“Terlihat keras di luar namun memiliki hati yang peduli terhadap tanah kelahiran.”
Oleh: Tiara M.A. Salampessy
Sejatinya saya tidak terlalu begitu mengenal sosok Murad Ismail, yang sekarang ini menjabat Gubernur Maluku. Meski sebenarnya saya punya alasan tersendiri ketika memilih beliau dan pasangannya Barnabas Nataniel Orno, pada pemilihan kepala daerah ketika itu.
Sebagai anak muda, saya melihat Gubernur Murad Ismail yang saat ini telah dua tahun memimpin Maluku, dari luar terlihat tegas dan juga agak ‘kaku’. Mungkin itu dipengaruhi atau terbentuk karena dirinya merintis karier di dunia kepolisian.
Tapi dari kesaksian beberapa orang yang mengenal betul sosok Pak Murad saya dengar beliau sebenarnya adalah pribadi yang hangat dan menjunjung tinggi persahabatan. Menurut cerita kalau sudah bersahabat Pak Murad akan membela dan membantu dengan sepenuh hati.
Di suatu kesempatan malam Takbiran Idul Fitri, di kawasan simpang Masjid Al Fatah. Saya sedang meliput sebagai jurnalis, melihat langsung bagaimana Murad yang ketika menjabat Kapolda Maluku, menenangkan masa anak-anak muda yang ngotot ingin konvoi dengan suara motor yang meraung-raung.
Sejumlah petugas berusaha menghalau para anak muda tersebut, namun tetap saja kewalahan. Barulah ketika Murad datang dan menghampiri mereka, memberi pengertian namun dengan nada tegas, anak-anak muda tadi pun mau diarahkan ke ruas jalan yang lain.
Itu kesan pertama saya soal ketegasan sosok Murad. Dalam kesempatan itu pula saya sebenarnya melihat ada kesan kaku, kadang susah tersenyum, tapi pada sisi lain ada pula ekspresi yang humble menunjukan kedekatan dengan orang-orang di sekeliling.
Wajar kemudian kiprahnya di kepolisian menjadi cemerlang, sebab adalah salah satu putra Maluku terbaik, yang dapat menembus pendidikan tinggi keperwiraan di Institusi Kepolisian pada tahun 1985. Tidak tanggung-tanggung, Pak Murad bahkan bisa memegang tongkat Komandan Korps Brimob Kepolisian Republik Indonesia.
Jadi, menurut saya mungkin karier awal Pak Murad yang membentuk sosoknya menjadi terkesan kaku dan tegas, namun terlihat sangat berwibawa. Tapi jika kita mengenalnya lebih dekat, seperti diakui beberapa sahabat yang pernah bertemu langsung, sosok Murad ternyata sangat humoris, dan juga senang berseloroh.
Senang bernyanyi yang juga merupakan salah satu kegemaran beliau. Dalam setiap kesempatan pertemuan, Pak Murad kerap unjuk kebolehan dengan suaranya yang khas, dan akan sedikit bercerita di jeda satu lagu ke lagu lainnya. Maka memang benar kata pepatah tua, “tak kenal maka tak sayang”.
Bicara sayang dan cintanya Murad kepada Maluku membuat suami dari Widya Pratiwi ini, memilih pensiun dari karier di dunia kepolisian, bahkan sebelum masa pensiunnya tiba. Pilihan yang tidak mudah, karena beberapa tahun yang masih tersisa memungknkan naik bintang tiga, sementara ikut pilkada belum pasti akan menang.
Tapi rupanya semua sudah dikalkulasi. Dengan pengalaman selama di dunia kepolisian dan juga komunikasi politiknya yang baik, Murad mampu meyakinkan sejumlah partai politik untuk memberikan rekomendasi, dan kemudian turun langsung ke masyarakat di daerah yang dikenal dengan sebutan Jazirah Al Mulk atau negeri para raja ini.
Tak lupa dia menggunakan hobby menyanyinya sebagai pendekatan dengan orang Maluku yang memang gemar bernyanyi. Ruang-ruang politik seketika berubah menjadi lebih santai dan tidak kaku lagi seperti sebelumnya. Pribadi yang terkesan kaku justru karena gemar bernyanyi, mencairkan setiap suasana.
