“Laut adalah kebanggan bangsa Indonesia, selama ini kita bangga sebagai bangsa bahari yang kaya akan laut dan isinya. Kebanggaan kita tidaklah berlebihan karena memang sumberdaya laut kita melimpah.”
Oleh : Jafar Sahubawa
Laut telah memberikan kehidupan bagi kita, sebagian besar hasil laut kita dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Dari laut, kesejahteraan nelayan tercapai. Nilai ekspor perikanan meningkat, Negara mendapatkan devisa yang cukup besar dimana Indonesia juga terkenal sebagai salah satu Negara penghasil produk perikanan terbesar di dunia.
Seiring berjalannya waktu, bagaimanakah nasib laut kita sekarang? Sumber kekayaan yang selama ini telah menjamin kesejahteraan kita apakah ia baik-baik saja? Pertanyaan ini senantiasa muncul ketika kita dihadapkan dengan kondisi laut kita sekarang.
Laut yang tadinya bersih, indah dan sehat kini menjadi laut yang kotor, penuh dengan sampah dan tercemar. Indonesia adalah penyumbang sampah plastik di laut terbesar kedua di dunia setelah Cina. Pada tahun 2010, sekitar 1,29 juta ton dari total 3,2 juta ton sampah plastik di Indonesia berakhir di laut (Jambeck et al., 2015).
Pencemaran plastik tidak hanya merugikan bagi makhluk hidup di lautan, tetapi juga kita manusia yang berada di bagian atas rantai makanan. Tanpa kita sadari, kita telah kehilangan sebagian kekayaan laut kita.
Berdasarkan studi terkini dari (SMALTI Member Student), di Indonesia ada 5 kota dengan sampah plastik terbesar adalah Padang, Makassar, Manado, Bitung dan Ambon. Informasi ini sangat mencemaskan dan membutuhkan perhatian kita semua.
Mari kita renungkan, ketika wilayah laut kita diganggu, dimasuki oleh orang asing, ikan-ikan dicuri, seketika kita merasa terganggu dan marah karena ulah mereka yang kita nilai tidak bertanggung jawab.
Sementara bagaimana dengan kita sendiri yang lalai ketika kita dengan sadarnya merusak laut, membuang sampah ke laut tanpa rasa bersalah, mencemari laut dengan limbah berbahaya, merusak ekosistem laut yang menjadi pusat perkembangbiakan biota tanpa berfikir dampak dari ulah kita.
Apakah ini adil? Laut yang selama ini menjadi tempat bagi kita untuk mencari rejeki, menjadi sumber pangan bagi jutaan penduduk, merupakan rumah bagi lebih dari separuh spesies dunia, menghasilkan separuh dari oksigen di planet, dan menyerap seperempat emisi karbon dioksida. Laut senantiasa memberikan kita kesempatan untuk menikmati kekayaan yang dikandungnya namun dengan santainya kita malah membalas semua itu dengan merusaknya.
Ketika kita tidak menyadari dampak dari perbuatan kita maka kita hanya akan terus merusak kekayaan dan masa depan laut kita tanpa mempertimbangkan nasib anak cucu kita. Kita akan tergolong ke dalam umat yang merugi dengan perilaku (merusak) kita sebagaimana yang disampaikan dalam Al-quran Surah Ar – Rum ayat 41 yang menyatakan bahwa “Segala Kerusakan di Bumi, Baik di Daratan Maupun Lautan Itu Adalah Akibat Dari Ulah Manusia”.
Sang maha pencipta telah mengingatkan bahwa kerusakan yang terjadi baik didarat maupun dilaut adalah akibat dari ulah kita sendiri. Maka dari itu, sebagai umat yang bertakwa dan warga Negara yang bertanggung jawab, marilah kita perbaiki kebiasaan kita, jangan merusak lingkungan, sayangi laut kita, kurangi penggunaan sampah terutama sampah plastik.
Rata-rata kantong plastik butuh 500 tahun untuk hancur dan terurai oleh alam. Dari data ini para peneliti memperkirakan pada setiap KM permukaan air ada sekitar 18.000 partikel plastik. Sampah plastik yang sulit terurai yang mengakibatkan pencemaran air laut. Penumpukan sampah plastik di laut menyebabkan berbagai dampak buruk yang serius sekaligus berkepanjangan.
