Cerita Warga Banda Efruan : “Kami Sudah Biasa Bawa Mayat Ditandu Pulang Lagi, Karena Meninggal Dalam Perjalanan”

0
2923
Potret miris kesenjangan sosial di tanah air. Demi berobat ke Puskesmas Banda Eli kecamatan Kei Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara, KIm Marwan (40) terpaksa ditandu warga karena tidak adanya pelayanan medis di Desa setempat

TABAOS.ID,- Sudah Puluhan tahun, warga yang tingga di Desa Banda Efruan , Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku terisolasi, akibat jalur transportasi dari desa mereka menuju Desa Lainnya dan menuju ke Ibu Kota Kabupaten Maluku Tenggara, Langgur harus melewati laut.

Harapan warga Banda Efruan , Kei Utara Timur dan sekitarnya untuk mendapatkan akses jalan darat dan akses transportasi laut hingga kini belum juga terwujud.

Kejadian paling parah diceritakan Suging Marwan (67), warga Desa Banda Efruan, terhadap ponakannya almarhum Kim Marwan (40), warga Desa Banda Efruan, Kecamatan Kei Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara yang harus menghembuskan napas terakhirnya saat dibawa menuju Desa Banda Eli.

Ini, karena upaya mereka untuk membantu pasien dari Desa Banda Efruan menuju Puskesmas Banda Eli, Kecamatan Kei Utara Timur, terlambat, karena terkendala dengan transportasi laut yang sulit.

Selain itu juga, puskesmas yang dibangun di desa mereka hingga kini tidak ada tenaga medis, sehingga mereka sulit dalam mendapatkan penanganan kesehatan sehingga mereka terpaksa melakukan pengobatan ke Banda Eli.

Terlambatnya penanganan berobat pasien tersebut, diakibatkan akses transportasi laut di Desa Banda Efruan sehingga sulit dilalui warga untuk menuju  ke Pusat Kecamatan Banda Eli dan sudah berlangsung selama puluhan tahun.

Suging menceritakan kondisi ponakan setelah terjatuh dengan luka parah di kepalanya membuat mereka panik.

“setelah terjatuh kita panik karena mau dibawa kemana ponakan beta ini, karena di kampung katong (kami) tidak ada perawatnya, meski ada bangunan Puskemas Pembantu,”Terang Suging melalui telepon selulernya, rabu (13/03/2019).

Karena kondisi yang semakin parah, Suging bersama warga lainnya mencoba membawanya ke Pusat Kecamatan, yakni Desa Banda Eli untuk mendapatkan perawatan medis.

Baca Juga  Launching Maluku FC, Secercah Harapan Bagi Persepakbolaan Maluku

“Jadi untuk mengantar ponakan saya ini, kami sedikit kesulitan karena tidak ada kendaraan, terpaksa kami bersama-sama menggotongnya dari rumah menuju ke pantai,”Ungkap Suging

Suging menjelaskan jalan yang sempit membuat mereka merasa kesulitan dan harus melambatkan langkah mereka menuju pantai, sehingga membuat kondisi korban semakin parah.

Belum lagi menurut Suging, sesampai di pantai lokasi speead boat, mereka sempat kesulitan karena tidak ada alat transportasi  menuju desa Banda Eli.

“ beta sangat stress waktu itu, karena seng (tidak) ada boat untuk menyebrang, terpaksa harus menunggu lagi, dan warga lainnya harus pergi mencari pemilik boat untuk disewakan,”sedih Dia.

Tak hanya bermasalah dengan alat transportasinya, cerita Suging kepada tabaos.id  bahwa setelah menemukan perahu boat, mereka kesulitan minyak bensin agar bisa menyalakan mesin speeadboat tersebut.

“ya terpaksa kami harus menunggu untuk membeli minyak bensin lagi, yang harganya lumayan mahal 15 ribu per liter baru kita bisa jalan,”Sesal Suging.

Namun usaha Suging serta keluarganya sia-sia, setelah menyebrang menggunakan Perahu Boat ke Banda Elat, Korban sudah kehilangan nyawa alias meninggal dunia.

“Kami sadar bahwa semua kejadian itu adalah takdir. Namun harus diperhatikan juga kendala sulitnya akses transportasi menjadi kendala keterlambatan penanganan orang sakit, yang meskinya perjalanan 2 jam. Namun dengan kondisi transportasi ini menjadi 4 sampai 5 jam perjalanan,” ujar Suging.

Sabtu (9/3/2019) itu juga menjadi hari duka bagi warga Desa Banda Efruan, Kecamatan Kei Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku.

Jenazah Kim Marwan (40), akhirnya dipulangkan sebelum mendapat perawatan medis di Puskemas Banda Eli.

