Menjaga Nyala Semangat Kepahlawanan Pattimura

0
1212

Oleh: Ikhsan Tualeka

Peringatan Hari Pattimura ditetapkan pada tanggal 15 Mei, disesuaikan dengan hari di mana rakyat Maluku memulai perlawanan atau perang terhadap Belanda di Saparua, tahun 1817.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, disebutkan sejumlah alasan munculnya perlawanan atau perang Pattimura.

Antara lain karena tindakan sewenang-wenang dari Residen Saparua, Johannes Rudolph van den Berg yang membawa kesengsaraan bagi rakyat Maluku. Ketidakadilan menjadi pangkal perlawanan.

Sekalipun demikian sejarahnya, hingga saat ini sosok Pattimura masih menjadi perdebatan, khususnya di kalangan orang Maluku. Saling klaim siapa, dari mana tempat asal dan keturunan Pattimura terus mengemuka.

Apalagi jelang pelaksanaan peringatan Hari Pattimura. Silang pendapat terasa lebih hangat dan tajam, seremoni peringatannya pun dilakukan dalam poros klaim sejarah yang berbeda itu.

Ini satu realitas sosio-historis yang tak dapat dimungkiri. Merupakan tantangan bagi sejarawan, lewat berbagai diseminasi dan penelitian lanjutan, yang barangkali pula tidak akan paripurna untuk menyatukan perbedaan tafsir sejarah itu.

Meskipun demikian, dan upaya untuk meluruskan atau menjernihkan satu sejarah adalah penting, akan tetapi mewarisi dan menjaga spirit atau semangat kepahlawanan Pattimura sesungguhnya jauh lebih penting.

Itu pula mengapa peringatan Hari Pattimura sebagai pahlawan nasional tidak diambil dari hari lahir, maupun hari saat Pattimura dihukum gantung di Benteng Victoria Ambon, tapi justru diambil dari hari perlawanan rakyat menyikapi realitas sosial saat itu.

Menjadi pesan kepada setiap generasi, terutama dari kepulauan Maluku, bahwa semangat juang Pattimura jauh lebih penting dan strategis untuk diteladani ketimbang sesuatu yang sifatnya simbolik atau seremonial semata.

Tantangan Pattimura Muda di Era Kekinian

Realitas eksisting Maluku merupakan suatu tantangan yang besar dalam pembangunan. Ini bisa dilihat dari sejarah, kondisi alam dan sosial masyarakat-nya.

Sejarah mencatat bahwa provinsi seribu pulau ini adalah sasaran utama para penjajah. Mereka datang silih berganti selama hampir empat abad hanya untuk mengeruk hasil alam Maluku.

Baca Juga  Suara Milenial: Dinamika Gerakan Mahasiswa di 2 Tahun Kepemimpinan Gubernur Maluku, Murad Ismail

Sebagai daerah kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan puluhan pulau besar, memerlukan energi besar untuk menjangkaunya. Antar satu pulau dengan pulau lainnya sarat dengan tantangan alam.

Terdapat arus dan gelombang besar, seperti Laut Aru dan Laut Banda sebagai lautan terdalam di dunia, merupakan tantangan sekaligus potensi besar. Butuh kemauan kuat untuk mengarunginya.

Ada Pulau Seram yang dalam pandangan sejumlah ahli, menyimpan misteri dan keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya. Hutan dan pegunungannya mengandung sumber daya mineral yang besar, baik yang telah maupun belum terdeteksi.

Berbagai plasma nutfah sebagai sumber kalori dan energi maupun obat-obatan, menunggu riset-riset unggulan dari generasi muda sehingga dapat dieksplorasi untuk kemakmuran masyarakat Maluku.

Begitu pula di banyak daerah di Maluku, laut dan darat tersimpan kekayaan sumber daya alam yang tak ternilai harganya. Diperlukan manajemen sumber daya alam yang mumpuni untuk pengelolaannya.

Inilah alasan utama yang mendorong bangsa-bangsa asing menaklukkan Maluku. Fakta dan sejarah ini yang sepertinya kurang direnungkan oleh orang Maluku.

Membuat sebahagian generasinya sibuk pada hal-hal yang remeh-temeh, tak memiliki kedalaman analisis dan prediksi masa depan yang relevan.

Konflik horisontal yang pernah melanda, serta dampak sosialnya yang sampai saat ini masih mengikuti. Merupakan indikator tantangan dan ancaman yang harus dihadapi dalam pembangunan Maluku.

Saat ini, angka kemiskinan di Maluku masih tinggi, begitu pula dengan gizi buruk dan stunting, sementara indeks pembangunan manusia dan derajat kesehatan masyarakat masih rendah, ini bisa dilihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian penduduk.

Belum lagi soal rendahnya kualitas lingkungan karena persoalan pengelolaan sampah, penebangan hutan hingga penggunaan zat berbahaya pada sejumlah penambangan liar. Penting untuk diatasi dan disikapi.

