Mengaku Diculik, Syahrul Wadjo Kembali Bantah Penculikan

0
1211
Syahrul Wadjo, didampingi Kaporesta Ambon, Kombes Pol Leo Surua Nugraha Simatupang, Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol M Roem Ohoirat, saat memberikan keterangan pers kepada awak media di ruangan utama Mapolresta Ambon, Perigi Lima, jumat (4/9/2020). Foto : Istimewa

TABAOS.ID,- Kabar penculikan Muhamad Syahrul Wadjo, seorang aktivis mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ambon, Rabu malam menggemparkan seluruh masyarakat di Kota Ambon, tak kecuali para aktivis pemuda.

Bagaimana tidak, kabar penculikan Syahrul telah beredar secara viral baik di media sosial maupun media mainstream online.

Kabarnya, Syahrul diculik secara sadis oleh orang tak dikenal saat pulang ke Sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura Ambon di Poka, Kamis (3/9/2020), sekira pukul 08.00 WIT.

Sejumlah tubuh Syahrul dikabarkan mengalami sejumlah luka memar. Kondisi tubuhnya sudah babak belur. Ia dianiaya sekelompok orang yang berlaga preman tersebut.

Menyikapi kasus penculikan dan penganiayaan terhadap M. Syahrul Wadjo, sejumlah kader maupun alumni HMI mengutuk dan mengecam secara keras aksi premanisme ini.

“Kami mengecam secara keras aksi penculikan dan penganiayaan yang dilakukan sekelompok orang tidak dikenal terhadap kader HMI Cabang Ambon semalam. Kami tidak terima dengan insiden ini,” tegas Ketua umum HMI Cabang Ambon,  Abdul Halik Lapelelo, Kamis (3/9/2020).

Aksi premanisme yang menimpa Syahrul Wadjo, membuat keluarga besar HMI, semuanya merasa terganggu. “Kami tidak terima dengan aksi premanisme ini,” kecam Abdul Halik Lapalelo.

Ketua Umum HMI Cabang Ambon ini menegaskan akan meminta pihak kepolisian untuk menindak tegas oknum yang melakukan aksi brutal kepada korban.

“Dugaan kami aksi tersebut merupakan aksi by order dari orang yang merasa terganggu dengan beberapa gerakan mahasiswa akhir-akhir ini,” jelas Lapelelo

Ia mendorong pihak Polresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease untuk mengusut tuntas kasus ini. Lebih penting, lanjut dia, polisi bisa mengungkap apa motif di balik aksi penculikan serta penganiayaan yang dilakukan sekelompok preman itu terhadap korban.

“Yang tragis rekan kami pulang sudah dalam kondisi babak belur dan bonyok. Wajah memar bajunya pun sobek. Kasus ini harus diusut tuntas,” desaknya.

Ia juga mendorong Polresta Pulau Ambon untuk mengungkap para pelaku termasuk aktor intelektual di balik penculikan dan penganiayaan terhadap aktivis HMI Cabang Ambon ini.

“Polresta Ambon harus mengungkap siapa aktor yang menyuruh sekelompok orang tak dikenal itu untuk bertindak premanisme terhadap kader HMI Cabang Ambon ini. Siapapun yang terlibat dalam kasus ini patut diproses sesuai hukum yang berlaku. Prinsipnya, semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum atau equality before the law,” tegas Lapalelo.

Menyikapi peristiwa penculikan, Polda Maluku telah membentuk tim membackup pengusutan yang dilakukan oleh Polresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Leasse, untuk mengungkap pelaku dan motif dibalik aksi penculikan.

Wakapolda Maluku, Brigjen Jan de Fretes yang ditemui, Kamis 3 September 2020 di Mapolresta Ambon menyebutkan, saat ini sedang mendalami keterangan yang diberikan oleh korban, untuk mengetahui motif dari para penculik.

“Motifnya belum, kita masih selidiki dan motifnya kita belum tahu. Masih diambil keterangan untuk mengetahui persis kronologisnya,” ungkap de Fretes.

Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol. Roem Ohoirat menjelaskan, penculikan terjadi di Sekretariat HMI Unpatti, namun korban tidak mengetahui persis jam saat penculikan terjadi.

“Saat ini masih dilakukan penyelidikan oleh rekan-rekan Polresta, dan sesuai perintah Kapolda  dibentuk tim untuk backup, oleh Dit Reskrimum Polda Maluku dan personil dari polda,” ungkapnya.

Personil saat ini diakuinya sedang turun ke lapangan. Korban juga sudah dimintai keterangan, dan telah divisum, sesuai dengan protap. Hasilnya akan disampaikan secara transparan.