“Jazad Almarhum kita bawa balik lagi ke kampung untuk dimakamkan,” Ujar Suging sambil menangis

Almarhum meninggal ditengah perjalanan saat dirinya dirujuk menuju Puskemas Banda Eli. Dirinya telah berjuang dengan luka yang dideritanya akibat terjatuh, namun takdir berkata lain.

Baca Juga  Pasca Ambruk 2018, Jembatan Fair Terabaikan,Warga Mulai Kesulitan Air Bersih. Pemerintah dimana ?

Atas peristiwa tersebut Suging yang merupakan Paman dari Almarhum menyesalkan kondisi yang dialami keluarganya dan juga warga setempat selama puluhan tahun ini.

“Ini bukan kejadian yang pertama tapi sudah pernah terjadi berulang kali dan hari ini baru katong bicara di media, bahwa Kami Sudah Biasa Bawa Mayat Ditandu Pulang Lagi, Karena Meninggal Dalam Perjalanan

Melalui telepon selulernya kepada jurnalis tabaos.id, Suging pun menceritakan kejadian yang menimpa ponakannya itu.

Peristiwa itu berawal dari saat Kim Marwan (Alm)  terjatuh dari atap rumah dengan ketinggian 6 meter sehingga mengalami benturan luka di kepalanya, sabtu (9/3/2019).

Sedihnya lagi menurut Suging, Puskesmas Pembantu yang dibangun oleh pemerintah hingga kini tidak difungsikan secara baik karena tidak ada tenaga medisnya

“Iya menyangkut puskesmas dan rumah sakit, kalau puskesmas pembantu itu di kampong saya di Banda Efruan telah dibangun mendekati sepuluh tahun dari tahun 2009, namun tenaga medis satu bulan itu baru datang 2-3 kali jadi kita setengah mati jika sakit,”Terang Dia

Akibatnya menurut Suging warga setempat sangat sulit jika kalau sakit atau ingin berobat.

“Pelayanan untuk di Banda Efruan itu setengah mati, jadi kita kalau butuh periksa atau sementara sakit itu paling setengah mati,” Terang Suging

Untuk itu dirinya berharap agar Pemerintah Daerah setempat maupun Pemerintah Daerah Maluku agar bisa menyediakan tim medis di Desa-Nya.

Kondisi Pustu di Desa Banda Efruan. terlihat kosong dan tidak digunakan lagi oleh Dinas Kesehatan. (foto : Latief M)

“Kami minta supaya kalau bisa pemerintah menyediakan tim medis di desa kami, dan medis juga kalau bisa berdomisili di kampong kami, supaya menghindari hal-hal yang terjadi seperti saudara kami yang meninggal karena terlambat di tolong tim medis,”Harap Suging

Baca Juga  Biaya Parkir Naik, Pemkot Ambon Tentukan Lima Zona Progresif

Bukan hanya masalah pelayanan medis saja, Suging mengungkapkan sudah puluhan tahun dan setelah Indonesia merdeka, mereka tak bisa menikmati listrik.

“Listrik ini kita tak pernah mimpi, dan sudah kubur mimpi kami karena terus dijanjikan oleh Pemerintah. Memang sudah pernah dibangun tahun 2015, tapi sampai kini Desa kami tidak teraliri listrik. Sebagian dari warga desa yang mampu bisa pakai mesin genset, sedangkan yang tidak mampu hanya menggunakan lampu pelita,”Kata Dia

Tiang Listrik yang dibangun terlihat telah karatan. tiang listrik ini telah dibangun sejak tahun 2015 (foto : Latif M)

Tak hanya sampai disitu, Infrastruktur Pelabuhan rakyat antar pulau pun sengaja diabaikan selama ini oleh Pemerintah padahal menurut Suging untuk menjangkau Puskemas Desa Banda Eli, mereka harus menunggu hingga air laut pasang, agar boat yang mereka pakai bisa masuk ke pelabuhan alam di desa mereka.

“Kalau musim meti (air surut besar) itu paling setengah mati, ”Ungkapnya

Untuk itu dirinya berharap Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara dan juga Pemerintah  Provinsi untuk melihat Desa mereka. Dirinya juga berharap agar pemerintah dapat memperhatikan kondisi yang ada di desa mereka, baik dari sisi transportasi laut bahkan akses jalan yg saat ini kesan diabaikan.

“Selain listrik dan kesehatan, kebutuhan dasar yang menjadi masalah ialah infrastruktur jalan dan pelahuhan  katong sampe skarang sudah usul tapi seng pernah ada,”Harap Dia

Diakhir wawancaranya Suging menegaskan desa mereka dan desa lainnya sejak Indonesia merdeka masih terisolir dari pembangunan

“Kita di Kei Utara Timur itu seperti masih dalam penjajahan begitu, Indosnesia sudah merdeka katong  (kita) masih terus dalam penjajahan,”Tutup Suging (T05)