Meneropong Gaya Komunikasi dan Marketing Politik Khas Gubernur ‘Jenderal’ Maluku, Murad Ismail

0
2004

“MI memainkan peran yang luar biasa dengan memperkuat networking terutama dengan pemerintah pusat yang jarang dimiliki pemimpin Maluku sebelumnya. Ini lagi-lagi adalah gaya komunikasi dan kepemimpinan khas MI.”

Oleh: Noviawan Rasyid Ohorella, S.I.Kom., M.I.Kom

Murad Ismail menjadi perbincangan ketika memilih pensiun dini dari dinas kepolisian dan menetapkan pilihan untuk menjadi Calon Gubernur Provinsi Maluku. Ada banyak harapan masyarakat ketika MI sapaan akrab jenderal polisi bintang dua ini maju untuk menjadi pelayan di Tanah Raja – Raja ini. 

Dengan background sebagai perwira kepolisian, ada sikap ketegasan dan jiwa nasionalis yang terpancar kuat untuk membangun Maluku jauh lebih baik kedepannya. Sebagai seorang akademisi komunikasi, saya menaruh perhatian lebih kepada gaya komunikasi yang dilakukan oleh MI untuk memperkenalkan dirinya dan itu bagian dari strategi kampanye mengambil hati rakyat. 

Ini perlu saya tulis, karena bangunan citra itu yang kemudian urut menghantarkan MI menjadi orang nomor satu di provinsi kepulauan ini. Gaya komunikasi yang masih melekat hingga hari ini, tak banyak berubah, yakni; tegas dan tidak banyak basa-basi.

Secara umum komunikasi yang dibangun oleh MI adalah komunikasi kepemimpinan, yang secara lengkapnya adalah irit bicara dan lebih memilih untuk action ke lapangan. Hal ini berbanding terbalik dengan banyak gaya komunikasi para pejabat tinggi daerah maupun Nasional dalam pengambilan kebijakan.

MI terlihat selalu to the point. Tak banyak ‘olah sana-olah sini’, seperti kebanyakan politisi yang pada ujungnya banyak yang tak juga konkrit. MI justru jauh dari kesan ‘manis di bibir, memutar kata’, sehingga bisa jadi yang belum mengenalnya secara dekat akan punya penilaian minor.

Hal ini juga yang mungkin belakangan dirasakan oleh banyak pihak terkait dengan gaya komunikasi kepemimpinan MI. Uniknya MI tak peduli, dirinya justru berpegang teguh kalau bikin baik, akan dapat balasan baik, meski coba dikaburkan begitu rupa oleh orang lain.

Secara ilmu komunikasi ini adalah hal yang unik atau khas dari setiap pribadi atau tokoh. Namun tentu ini kadang menjadi tantangan untuk masyarakat yang tidak mengenal gaya komunikasi seperti ini. Dalam komunitas masyarakat yang lebih melihat hanya pada sampul atau chasing, gaya MI kurang populer bahkan ada yang justru memanfaatkan untuk ‘nyinyir’.

Menjadi menarik kemudian adalah gaya komunikasi MI di-subtitusi oleh istrinya Widya Murad Ismail selaku Ketua TP PKK Maluku. Bunda Widya terlihat mengambil peran penting dalam jalinan komunikasi dengan berbagai komponen masyarakat.

Ini menjadi sesuatu yang luar biasa untuk memaksmalkan komunikasi yang lebih intens dengan masyarakat Maluku. MI memang tidak begitu pandai mengolah kata dalam forum formal, tapi sikap dan gaya non verbalnya, termasuk dalam pendekatan informal sangat memberikan kepastian dari sosok pimpinan daerah, terutama dalam merajut komunikasi dengan elit Nasional.

Kalau mau sedikit menarik ke belakang, terlihat saat Debat Cagub – Cawagub Maluku 2018 lalu, kemudian orasi politik dalam rangkaian kampanye akbar, MI bukanlah tipikal pemimpin yang terbiasa bicara panjang lebar, berbusa-busa di depan umum. Tapi lebih kepada sosok dan memilih untuk turun langsung ke lapangan, atau menjadi eksekutor kebijakan.

Kesimpulannya adalah MI berbeda dengan yang lain, bukan seorang orator handal melainkan leader lapangan yang mumpuni. Itu ditunjukan setidaknya dalam 2 tahun perjalanan, yang meski pun tidak semulus apa yang diharapkan, ada saja problematika yang terjadi baik secara internal maupun eksternal. 

Namun ini semua adalah konsekuensi perpolitikan yang tidak bisa dihindari. MI memainkan peran yang luar biasa dengan memperkuat networking terutama dengan pemerintah pusat yang jarang sekali dimiliki pada pemimpin Maluku sebelumnya. Ini lagi-lagi adalah gaya komunikasi dan kepemimpinan khas MI. 

Secara konteks komunikasi, saya memplotkan MI berada pada gaya kepemimpinan struktural. Hal ini terlihat jelas dari apa yang dilakukan selama ini dan juga alasan karena background beliau yang berasal dari aparat kepolisian.

Gaya komunikasi kepemimpinan struktural identik dengan bagaimana kekuatan dari atasan yang dapat mempengaruhi bawahan, dalam artian dari sisi penugasan maupun ritme kerja. Gaya komunikasi ini memposisikan pemimpin sebagai konseptor yang kemudian memberikan arahan penugasan, mengawasi secara masif, dan membuat organisasi yang dipimpin bekerja lebih terstruktur.

