Kenaikan dan Kehormatan

0
792

Oleh: Hariman A. Pattianakotta

Hari ini umat Kristen merayakan peristiwa kenaikan Yesus Kristus. Kitab-kitab Injil menyaksikan bahwa Yesus terangkat ke surga berbalutkan awan kemuliaan.

Peristiwa tersebut terjadi empat puluh hari pasca kebangkitan Kristus. Yesus Kristus yang berkarya menunaikan misi Allah, Bapa yang mengutus-Nya, dibunuh oleh manusia tetapi dibangkitkan Allah.

Dia yang teguh melayani setulus hati, rela berkorban demi keselamatan manusia dan dunia. Ia tulus merengkuh luka dan maut demi kehidupan manusia, supaya kasih, kebenaran, dan keadilan ditegakkan demi hidup yang sungguh berarti.

Itu sebabnya, Bapa memuliakan Dia. Ia diangkat ke surga. Artinya, Ia kembali ke dalam hakikatnya sebagai Allah. Ia mendapatkan kehormatan setelah melayani dengan gagah.

Peristiwa kenaikan itu menegaskan ketuhanan Yesus yang melampaui ruang dan waktu. Menariknya, dalam peristiwa iman itu, Yesus pun memberikan berkat-Nya bagi para murid-Nya dan dunia.

Berkat yang dicurahkan Yesus Kristus sekaligus menjadi undangan dan kekuatan supaya manusia hidup dengan spirit untuk membawa dan menjadi berkat bagi sesama dan dunia.

Kehormatan Yang Sejati

Hidup untuk menjadi berkat bagi sesama dan dunia adalah hidup yang sungguh bermakna. Menjadi berkat berarti menyalurkan kebaikan dan cinta kasih Tuhan bagi sesama dan dunia.

Spirit membawa dan menjadi berkat itu dilakukan dengan benar dan adil. Ia dikerjakan dengan berpegang pada nilai-nilai luhur. Ia berpatokan pada hukum yang benar yang memang berorientasi untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Hidup yang demikian inilah yang disebut sebagai hidup yang terhormat.

Jadi, hidup yang terhormat itu tidak ditakar oleh jabatan, uang, dan kekuasaan. Karena itu, manusia tidak perlu dan tidak boleh menghalalkan segala cara untuk mendapatkan semua itu.

Baca Juga  Disperindag Maluku Pastikan Bahan Pokok Cukup Selama Ramadhan

Tidak perlu saling sikut untuk mendapatkan nomor satu dan dua sebagai tiket dari Parpol untuk ikut dalam kontestasi Pemilu. Tidak boleh mengesankan diri sebagai pribadi yang baik dengan membagi-bagikan uang demi memperoleh suara dari para pemilih. Tidak usah menjatuhkan orang lain hanya karena ingin naik jabatan.

Hiduplah sebagai pribadi terhormat, yang dengan gagah melakukan kebaikan dengan benar dan adil; yang melayani dengan jujur dan tulus untuk sesama dan kehidupan.

Naik atau turun, itu hanyalah konsekuensi tindakan. Berhasil atau gagal, itu adalah bagian dari proses kehidupan. Susah atau senang itu sangat tergantung pada motivasi.

Kalau mau hidup dengan tenang dan bahagia, maka biarlah seluruh karya dan upaya dituntun oleh kasih, bukan ambisi. Kalau mau sukses dalam artian hidup sebagai pembawa berkat, maka taatilah hukum, hiduplah benar, dan tegakkan keadilan dengan terus berbagi supaya tercipta keseimbangan dan harmoni.

Kalau manusia berani hidup secara demikian, bahkan rela merengkuh luka dan membayar harga demi tegaknya kasih, kebenaran, dan keadilan, maka ia akan mendapatkan penghargaan dan kehormatan, bukan hanya di mata manusia, tetapi juga di mata Allah; hidupnya akan terus naik, dan bukan turun.

Selamat merayakan hari kenaikan Yesus Kristus bagi umat Kristen.

Penulis adalah Pendeta Gereja Kristen Pasundan, bertugas sebagai Pendeta Universitas Universitas Kristen Maranatha, Bandung