Salah seorang kawan jurnalis yang sempat melakukan wawancara eksklusif dengan Gubernur Murad bercerita kepada saya, bahwa kesannya tentang Murad yang kaku dan cepat meledak-ledak, ternyata jauh dari itu. Sebab Murad dalam bertutur membuat kita bisa merasa nyaman, karena beliau juga merasa nyaman.
Selama wawancara pun beliau bicara terstruktur, penjelasan bagus berbasis fakta dan data. Kerap angka-angka dihafal dengan detail. Secara makro dan mikro diulas dengan baik, tak salah kalau dalam berbagai kesempatan Pak Murad katakan beliau melihat Maluku dari Jakarta, sehingga komprehensif.
Seperti saya sampaikan di awal, saya memang tidak dekat dengan sosok sang Bapak Maluku tersebut. Namun seringkali saya meliput kegiatan dan melihat sosok Murad yang menjadi motivasi juga untuk anak muda Maluku. Terlihat keras di luar namun memiliki hati yang peduli terhadap tanah kelahiran.
Dia juga mengajarkan bahwa kita harus menjadi diri sendiri, tidak perlu tampil dengan drama maupun pura-pura menjadi sosok orang lain agar diterima oleh banyak orang. Ceplas-ceplos tanpa sandiwara di setiap kegiatan maupun bertemu dengan banyak orang menjadi ciri Pak Murad yang otentik.
Prinsipnya ini pula yang membuat dia gampang melakukan lobby-lobby ke “pusat” alias Jakarta untuk kepentingan membangun daerah Maluku. Maklum dia pernah menjadi “orang pusat”, dan kolega-koleganya cukup banyak yang saat ini ada di kabinet Presiden Joko Widodo.
Tidak heran, di masa kepemimpinannya yang baru dua tahun ini, sudah banyak lobby-nya ke Jakarta yang “gol”. Lihat saja, lantaran komunikasi “elitnya” yang bagus, maka dua program penting yang langsung direstui pemerintah pusat, antara lain Maluku Lumbung Ikan Nasional yang sempat bertahun-tahun tidak jelas nasibnya, dan pembangunan Ambon New Port.
Saya jadi ingat, soal Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional ini, malah membuat Murad sempat bersitegang dengan Menteri Kelautan dan Perikanan saat itu, yakni Susi Pudjiastuti. Bahkan tak tanggung-tanggung sebagai Gubernur Maluku, Murad menyatakan perang ke Menteri Susi.
Alasannya kebijakan moratorium yang diberlakukan Menteri Susi ketika itu, sangat merugikan Maluku. Setiap bulan Kementerian Kelautan dan Perikanan disebut Murad, mengangkut ikan dari perairan Arafura untuk diekspor, namun Maluku tidak mendapatkan apa-apa dari ekspor itu.
Terlepas dari isu yang memicu pernyataan perang itu, momentum ini sengaja ditunjukkan Murad, bahwa Maluku sebagai daerah juga punya posisi tawar, karena punya sumberdaya yang memang melimpah. Itu sebabnya Maluku sangat layak jadi Lumbung Ikan Nasional.
Di dua tahun masa kepemimpinannya, lobby Murad ke Pemerintah Pusat sudah berbuah hasil, Program Maluku Lumbung Ikan Nasional (M-LIN) dan Ambon New Port akhirnya disetujui menjadi Program Strategis Nasional dan akan segera terealisasi di akhir tahun 2021 ini.
Bukan tidak mungkin, di tiga tahun berikutnya, ada sejumlah Program Strategis Nasional Lainnya bakal hadir di Maluku, berkat lobby dari Murad Ismail. Mari sama-sama kita nantikan gebrakan berikutnya dari Gubernur Maluku yang hobby menghibur warganya dengan suara merdunya ini.
Penulis adalah jurnalis perempuan, sedang menyelesaikan studi di Jakarta. Tulisan ini untuk turut menandai 2 tahun kepemimpinan Gubernur Murad Ismail