Mahasiswa Papua & Maluku Ajak Masyarakat Golput Pemilu 2019

0
4083
Aksi ini dengan melakukan Longmars dimulai dari kampus Unpatti (Gerbang belakang) dan mengelilingi dalam kampus sebelum berakhir di titik kampanye yakni bundaran Patung Leimena, Senin (18/02/2018)

TABAOS.ID,- Puluhan mahasiswa  Papua dan Maluku yang tergabung dalam Komite Boikot Pemilu 2019 (KBP), menggelar aksi demo di seputaran Patung Leimena,  Jalan M. Putuhena, Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, Senin (18/2/2019) pukul 11.00 WIT.

Aksi ini dengan melakukan long mach dimulai dari kampus Unpatti (Gerbang belakang) dan mengelilingi kampus Unpatti, sebelum berakhir di titik kampanye yakni bundaran Patung Leimena, Desa Poka.

Aksi ini untuk menyerukan ajakan Golput atau tidak memilih pada Pemilu 2019 bertemakan “Golput Pemilu 2019, Lawan Militerisme dan bangun partai alternative”, dan sekaligus meboikot Pemilihan Umum 2019.

Selain mengajak Golput, Dalam kampanye tersebut, 3 isu tentang Papua juga disuarakan yakni, Tutup PT. Freeport,  tuntaskan pelanggaran HAM di Papua, Tolak masuknya militer dalam parlemen dan Jokowi-JK adalah antek-antek kapitalis.

Dalam aksinya,  pendemo mengajak  agar rakyat tidak memilih partai dan calon-calon Legislatif yang korup dan  menipu rakyat, karena mereka berada dalam  barisan dengan para pelanggar HAM.



Mahasiswa juga meminta  para calon untuk  memiliki kebebasan berpikir berkumpul berkeyakinan dan berpendapat yang tidak memecah belah rakyat, dengan memainkan sistem agama yang tidak rasis.

Selain itu,  dalam konteks Pilpres 2019, para pendemo menyatakan, melihat adanya  borjuis dengan kekuatan Capital yang besar,  serta militer dan sosial orde baru yang terlibat dalam tim pemenangan baik di Kubu Jokowi maupun Prabowo.

“Keterlibatan militer dan sisa Orde Baru di kedua Kubu cukup menunjukkan bahwa siapapun yang terpilih nanti tidak akan ada yang serius  menghadang militer dalam berpolitik,”ungkap mereka

Pendemo juga menyatakan, Golput adalah suatu pilihan yang masuk akal, dan   menjadi sikap dalam Pemilu.

Alasan untuk Golput  kata mereka, karena tidak  ingin menjadi salah satu pendukung masuknya militer dalam kehidupan sipil

Baca Juga  Victor Mambor, Wartawan Papua Raih Penghargaan Jurnalisme ‘Oktovianus Pogau’

Persoalan rakyat  kata mereka, hanya akan selesai bila rakyat sendiri yang berkumpul,  bergerak membangun kekuatan politik alternatif,  untuk menciptakan jalan keluar bagi permasalahan rakyat.

“Kami Komite Boikot Pemilu 2019 yang tergabung dengan Organisasi Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk pembebasan Nasional dan Aliansi Mahasiswa Papua menyerukan Golput dalam pemilu 2019, Lawan Militerisme, Bangun kekuatan Politik Alternatif,  Tarik TNI/Polri dari seluruh tanah Papua, Stop Perampasan tanah petani dan Sahkan RUU pelecehan anti seksual”pungkas mereka.

Ketua AMP Kota Ambon, Abner Holago, dalam Orasinya menyatakan, sejak Pemilu tahun 1999, partisipasi rakyat pemilih terus menurun. Pada tahun 1999, partisipasi rakyat mencapai 92,6%, menurun menjadi 84,1% di Pileg 2004, turun lagi menjadi 78,2% di Pilpres 2004 Putaran I, turun lagi di 76,6% di Pilpres 2004 Putaran II, pada Pilpres 2009 turun lagi di 71,7%, dan mencapai angka 70,9% di Pilpres 2014.

Penurunan angka tersebut meskipun sebagian merupakan andil dari kekacauan administratif penyelenggara merupakan sinyal bahwa semakin banyak rakyat yang memilih untuk tidak berpartisipasi dalam pemilu (golput).

Dari tahun ke tahun, ada lebih banyak rakyat yang tak percaya, kecewa, atau bahkan muak terhadap sistem politik di negara ini.

“Golput adalah pilihan yang paling masuk akal. Dan itu menjadi sikap kami dalam Pemilu 2019 ini,” Teriak Abner Holago

Lanjut Ketua Aliansi Mahasiswa papua ini, dia menyarankan agar rakyat tidak memilih partai dan calon-calon legislatif yang korup, partai yang menipu rakyat, yang satu barisan dengan para pelanggar HAM, yang anti kebebasan berpikir, berkumpul, berkeyakinan dan berpendapat, mereka yang memecah-belah rakyat dengan memainkan sentimen agama. Kemudian yang rasis, yang dikendalikan militer, dan yang dekat dengan kepentingan kapital.

Baca Juga  Dugaan Penggelembungan Suara di SBT Mulai Terungkap

Deretan hal tersebut memperkuat alasan mengapa para pengunjuk rasa ini memilih untuk Golput.

“Memilih salah satu berarti mendukung masuknya militer dalam kehidupan sipil dan mendukung penindasan sistematis terhadap rakyat pekerja,” Ungkap Artur.(T05)