Ketua Dekranasda Maluku, Widya Murad Temui Suku Nuaulu di Dusun Rohua Malteng

0
2003

TABAOS.ID,- Tergerak oleh keinginan untuk melihat secara langsung hasil kebudayaan suku Nuaulu, Ketua  Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Maluku  Widya Pratiwi Murad akhirnya menemui masyarakat suku Naulu di Negeri Sepa Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah, Selasa (28/9).

Perjumpaan dengan Suku Nuaulu ini diagendakan dalam jadwal kunjungan  kerja Ketua Dekranasda Provinsi Maluku 

Didampingi Ketua Harian Dekranasda Provinsi Elvis Pattiselanno dan rombongan, Widya Pratiwi Murad akhirnya mengobati kerinduan nya itu dengan terjun langsung   dan melihat lebih dekat hasil kerajinan tangan dari suku asli pulau seram tersebut.

Tepatnya di Dusun Rohua yang merupakan  tempat bernaung suku Nuaulu (Naulu) yang kini sudah memiliki ragam kepercayaan baik itu yang beragama muslim, Kristen maupun hindu membuktikan suku ini sudah mulai menerima peradaban yang ada.

Adapun kerajinan-kerajinan tangan yang dihasilkan oleh penduduk setempat dengan keahlian yang dimiliki sebagai berikut, kerajinan tradisional dari Bambu, Aksesoris Manik dan Produksi Sandal Hotel Batik motif Maluku.

Lahir dengan motivasi untuk  memajukan Usaha Mikro Kecil dan  Menengah (UMKM) di Provinsi Maluku, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah semenjak dilantik istri Gubernur Maluku sering mengunjungi kabupaten/kota, hanya untuk melihat langsung upaya masyarakat  membangun taraf hidupnya. 

Bahkan untuk sampai di Dusun Rohua, rombongan harus menyeberangi sungai Noa. Sungai ini memiliki lebar kurang lebih 50 meter. Beberapa orang dari rombongan terpaksa turun dari mobil agar bisa sampai di desa setempat. 

Di Rohua, Widya disuguhkan dengan kepiawaian para pengrajin yang  memperlihatkan cara merajut anyaman bambu yang diolah menjadi Takanashi atau Keranjang dan kerajinan lainnya oleh salah satu pengrajin di Rumah Adat Marga Matoke. 

Bagi pengrajin, hanya membutuhkan seminggu untuk membuat satu keranjang. Kegiatan rajut ini biasanya baru akan dilakukan saat prosesi adat. 

Tak hanya melihat kerajinan UMKM, Bunda Literasi  ini juga menyempatkan diri  mengunjungi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Agape yang ada di dusun setèmpat.

Untuk diketahui Kelompok Usaha Kerajinan Tangan Dusun Rohua memiliki kepandaian merajut bambu menjadi keranjang, lembaga PKBM Agape yang terbentuk tahun 2006 ini, identik dengan pembuatan Sandal Hotel/Rumahan.

Bahan dasar dari Sandal Hotel/Rumahan tersebut terdiri dari Spon, Kain Cele, Lem Fox Nomor 186, Gunting, Pisau, Kater dan alat penjepit. 

Usai kunjungan, Widya mengatakan, jika tujuan kedatangannya adalah untuk melihat potensi kerajinan yang ada di dusun tersebut.

“Dengan kunjungan yang saya lakukan ini, selain kita bisa mempromosikan hasil kerajinan masyarakat, kita juga bisa mengetahui secara langsung persoalan yang dihadapi para pengrajin ini,” ungkap Widya.

Widya juga berharap, para pengrajin ini bisa membagikan ilmunya kepada masyarakat lainnya, agar kreatifitas ini bisa berkembang. 

“Kita sudah lihat sendiri kan, bila pengrajin ini memiliki bakat luar biasa dalam bidang industri rumahan dan kerajinan. Hasil yang diproduksi pun memiliki kualitas yang baik dan menarik,” terangnya.

Atas dasar itu, katanya, Dekranasda sebagai mitra pemerintah harus membantu pemerintah daerah untuk menciptakan lapangan kerja dengan melatih skill masyarakat untuk kesejahteraan mereka.

Berkaitan dengan hasil produksi yang dihasilkan pengrajin di Dusun Rohua, Widya menyarankan adanya kolaborasi antara hasil produksi satu pengrajin dengan pengrajin lainnya guna memaksimalkan produksi kerajinan tangan yang diciptakan.

“Harapannya juga tentunya masyarakat lainnya tergerak hatinya untuk belajar dalam hal kerajinan tangan untuk membentuk SDM disini,” ujarnya.

(T-03)