Satu Resensi Pendek Buat Buku Catatan Putra Timur

0
1657
Hermiati Mewal Indah bersama Penulis Buku Catatan Putra Timur Ikhsan Tualeka

”Dari buku ‘Catatan Putra Timur: Perjalanan dan Gagasan’, saya berkesimpulan bahwa kreativitas, ide dan gagasanlah yang mampu membuat eksistensi setiap orang tetap ada”.

Oleh: Hermiati Mewal Indah

Akhirnya rampung sudah saya membaca buku ‘Catatan Putra Timur: Perjalanan dan Gagasan’ yang ditulis oleh intelektual muda Maluku, Ikhsan Tualeka. Buku yang sungguh menarik dan inspiratif.

Sejak mendapat buku itu, tanggal 5 Desember 2019, bertepatan dengan soft launching platform digital IndoEast Network yang diadakan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, 9 hari kemudian, 14 Desember saya sudah rampung membaca buku 322 halaman itu, plus kata pengantarnya.

Saya melahap dengan cepat isi buku itu, karena ceritanya mengalir dan banyak catatan pengalaman penulis yang bisa diikuti secara langsung. Isinya yang tak begitu ‘berat’ dan penuh gagasan membuat sulit berhenti untuk membacanya.

Bukan kecepatan dalam membacanya, tapi lebih dari itu, saya pikir adalah esensi dari pada membaca satu buku, yakni pengaplikasian dari bacaan itu sendiri. Bukan pada orientasi untuk bisa habiskan bacaan satu buku, tapi bagaimana sehingga pengalaman dan gagasan dalam buku itu bisa mendorong pembaca untuk lebih berkarya lagi.

Saya sependapat, dan benar apa yang dikatakan oleh Pak Sandiaga Salahudin Uno dalam kata pengatarnya pada buku Catatan Putra Timur, bahwa setiap cerita dalam buku itu punya hikmah dan nilai positif yang dapat diambil. Dengan berbagai rentetan cerita dan pengalaman dari setiap tempat yang ditampilkan di tiap lembar buku, ada hikmah dan pelajaran yang bisa didapat.

Dari situ saya berkesimpulan bahwa kreativitas, ide dan gagasanlah yang mampu membuat eksistensi setiap orang tetap ada sepanjang masa. Ini pula yang saya temukan, tidak saja dalam isi buku, tapi dalam diri sosok penulisnya.

Baca Juga  Megatrend Maluku 2045

Terlihat penulis selalu ingin membuat terobosan baru, mulai dari menjadi aktivis HAM dan demokratisasi, jadi entrepreneur dan bikin film, hingga mengadakan berbagai kegiatan, yang diantaranya ditulis dengan cermat. Sungguh dapat menjadi roll model bagi kalangan Milenial, khususnya di kawasan timur Indonesia.

Penulis tidak saja penuh dengan agenda yang padat, baik di dalam dan luar negeri, serta kegiatan lain yang penuh kreativitas, tapi juga punya harapan besar untuk kemajuan Maluku ke depan. Semua itu diaktualisasikan lewat gagasan dan kritik dalam buku ini.

Itu dapat dilihat dari kritikan penulis terhadap pemerintah dalam berbagai isu, utamanya soal keadilan dan distribusi anggaran. Misalnya, perlu ada tindakan afirmatif bagi daerah yang berbasis laut dan pulau.

Termasuk pula kritik atas ketidakadilan pembagian dana alokasi umum maupun dana alokasi khusus, yang hanya melihat dari luas daratan tanpa mempertimbangankan aspek yang lebih substantif, seperti kemahalan transportasi dan lainnya.

Bukan hanya itu, penulis juga mengkritik persoalan ‘budaya’ orang Maluku yang dalam beberapa konteks kurang positif bagi upaya berkolaborasi untuk maju bersama. Padahal untuk kemajuan Maluku membutuhkan semua pihak dan kalangan untuk bekerjasama.

Saya perlu berterima kasih pada penulis atas bacaan yang disajikan dalam buku ini. Saya selaku pribadi sangat terinspirasi, apalagi terdapat salah satu artikel menarik “Amcrely Mengawali Obsesi Seribu Walang Literasi” di Halaman 185 yang merupakan pengalaman penulis dalam membuat rumah baca.

Saya tertarik dengan artikel tersebut, karena ada pesan yang disampaikan dalam catatan itu: “Bagi yang punya inisiatif untuk mendirikan walang atau rumah literasi, Beta Kreatif akan mendukung dan membantu pengembangannya”. Penggalan kalimat penutup yang memantik keinginan saya untuk dapat bekerjasama dan berkolaborasi dengan penulis.

Baca Juga  Perintah Soekarno Bunuh Bangsa Maluku di Jawa: "Verkaart Oorlog Aan Indo’s Menadonezen, En Ambonezen”

Kebetulan sudah dua tahun terakhir ini saya dan sejumlah rekan tengah bergelut dengan beberapa taman baca yang baru dibangun di wilayah Seram Utara dan Seram Selatan, tapi masih terkendala minimnya buku bacaan. Harapannya nanti dapat bekerja sama dengan penulis dan berbagai pihak terkait.

Terakhir saya merekomendasikan buku Catatan Putra Timur ini untuk dibaca dan dimiliki oleh segenap aktivis dan mahasiswa, khususnya bagi para pemula, agar terinspirasi sehingga dapat membuat pencapaian yang lebih tinggi lagi.

Penulis adalah aktivis dan penggiat literasi