TABAOS.ID,- Adalah Pati Herin, sosok jurnalis yang mencintai Maluku dengan segenap hati harus meninggalkan Maluku karena pindah tugas. Ia pindah setelah lebih dari tujuh tahun bertugas di Maluku.
Di atas Pesawat Garuda Indonesia Airlines yang menerbangkannya meninggalkan tanah raja-raja ini, pemuda asal NTT itu menuliskan semacam kata-kata perpisahan. Tabaos.id sengaja menyalin catatan pendek, yang diambil dari laman Facebook Juranlis Harian Kompas tersebut. Berikut catatannya:
Selamat Tinggal Maluku, Tanahnya Para Pemaaf
Hari ini saya meninggalkan Kepulauan Maluku setelah masa tugas tujuh tahun enam bulan dan sepuluh hari.
Saya pasti akan selalu rindu dengan tanah ini. Rindu tentang berjuta cerita di 57 pulau yang pernah saya datangi, mulai dari Morotai di utara sampai Lirang di selatan.
Saya memang terlanjur sayang dengan tanah ini. Magisnya memikat. Bahkan, istri saya yang baru dua kali ke Ambon pun merasa jatuh cinta. Ia berencana membawa anak kami, Delia, berlibur ke Ambon. Sayang pandemi membuyarkan mimpi itu.
Jujur, sebelum ke Maluku saya sempat khawatir akan cerita kelam konflik sosial bernuansa agama. Namun bayangan itu sirna saat saya, penganut Katolik asal NTT, mengalami sendiri kebaikan orang Maluku yang tulus membantu tanpa melihat latar belakang.
Saya pernah ditolong saat jatuh motor di depan Lorgi Batu Merah Kampong. Dibantu saat liputan tambang liar Gunung Botak. Ikut nelayan meliput illegal fishing di Laut Seram. Disambut ramah tetua adat Suku Bati. Juga didoakan khusus oleh pendeta Gereja Protestan Maluku di pegunungan Pulau Seram. Dan banyak lagi….
Yang membuat saya bangga dengan orang Maluku adalah kendati banyak dari mereka itu mudah tersulut amarah tapi paling cepat pula memaafkan orang. Bahkan, rasa sayang mereka kepada orang yang meminta maaf dengan tulus itu akan berlipat ganda.
Rasa saling memaafkan itu barangkali menjadi modal bagi orang Maluku dalam meredakan konflik sosial secara alamiah. Banyak orang tak menyangka, konflik Maluku bisa reda dengan cepat.
Saling memaaf sering saya temui dan alami sendiri. Izinkan saya menjuluki Maluku sebagai tanahnya para pemaaf.
Memang terlalu banyak pengalaman di Maluku yang tak akan habis ditulis. Sebagiannya tersusun dalam 3.426 artikel di Harian Kompas dan Kompas.id yang telah saya narasikan.
Terima kasih untuk semua orang Maluku. Dong paleng bae ee.. Saya tidak bisa sebutkan satu per satu. Saya juga mohon maaf atas kesalahan saya selama bertugas di sini.
Danke banya eee…
Sampa baku dapa di lain waktu…
Salam dari beta dan keluarga
Senin, 14 Juni 2021
Penerbangan GIA Ambon-Makassar