In Memoriam: Om Beng Leiwakabessy Sang Maestro Hawaiian Maluku

0
1292

“Sang Maestro itu telah pergi untuk selamanya, namun kebaikan, kesederhanaan dan karya-karya besarnya tetap terpatri di sanubari, utamanya pada orang-orang yang pernah mengenalnya.“

Oleh: Bethy Sohilait

Kematian adalah bagian dari kehidupan manusia. Siapapun kita atau sepintar apapun kita, kematian tetap akan menjadi bagian kita.

Kemarin, Kamis tgl 21 Januari 2021 tepatnya pukul 14.00, ketika semua orang tengah berpacu dengan waktu dan melakukan tugas keseharian, Sang Maestro Hawaiian Maluku itu pergi dengan diam tanpa kata menghadap Sang Pencipta.

Johannes Leiwakabessy yang akrab kami sapa Om Beng adalah pribadi yang sederhana, rendah hati tapi sangat disiplin namun humoris.

Om Beng bagi kami adalah sosok orang tua yang luar biasa dengan berbagai talenta yang ia miliki. Darah musik yang mengalir di tubuhnya pun menurun ke anak cucu dan cece-nya.

Seperti menurun pada mendiang Georgie  Leiwakabessy yang juga dikenal pencipta lagu pop dan jazz nasional. Juga pada Harry dan Cliff yang sangat pandai dalam memainkan alat musik.

Bahkan mendiang Paula yang dengan suara merdunya turut menghiasi blantika musik pop dan lagu daerah di negeri seribu pulau ini.

Om Beng bukan hanya memainkan hawaiian dengan jemari kecilnya, namun pada Era tahun 70 an sudah memainkan Organ dalam mewarnai musik Gerejawi.

Banyak lagu yang sudah Om Beng ciptakan antara lain untuk menggambarkan keindahan daerah ini. Karena permainan Hawaiian-nya menghantarkan Om Beng hingga ke mancanegara.

Pernah bersama sejumlah seniman dari Maluku, Om Beng terbang ke Negeri Kincir Angin, Belanda, dan sambut antusias komunitas masyarakat Maluku di sana.

Selain kemampuannya di dunia musik, ternyata jemarinya pun mampu menghiasi kertas kosong dengan lukisan-lukisan yang indah. Salah satu lukisan yang penulis kagumi yaitu sebuah lukisan Om Beng yang melukis teman di  Era tahun 1980.

Baca Juga  Pedagang Keberatan, Soal Lahan Walikota Ambon Akan Koordinasi dengan Pemprov Maluku

Om Beng memang sangat luar biasa, banyak hal yang telah maestro ini buat demi kemajuan seni musik di tanah air, Maluku, khususnya di Kota Ambon.

Pernah dalam satu kesempatan yang unik, dan tentu jarang terjadi. Om Beng bersama anak-anak dan cucu berkolaborasi dalam memainkan musik serta menyanyi (tiga Generasi).

Arsip lagu dengan judul Silver Wedding yang notasinya dibuat oleh Om Beng.

Pernah dalam satu percakapan pendek penulis dengan Om Beng, pada Sabtu, 9 April 2011 di kediamannya di Negeri Lateri, Ambon. Penulis menyapa, “Om Beng apa kabar?”, Om Beng jawab, “Baik Nona, mari masuk.

Kemudian setelah masuk ke rumah, penulis bilang, “Ia Om Beng maaf jua ada perlu baru datang ni. Kemudian Om Beng jawab, “Seng apa-apa to Nona”.

Penulis lanjutkan dialog, “Om Beng beta mau minta tolong Om Beng bikin notasi untuk beta punya syair lagu ini do”.

Om Beng jawab dengan sedikit berkelakar, “Nona biasanya Om Beng bikin notasi baru syair. Ini syair kemuka baru notasi, susah lho”.

Penulis balik bilang, “Beta tau Om Beng pasti bisa he he”. Om Beng, “Mana Om Beng lia akang”. Setelah melihat sejenak syair yang penulis berikan, Om Beng bilang, “nanti  besok Nona datang ambil ya”.

Ternyata keesokan harinya pas penulis datang lagi, lagunya sudah ditulis dengan rapi. Lagu dengan judul Silver Wedding telah rampung notasinya. Om Beng memang luar biasa dan rendah hati, menolong tanpa pamrih.

Sang Maestro telah pergi untuk selamanya, pada usia 97 tahun, 11 bulan, 11 hari, namun kebaikan, kesederhanaan dan karya-karya besarnya tetap terpatri di sanubari, utamanya pada orang-orang yang pernah mengenalnya.

Terima kasih atas karya yang selalu menghiasi blantika musik dan seni di Maluku khususnya Kota Ambon. Penulis dan keluarga pun mohon maaf apabila ada tutur kata atau sikap yang kurang berkenan di hati Om Beng.

Baca Juga  Menjaga Nyala Semangat Kepahlawanan Pattimura

Selamat jalan menuju keabadian Sang Maestro Hawaiian Maluku. Selamat jalan Om Beng Leiwakabessy. Doa kami mengiringi kepergianmu, karya-karyamu akan terus dikenang dan terkenang selamanya.

Ambon, 22 Januari 2021 

Penulis adalah pegiat seni, tinggal di Kota Ambon