Persoalan krusial lain yang dihadapi Maluku saat ini adalah tingginya pengangguran terbuka karena rendahnya penyerapan angkatan kerja. Situasi yang semakin diperburuk oleh masih minimnya investasi.

Baca Juga  Pesan Murad Ismail untuk Pemuda: Jangan Jual Idealisme dan Bertindak Hanya Sebagai Pemandu

Sekalipun upaya menarik investasi terus dilakukan, namun tampaknya sejumlah investor masih berpikir ulang untuk berinvestasi di Maluku. Kondisi sosial dan rasa aman mungkin juga masih menjadi pertimbangan.

Persoalan lain yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya Pendapatan Asli Daerah di Maluku. Perlu peningkatan kemampuan pemerintah, birokrasi dan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam maupun berbagai potensi yang tersedia.

Tantangan lain yang dihadapi dalam pembangunan Maluku adalah karakteristik masyarakat Maluku. Kebanyakan masyarakat kepulauan ini memiliki ego juga fanatisme kelompok yang tinggi.

Ego dan fanatisme ini antara lain merupakan hasil interaksi dengan budaya penjajah serta kondisi alam laut dan pulau-pulau membuat masyarakat tersegregasi, berperilaku keras, dan tidak mudah mengalah.

Sering ditemui sekelompok masyarakat Maluku memiliki kecerdasan yang bagus dan fisik yang prima karena banyak mengonsumsi ikan yang mengandung lemak omega tiga.

Namun karena kualitas pendidikan yang belum meningkat juga dimanjakan dengan hasil alam, membuat sebagian masyarakat belum memiliki kecerdasan sosial dan kecerdasan personal yang baik.

Masih sering terjadi konflik antar negeri, maupun antar kelompok pemuda dikarenakan hal-hal sepele, memberikan indikasi kuat bahwa sebagian masyarakat mudah dihasut dan diprovokasi; belum cerdas menyikapi setiap persoalan.

Melihat kondisi Maluku seperti ini ditambah tantangan kebijakan otonomi daerah yang separuh hati dan ancaman era globalisasi, maka tidak mudah mengelola Maluku. Dibutuhkan tenaga-tenaga muda dengan pikiran yang terbuka untuk menyikapinya.

Diperlukan tenaga muda yang produktif untuk menggarap potensi Maluku yang melimpah-ruah dengan manajemen yang baik. Sehingga, semua faktor internal Maluku, seperti faktor fisik, psikis dan sosial dapat terkelola.

Pemuda lebih bergairah, agresif, kreatif, dan inovatif dengan semangat pantang menyerah. Tenaga muda akan mampu menaklukkan tantangan-tantangan fisik atau alam di Maluku.

Baca Juga  Kurang Ditopang Regulasi Seram Barat Stagnan

Pemuda dalam melaksanakan aktifitas, akan mampu berhari-hari di darat dan mengarungi lautan, menghadapi kondisi alam seperti arus maupun gelombang, melintasi berbagai pulau di Maluku.

Pemuda cepat adaptif serta dinamis, sehingga memiliki kecerdasan atau keterampilan mengakses dan memanfaatkan teknologi digital.

Dengan itu pemuda mampu mengelola dampak atau akibat dari cepatnya mainstream perubahan global yang turut berpengaruh terhadap pembangunan Maluku.

Pemuda memiliki jiwa rela berkorban layaknya Pattimura dan para pahlawan lainnya. Sesuatu yang penting dan diperlukan guna menyikapi atau menghadapi berbagai persoalan.

Dalam kondisi Maluku yang perlu pembenahan di berbagai lini, dibutuhkan Pattimura muda yang tampil ambil bagian, dengan tetap toleran, untuk meninggikan harkat dan martabat masyarakat Maluku.

Pattimura-Pattimura muda yang tampil di depan dan berkontribusi bagi perubahan sosial ke arah yang lebih baik, adalah pahlawan-pahlawan baru di era kekinian.

Pemuda sebagai Pattimura muda saatnya bersama semua elemen masyarakat dan pemerintah bergandengan tangan. Menghentikan pertikaian yang tidak perlu, apalagi pada hal-hal yang tak substantif.

Tepis prasangka atau saling curiga, belajar melihat realitas dengan optimis, ibarat melihat gelas yang separuh terisi sebagai gelas yang sebentar lagi akan penuh, bukan gelas yang sudah mau habis isinya.

Pemerintah tentu perlu didorong meningkatkan kinerja, namun tidak bisa bekerja sendiri, dan Pattimura masa kini jangan hanya protes dan mengeluh, seperti memaki kegelapan. Tapi juga harus berikan kontribusi; make your move.

Jika masing-masing pribadi orang Maluku, terutama para pemuda mau menyalakan satu ‘lilin optimisme’ maka akan ada banyak cahaya menerangi langkah bersama untuk membuat perubahan mendasar, menuju Maluku yang maju dan berjaya.

Itulah sesungguhnya spirit dan semangat kepahlawanan Pattimura. Selamat Hari Pattimura. Kokreto!

Penulis aktif di Komunitas Penulis Maluku