Ohoirat  juga menyebutkan, korban  mengaku para pelaku menggunakan dua mobil saat menculik dan membawa alat  tajam berupa parang. Dia juga sempat dipukul satu kali di bagian belakang, dan  sebelum dilepas, korban juga sempat diberi makan oleh para penculik. Penculikan ini kata Ohoirat, masih berkaitan dengan materi demo di kantor gubernur.

Baca Juga  Disinyalir Dana Bansos Tahun 2020 Pemkab Malteng Ke Poltek Ambon Bermasalah

“Menurut pengakuan korban, penculikan masih berkaitan dengan materi demo di kantor Gubernur, namun korban tidak mengetahui identitas pelaku, dan masih dilakukan penyelidikan,” jelasnya lagi.

Korban mengaku diculik oleh dua mobil dan tidak mengetahui persis jumlah pelaku yang menculiknya.

“Tunggu saja hasilnya, karena ini perintah Pak Kapolda untuk usut. Bahkan Direskrim dan Kapolres sudah diperintahkan langsung untuk kembali ke tempat,” pungkasnya.

Informasi penculikan Muhammad Syahrul Wadjo aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ambon ini dibenarkan oleh rekan-korban.

Fadhel Rumakat saksi mata melihat langsung  peristiwa itu terjadi sekitar pukul 22.20 WIT rabu malam (2/9/2020) di sekitar kawasan Pemda 3, Keluarahan Tihu, Kecamatan Teluk Ambon. Tepatnya di sekretariat komisariat Ekonomi Unpatti.

Menurut Fadel, Syahrul diculik oleh beberapa pria tak dikenal. Mereka berbadan kekar. Sempat diseret masuk ke mobil.

Rekan Korban, Fadel Rumakat, saat memberikan keterangan kepada wartawan terkait penculikan Syahrul Wadjo, rabu malam.

Penculikan itu menurut fadel usai mereka melakukan aksi demo di Kantor Gubernur Maluku. Setelah diculik semalam, pagi harinya Syahrul telah dilepaskan oleh para penculiknya, di kawasan bundaran Patung Leimena, Poka.

“jadi kita ada sekitar enam orang sementara duduk, tiba-tiba syahrul berteriak beta (saya) minta ampong (ampun) jua abang, dan kita lihat. Namun saat turun dorang (mereka) dekati katong (kita). Tapi karena ada saudara perempuan 2 ini, makanya beta suruh masuk di dalam sekretariat,” kata Fadhel Rumakat, seorang rekan Syahrul.

Dikatakan Fadel, setelah syahrul diculik oleh sejumlah OTK, dia bersama bersama sejumlah aktivis lainnya berlari menyelamatkan diri mereka.

“Jadi karena lampu mobil sorot katong, makanya sulit lihat wajah mereka. Namun saat itu, dari yang saya lihat itu satu orang. Namun Syahrul bilang untuk beta, katanya ada empat orang yang turun dan menyekapnya”, urainya.

Lebih lanjut dijelaskan, mereka terlihat sangat kasar dan arogan, sampai baju dan celana syahrul itu sobek karena dia diseret masuk ke dalam mobil. Itu saya lihat dengan mata kepala saya sendir,” beber aktivis mahasiswa HMI Ambon itu meniru pernyataan Syahrul.

Dijelaskan, setelah membawa korban, dua mobil berjenis Agia dan Avanza berwarna hitam. Langsung membawa Syahrul mengikuti jalan sempit  di lokasi  mereka menuju ruas jalan utama, keluarahan Tihu. “Setelah dibawa beta tidak tahu lagi, karena kita juga menyelamatkan diri, taku mereka balik,” ucap dia.

Bantah diculik

Sejak kamis pagi, Muhamad Syahrul Wadjo diambil keterangan penyidik Reskrim Polresta Ambon. Sempat dilakukan reka di halaman Mapolresta Ambon. Rekonstruksi rencananya dilakukan di lokasi dekat sekretariat HMI di kawasan Pemda 3, kelurahan Tihu, Teluk Ambon, namun kembali dialihkan ke Mapolresta Ambon.

Setelah menjalani pemeriksaan, pihak Mapolresta akhirnya menggelar konfrensi pers dengan para awak media, di ruang utaman Mapolresta Ambon, Perigi Lima.

Selain Kapolresta Ambon, Kombes Pol Leo Surua Nugraha Simatupang, keterangan pers ini juga hadir Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol M Roem Ohoirat, beserta jajaran penyidik Sat Reskrim Polresta seempat dipimpin Kasat Reskrim, AKP Mido J Manik.

Aktivis HMI Cabang Ambon itu menyampaikan bantahannya saat memberikan keterangan pers yang di langsungkan di Polresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, Jumat 4 September 2020.

