unit khusus yang dibentuk untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan warga terutama di malam hari.

Sehingga tiap malam, ada unit yang berpatroli keliling Kota Ambon juga memberikan edukasi dengan penuh cinta dan kasih sayang. Karena warga, terutama anak-anak muda juga tahu ada unit itu, sehingga tak berani keluar malam untuk kepentingan yang tidak jelas, apalagi hanya untuk nongkrong di jalan, balap liar dan mabuk-mabukan.

Memang harus diakui, selain Kepolisian, tentu tanggungjawab kita semua, terutama para orang tua, untuk memastikan dan menjaga anak-anak nya, sehingga tidak berada di luar rumah, terutama di jalan raya, apalagi di masa pandemi semacam ini. Kepergian Husein dengan cara tragis, semoga menjadi peristiwa terakhir.

Demikian Pak Kapolda, semoga apa yang menjadi keresahan dan aspirasi dalam surat cinta ini, dapat segera diaktualisasikan. Seperti kata bang Napi, dalam acara berita kriminal di salah satu stasiun TV “Kejahatan terjadi karena ada kesempatan”, karenanya, mari sama-sama kita perkecil atau persempit kesempatan itu.

Ambon, 14 Februari 2021

Salam hormat,
Ikhsan Tualeka