Penumpukan sampah di dasar laut juga berpengaruh terhadap terumbu karang sebagai tempat perlindungan bagi hewan hewan laut maupun biota laut serta dapat berfungsi untuk melindungi pantai dari erosi apabila terdapat gelombang laut tinggi. Apabila terumbu karang tertutupi sampah maka hewan-hewan laut tidak memiliki tempat untuk perlindungan sehingga akan rentan terhadap kematian yang menyebabkan terjadinya ancaman kelestarian ekosistem dan biota laut.
Hewan-hewan di laut seperti ikan, penyu, lumba-lumba, dan hewan lainya, akan ikut tercemar, hal tersebut dapat terjadi karena hewan-hewan laut tersebut dapat menganggap sampah di laut adalah sebagai makanan yang akan dimakan oleh hewan laut, dimana terdapat kemungkinan bahwa sampah plastik terbuat dari bahan kimia yang dapat terserap oleh hewan yang dapat meracuni hewan tersebut dan akan berakibat akan matinya hewan laut tersebut.
Ketika hewan mati di laut maka hewan tersebut akan menjadi bangkai yang didalam tubuh hewan tersebut terdapat sampah seperti sampah plastik yang tidak dapat terurai maka akan dapat meracuni hewan-hewan lainya. Sehingga kelestarian hewan-hewan laut akan berkurang dan bahkan bisa punah, dan berakibat pada hewan-hewan lainya sebagai hewan pengurai maupun hewan-hewan dalam urutan rantai makanan yang dapat berdampak.
Pencemaran air laut tidak hanya berdampak pada ekosistem laut dan biota laut, tetapi juga ikut berdampak pada manusia, mengingat manusia sebagai makhluk konsumtif, apabila air laut tercemar maka kebutuhan air yang digunakan manusia juga dapat ikut tercemar dan dapat menyebabkan penyakit bagi manusia karena air yang tercemar di dalamnya pasti akan terdapat bakteri atau kandungan berbahaya bagi manusia.
Selain itu apabila ekosistem laut seperti hewan-hewan tercemar oleh sampah maka hewan tersebut akan mengandung penyakit karena terinfeksi pencemaran dan apabila manusia mengkonsumsi ikan tersebut secara tidak langsung pencemaran yang ada didalam ikan akan ikut termakan oleh tubuh manusia dan tubuh manusia aka ikut menjadi tercemar oleh bakteri ikan yang tidak sehat.
Berdasarkan beberapa fakta diatas, sudah dapat menggambarkan kondisi laut kita yang butuh perhatian dan kesadaran kita. mari bersama-sama kita jaga laut kita dengan berusaha semaksimal mungkin mengurangi pencemaran laut. Sudah saatnya kita memberi perhatian lebih kepada laut dengan mengubah kebiasaan kita.
Kita dapat melakukannya dengan mengurangi penggunaan sampah. Ini adalah salah satu solusi yang baik dalam menanggulangi pencemaran sampah di laut. Selain itu, kita juga dapat melakukan perubahan melalui hal-hal sederhana seperti mengurangi penggunaan kantong belanja berbahan plastik, menggunakan botol air yang dapat digunakan kembali dari pada membeli air mineral dalam botol plastik kemasan setiap saat.
Hindari menggunakan peralatan plastik, seperti sedotan sekali pakai. Sebagai gantinya, cari satu set peralatan ramah lingkungan yang bisa diandalkan dari sedotan hingga peralatan makan yang bisa digunakan kembali. Mendaur ulang sebisa mungkin adalah keharusan.
Pastikan mendaur ulang dengan benar untuk membatasi jumlah sampah plastik berlebih yang masuk ke tempat pembuangan sampah dan berpotensi menjadi limbah di lautan. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan, lambat laun akan berdampak bagi lingkungan dan laut kita. Mulailah dari diri sendiri dan mulailah dari sekarang demi kelestarian laut dan kehidupan anak cucu kita.
Penulis adalah Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon, tulisan ini adalah salah satu chapter dalam buku: Dari Matasiri untuk Indonesia