Pria yang sempat dihebohkan menjadi korban penculikan sejumlah OTK itu, dibantah seluruhnya. Dirinya menepis seluruh isu penculikan hingga penganiayaan yang menimpanya. Wadjo dengan lantang menyebut, kabar penculikan terhadap dirinya, tidaklah benar.

“Beberapa hari lalu beredar kabar bahwa saya korban penculikan. Perlu saya sampaikan atas kesempatan ini secara pribadi saya ingin klarifikasi sedikit terhadap isu soal penculikan. Perlu saya sampaikan, itu tidak benar,” tegas Wadjo mahasiswa Universitas Pattimura Ambon itu.

Baca Juga  Promosi Wisata, Ratusan Peserta Dari Berbagai Daerah Siap Meriahkan Tour d’Ambon Manise II

Ia mengaku, saat kejadiaan, ia dipulangkan secara baik-baik oleh sejumlah pria yang disebut OTK itu. Oleh karena itu, ia mengaku sangat merugikan dirinya secara pribadi dengan beredarnya kabar tersebut.

“Saya sampaikan klarifikasi agar tidak ada isu-isu yang merugikan saya secara pribadi. Mohon maaf bila ada kata ataupun salah baik yang berkembang di medsos, secara pribadi saya minta maaf,” tutur dia dengan nada ngos-ngosan itu.

Syahrul mengatakan, kejadian yang sebenarnya itu terjadi, Rabu 2 September 2020 malam, sekitar pukul 22:00 WIT. Saat itu, ia bersama dua rekannya, Haikal dan Fahmi tengah berjalan dari Sekretariat HMI Komisariat Hukum menuju Sekretariat HMI Komisariat Ekonomi yang letaknya di Pemda III, Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon. Letak kedua sekretariat itu tidak terlalu jauh.

Dalam perjalanan, Syahrul nampak curiga. Ia sempat menengok ke belakang, ada mobil yang mengikutinya. Secara spontan ia meminta kedua rekannya untuk lanjutkan perjalanan. Saat jalan, terlihat satu mobil menghampirinya dan terlihat dua orang yang ngaku tak mengenal itu, turun dan membawanya masuk ke dalam mobil

“Perlu saya sampaikan saya tidak kenal siapa itu, pas (saat) saya di mobil salah seorang yang membawa saya mengaku kenal saya 3 tahun lalu katanya pernah datang ke Komisariat Hukum, sementara yang satu sampaikan mengenal saya dan sering tegur saya, mereka sampaikan mereka HMI juga,” jelasnya.

Kabarnya, dua orang yang mengaku kenal Syahrul  ini berinisial KM dan JM, saat pemeriksaan kasus ini, mereka belum  dimintai keterangan oleh penyidik.

Setelah masuk mobil, kata lanjut Syahrul mereka membawanya sampai ke Desa Waiheru. Saat diperjalanan ia diinterogasi. Mereka mengaku kecewa, seakan-akan marah terhadap orasinya saat melakukan aksi demo di depan kantor Gubernur Maluku, Rabu 2 September 2020.

“Katanya bahasa saya yang ditujukan kepada Gubernur yang membuat mereka marah. Katanya beliau dari jazirah sehingga membuat mereka marah. Saya diminta untuk meminta maaf,” sambungnya.

Lanjut Syahrul, setelah diinterogasi oleh sejumlah lelaki itu, dia diajak untuk makan di sebuah warung nasi kuning yang beralamat di Batu Koneng.

Usai makan kata Syarul, mereka  kembali memulangkannya di Poka sekitar pukul 24:00 WIT. Dari situ dia berniat menuju ke Sekreatriat HMI Komisariat Ekonomi. Ditengah perjalanan, dia bertemu tiga rekannya dan memintanya untuk tidak ke Sekretariat karena ada polisi.

Wadjo mengikuti ajakan rekan-rekannya dan menginap di rumah salah satu seniornya. Kamis pagi sekitar pukul 06:00 WIT, barulah dia ke sekretariat. “Jadi saya sudah kembali sejak jam 12 malam (23.00) WIT,”ujarnya.

Sebelumnya Syahrul sempat mengaku didepan Polisi bahwa, saat penganiyaan itu ia melihat parang. Bahkan, rekannya Fadel Rumakat kepada wartawan pun mengaku melihatnya, dan ancaman kepada Wadjo iti, Fadel sempat mendegar teriakan “minta ampong (Ampun) abang ee” dari mulut Wadjo.

Syahrul sendiri membantahnya. Ia mengaku, saat dirinya dibawa oleh sejumlah orang itu, dipastikannya tidak ada parang sebagaimana isu yang berkembang. “Saya tidak melihat adanya parang. Itu yang perlu saya sampaikan,” bantah Wadjo menjawab pertanyaan Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol. M Roem Ohoirat.

