Aplikasi Mi Chat Ladang Prostitusi, Siapa yang Salah? Simak Penjelasan Rosa Pentury

0
583653
Rosa Pentury Ketua Yayasan Pelangi Maluku

TABAOS.ID,- Maraknya kasus prostitusi online yang belakangan ini tercium pada aplikasi Mi Chat, yang dapat diunduh lewat play store smart phone android. Kini menjadi masalah tersendiri bagi Masyarakat

Bagaimana tidak, aplikasi Mi Chat saat ini menjadi ladang tersendiri bagi para pelaku prostitusi untuk melakukan transaksi seks. Tim tabaos.id yang melakukan penelusuran terkait kasus tersebut membeberkan bagaimana proses transaksi dapat berlangsung pada aplikasi itu.

Seperti yang ditulis sebelumnya (25/08) dengan judul: Lokalisasi Ambon Off, Aplikasi Mi Chat Ramai Dipakai untuk Transaksi “PSK”. Fenomena ini makin meresahkan, utamanya bagi warga Kota Ambon.

Terkait hal ini tabaos.id menghubungi salah satu tokoh perempuan yang juga Ketua Yayasan Pelangi Maluku, Rosa Pentury, yang membeberkan fakta berimbang terkait prostitusi online yang kian marak di Ambon. Menurutnya lagi-lagi perempuan yang kerap disalahkan.

“Pada prinsipnya kalau tidak ada permintaan maka tidak ada peningkatan penjualan. Selalu orang melihat sisi buruk dari Pekerja Seks Perempuan (PSP), orang tidak pernah melihat betapa banyaknya pelanggan dari pekerja seks, dan itu justru laki-laki, jadi edukasinya harus dibuat pada kedua bela pihak”, ungkap Rosa (26/08).

Menurutnya, bisa dibayangkan saja Mi Chat itu media sosial, seorang pekerja seks perempuan itu lagi diam atau pasif. Siapa yang melakukan chating? Pasti ada dua bela pihak. Ada laki-laki dan perempuan.

”Perlu diketahui bahwa kita berhadapan dengan sosial media yang terbuka, kita tidak bisa salahkan pekerja seksnya saja, kita harus lihat secara komprehensif, segala sesuatu yang bersifat luas, perilaku dari semua”, urainya.

Menurut Rosa, kalau pekerja seks itu jualan-nya memang seks. Tinggal siapa yang mau beli. Karena itu segmen di keluarga harus menjadi kuat, pendidikan seks untuk anak-anak juga harus diperjelas, kalau tidak orang atau remaja akan coba-coba.

Baca Juga  Pasien Covid-19 Rujukan RSUP Leimena Meninggal di RSUD Haulussy Ambon

“Mi Chat juga bisa diakses anak lelaki atau remaja berumur 13-14 tahun, karena ini sosial media itu pointnya. Kalau ditanya bagaimana pandangan saya, itu cara jualan mereka, karena dalam urusan prostitusi, semua cara mereka akan halalkan”, tegasnya.

Dijelaskan lebih lanjut jika prostitusi atau seks bebas bukanlah hal baru, juga bukan saja kesalahan terletak pada PSP dan aplikasi atau teknologi, tetapi pada para pelanggan yang ada. Semua profesi juga akan adaptif dengan kemajuan zaman.

“Prostitusi atau seks bebas ini kan bukan baru sekarang, di mana-mana selalu ada dan selalu kita lihat komunitasnya kita sulit melihat siapa yang terkait, belakangan mereka memanfaatkan kemajuan teknologi,” terangnya.

Menurutnya kita bisa bayangkan, contohnya kalau ada tiga ribu laki-laki di Kota Ambon yang doyan ganta-ganti pasangan seks. Bisa dihitung sendiri berapa perempuan yang jadi korban atau dikorbankan.

Sehingga fenomena ini adalah tanggung jawab bersama. Ada penjual, pasti karena ada pembeli. “Jadi kalau tidak ada pria yang mau melakukan transaksi seks atau melakukan komunikasi lewat Mi Chat, kira-kira pekerja seks hidup ngak? Jadi sebenarnya dari pelanggannya itu”, imbuhnya

Rosa menjelaskan, sosial media hanya sarana. Pihaknya sebagai pegiat sosial hanya berkepentingan untuk dampingi orang yang positif HIV atau kelompok-kelompok kunci seperti pekerja seks

”Saya selalu bilang buat mereka, kamu harus pakai kondom, karena saya tidak mungkin sampaikan kepada mereka untuk jangan melakukan hubungan seks untuk seorang PSP. Karena itu memang pekerjaan mereka, meski karena pendampingan kami ada juga yang memutuskan untuk berhenti sebagai pekerja seks”, urainya lagi.

Rosa berharap semua pihak harus bersinergi dan tidak melihat para PSP sebagai masalah justru sebaliknya dapat melihat mereka sebagai peluang untuk dapat mengubah PSP menjadi lebih baik.

Baca Juga  Lewat Surat Terbuka, Aliansi Elat (AME) Sampaikan Pesan Kepada Bupati Maluku Tenggara

“Harapan saya semua harus sinergi dan tidak melihat PSP ini sebagai masalah. Justru sebagai peluang. Peluang untuk apa? Peluang bukan untuk jualan mereka (PSP.red) tapi bagaimana mengubah PSP menjadi lebih baik. Ini soal cara pandang, karena dengan melihat mereka sebagai peluang dalam hal positif, akan membuat mereka lebih baik”, tutupnya. (T-07)