MI hingga saat ini masih menjadi magnet politik di tengah ‘badai politik’ yang datang terlalu dini, padahal pilkada masih 3 tahun lagi. Dengan gaya komunikasi kepemimpinan yang begitu berbeda, MI tetaplah MI yang menjadi pemimpin bagi seluruh masyarakat Maluku, pro kontra adalah warna dalam kepemimpinan. 

Sejauh ini MI cenderung memilih untuk membuktikan kata-katanya, dengan terus bermanuver dalam mengakselerasi kemajuan Maluku. Dalam masa kepemimpinannya yang relatif masih singkat ini koordinasi dengan pemerintah pusat berjalan begitu meyakinkan, Presiden dan sejumlah Menteri berkali-kali datang ke Maluku, memastikan sejumlah proyek pemerintah dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Proyek Lumbung Ikan Nasional (LIN) dan Ambon New Prot yang tak lama lagi akan terealisasi membuktikan bahwa apa yang selama ini dilakukan dan diperjuangkan, tidak sia-sia, dan adalah upaya untuk menjadikan Maluku keluar dari krisis kemiskinan dan juga menguatkan SDM yang lebih unggul.

Marketing Politik 

Baca Juga  Orang-Orang Jakarta Di Balik Tragedi Maluku

Setelah gaya komunikasi yang unik dari MI, ketika sedikit bergeser membahas terkait dengan marketing politik dari sosok Gubernur yang satu ini. Dalam dunia ilmu komunikasi, part ini memang dibahas, yakni terkait dengan komunikasi politik dan marketing politik yang dilakukan oleh setiap pemimpin. 

Pembahasan konteks ini sebenarnya lebih terkait pra pemilihan gubernur (Pilgub). Di mana untuk persiapan berkontestasi dalam Pilgub, sosok MI yang sangat terlihat meyakinkan dan pandai mengatur strategi politik. Hal ini menjadi nilai jual tersendiri, hingga MI mampu secara politik dan juga komunikasi, menarik sejumlah partai politik untuk mendukungnya.

Komunikasi politik identik dengan pesan politik, aktor politik yang ada dalam lingkaran, media politik, dan kekuasaan politik. Jika kita membahas unsur – unsur ini sangat jelas MI memiliki kekuatan politik dan esensi komunikasi politik yang mumpuni, terutama dengan pimpinan pusat partai politik.

Hal itu juga terus teraktualisasikan hingga saat ini. Pesan politik yang selalu MI lakukan adalah bagaimana membangun relasi antara daerah dan pusat dalam proses kerjasama, karena dengan begitu, kemajuan dari sisi ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan juga sektor lainnya dapat diupayakan dengan optimal.

Selanjutnya 2 tahun kepemimpinan MI juga menarik jika dikaitkan dengan marketing politik atau pemasaran politik. Menurut Butler dan Collins (2001), suatu konsep yang dilakukan politikus dalam membangun kepercayaan publik. Tentu tiap kepemimpinan punya cara dan strategi masing-masing.

Pada tahap ini saya kira MI sedang memupuk prestasi lewat upaya-upaya lobi tingkat tinggi yang cenderung tak dibesar-besarkan. Menunggu momentum yang tepat, yakni saat upaya yang dilakukan menemui hasil, baru kemudian dipublikasi secara masif. Jika benar dalam marketing politik semacam ini dinamakan “proportional communication time’’ atau waktu melakukan marketing komunikasi yang tepat dan relevan.

Tidak terburu-buru, grasak-grusuk yang justru bisa menjadi blunder politik. Gembar-gembor di awal untuk menaikan citra politik, padahal ujungnya nol atau nihil. Hal ini  yang barangkali dihindari oleh MI, dan lebih memilih memberikan jawaban atas berbagai harapan masyarakat dalam periode kepemimpinannya dengan kerja, kerja dan kerja.

Apa yang dilakukan MI sudah menjadi sesuatu yang patut diberi apresiasi lebih, bukan hanya karena statusnya sebagai Gubernur, tetapi sebagai anak daerah yang mampu memberikan sesuatu hal baik bagi tanah leluhurnya. Cara komunikasi yang terbilang berbeda dari politikus lainnya, malah menjadi nilai lebih jika khalayak mau melihat dari sudut pandang yang lebih positif.

MI tau persis mana porsi yang harus diselesaikan dan untuk tetap dapat mendengar aspirasi masyarakat, Istri tercinta Widya Murad Ismail juga sangat maksimal dalam mengemban tugas ke berbagai Kabupaten/Kota selaku Ketua TP PKK yang mungkin gaya komunikasinya lebih terlihat daripada MI.

Berbagai persoalan yang terjadi hingga saat ini kedepan perlu disikapi lebih matang lagi. Tapi apa yang sudah dikerjakan oleh MI menjadi langkah baru dalam mengembangkan berbagai potensi daerah untuk mensejahterakan seluruh masyarakat Maluku perlu diapresiasi.

Saya sebagai akademisi komunikasi dan anak asli daerah Maluku tentunya mengharapkan yang terbaik bagi Maluku, dan menunggu inovasi dan kreativitas kepemimpinan MI kedepannya untuk terus membangun Maluku dari hati, tanpa basa-basi. Lanjutkan jenderal!

Jakarta, 11 Agustus 2021

Penulis adalah staf pengajar di AKMRTV Jakarta, aktif menjadi moderator, MC dan fasilitator public speaking, aktif di Ikatan Cendekiawan Muda (ICMA) Maluku. Tulisan ini turut menandai dua tahun kepemimpinan Gubernur Maluku Murad Ismail