Saat kejadian itu, sambung dia, tidak terjadi kekerasan terhadap dirinya. Bahkan dia mengaku, baru mengetahui kalau kaos baju  yang dipakai sobek di bagian bahu saat terbangun pagi. Karena saat dijemput malam hari itu, dua orang OTK itu sempat memegang bagian bahu namun tidak sadari apakah bajunya saat itu langsung sobek atau tidak.

Baca Juga  Penyelundupan Mercury, Polda Maluku Tangkap 3 Orang Pelaku

“Kalau celana yang kena lumpur becek ini, akibat saya terjatuh di becek ketika 3 teman saya mengatakan ada polisi di sekretariat,” akuinya.

Kabid Humas Polda Kombes Pol. M Roem Ohoirat, sempat menanyakan alasan menghindari aparat kepolisian yang berada di sekretariat, Syahrul mengaku takut dicari polisi karena aksi demo rabu siang di kantor Gubernur. “Karena teman bilang lari, ada polisi,” ungkapnya.

Selain itu, saat ditanyai alasan tidak langsung mengklarifikasi penculika yang terjadi sejak rabu malam, dia mengaku, baru mengetahui terkait isu penculikan dirinya itu dari facebook salah satu reakn seniornya kamis pagi. Saat itu ia telah kembali ke Poka pada jam 12 malam. dan mengaku tidak membuka facebooknya.

Begitu juga dengan perban yang menempel di pipi-nya, Syahrul mengaku itu adalah salonpas, obat penahan nyeri yang dipakai sejak magrib usai demo di kantor Gubernur Maluku, Rabu.

“tidak ada paksaan dari siapapun untuk melakukan klarifikasi tersebut. Bahkan, tidak ada tekanan dari pihak kepolisian,” tandas dia.

Simpang-Siur Keterangan

Kapolresta Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, Kombes Pol Leo Simatupang mengatakan kehadiran polisi di Sekretariat HMI Komisariat Ekonomi karena pihaknya mendapatkan perintah langsung dari Kapolda Maluku, Irjen Pol Baharudin Sjafar untuk mengkroscek informasi penculikan.

Yang mana Kapolda Maluku sebelumnya pada Rabu malam itu juga mendapatkan informasi itu dari pesan singkat WhatApps yang dikirim oleh Ketua Batko HMI Maluku, Firdaus sehingga diperintahlah personil Polri untuk melakukan penyelidikan.

Leo juga membenarkan, dari hasil pemantauan personilnya, diketahui sekitar pukul 24:00 Rabu malam, posisi Syahrul terpantau berada di sekitaran bundaran patung Leimena, Poka. Bahkan kata Leo, ada saksi juga yang melihat Syahrul berada di kawasan Poka pada pukul 12 malam itu.

Terkait hasil visum yang telah dilakukan di RS. Bhayangkara Polda Maluku, Kapolresta Ambon memastikan tidak ada tanda-tanda kekerasan. “Ada benjolan di kepala tapi dia belum bisa dipastikan itu karena apa,” sambungnya.

Terkait isu penculikan yang sudah berhembus kencang ini, Leo mengatakan sudah selesai karena sudah ditepis oleh Syahrul sendiri.

“Ini sudah clear masalah ini tadi sudah ditepis sendiri Wadjo karena kenal dengan salah satu seniornya, kami masih mencari agar lengkapi ini secara utuh, tidak ada pemukulan, cerita-cerita diawal ada beberapa yang tidak benar,” ujarnya.

Terkait kejadian ini, lanjut Leo, pihak Polresta Ambon masih terus melakukan penyelidikan dan mendalami. Apalagi lanjut Leo, keterangan dari Syahrul tak menentu sehingga membingungkan penyelidikan.

“Belum ada kejelasan yang mengarah pada seseorang. Masih kami dalami, keterangan yang berubah itu yang merepotkan penyidik. Mungkin ada unsur kesalahpahaman, tapi kalau ada unsur pidana kita tetap proses. Apa yang terjadi sebenarnya. Kenapa harus sembunyikan. Ini kan jadi pertanyaan besar di tengah-tengah masyarakat. Jadi masih dalam proses penyelidikan,” sebutnya.

Sementara berkaitan dengan pertanyaan Wadjo yang sebelumnya menyebut, dianiya berkaitan dengan aksi Demo, yang akhirnya dibantahkanya itu, Kapolresta mengaku akan memproses.

Begitu juga saat disinggung peran dari KM dan JM, dua yang orang yang mengaku kenal dengan Syahrul, kata Kapolresta Ambon, itu juga masih didalami.

“Kasus ini masih berlanjut apakah ini terkait rekayasa kasus, keterangan palsu atau seperti apa, masih didalami. Soal penyebaaran informasi hoaks tetap kami proses biar ada efek jerah, dan jadi pelajaran,” tandas dia. (T-02)