TABAOS.ID,- Dalam satu diskusi menarik di Grup WhastAap Forum Maluku Raya (16/05) merespon soal pangan lokal dan masa depan komunditas sagu, Prof. John Pieris menanggapi dengan serius dalam komentar yang cukup panjang.
Mantan senator Maluku ini mengatakan bahwa sejak Tahun 90-an, masyarakat Maluku sebenarnya telah diingatkan oleh Prof. Satari, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Secara khusus Prof. Satari mengingatkan atau memberi masukan kepada Pemerintah Daerah Maluku dan Universitas Pattimura Ambon agar budi daya tanama sagu harus dioptimalkan di Maluku.
“Iya, beliau (Prof. Satri.red) memprediksikan, satu saat, dunia akan mengalami kekurangan pangan. Indonesia, termasuk Maluku akan terdampak secara signifigan”, ujar Pieris.
Lebih lanjut Pieris menjelaskan, Prof. Satri kemudian mengusulkan agar Provinsi Maluku harus mengefektifkan dan intensifkan budi daya tanaman sagu.
Diversifikasi pangan secara modern akan ditransformasi melalui industri pengelolaan sagu untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga dan keperluan industri lainnya.
“Bahkan Prof. Satri mengatakan, di halaman kampus Unpatti dan sekitarnya harus tersedia lahan untuk menanam pohon sagu dalam jumlah yang sesuai dan dirawat dengn baik sebagai simbol pangan sekaligus menjaga keasrian dan ke indahan kampus”, jelas tokoh Maluku ini.
Namun dirinya menyesalkan, apa yang terjadi saat ini? pembabatan pohon sagu secara masif dilakukan seijin pemerintah dan dibiarkan terjadi oleh Unpatti.
Pemerintah daerah dan Unpatti waktu itu bagaikan pendengar dan yang bisu saja. Tidak kritis, miskin inovasi, tidak kreatif dan hanya diam dalam kegalauan.
“Mau bikin apa? Saya sendiri kurang mengerti, dan itulah fakta. Apa yang saya sampaikan di atas itu juga adalah penggalan refleksi Prof. Tjo Louhenapessy ketika bercerita dengan saya ketika beliau menjabat Rektor UKIM,” jelas Pieris.
Dirinya berharap, pendapat para tokoh yang berkompoten itu dapat menjadi catatan penting.”Ini harus menjadi catatan kritis buat masyarakat Maluku”, harap Guru Besar Tata Negara Universitas Kristen Indonesia itu.(Red)