Nonton Konser ‘Matele’ Berkalas Internasional di Dusun Tuni Kota Ambon

0
2703

“Konser memang berkelas Internasional, kita sejenak seperti sedang dibawa ke Sydney Opera House atau David Geffen Hall.”

Oleh: Ikhsan Tualeka

Semalam (11/03) saya menjadi saksi terus berdetaknya nadi City of Music. Menyaksikan Konser Molucca Bamboowind Orchestra (MBO), bersama musisi I Made Subandi dan Boi Akih yang merupakan duo musik jazz dunia asal Amsterdam, Belanda.

Ini adalah konser musik yang mengelaborasi Eropa, Maluku dan Bali, yang diadakan di Dusun Tuni, Negeri Urimessing, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku.

Konser musik bertajuk From and To Infinity II ini benar-benar memukau. Sekalipun diadakan di ‘tengah hutan’ tak sedikitpun mengurangi spektakulernya. Justru menjadi pembeda dan pengalaman yang mengesankan.

Boi Akih sendiri adalah musisi yang terdiri dari Niels Brouwer (Komposer), Roon (sound), Monica Akihary (vocalis) ditambah I Made Subandi dari Bali.

Yang menarik pula adalah, sejumlah lagu yang dibawakan menggunakan bahasa daerah Pulau Haruku, bahasa Tanah (Maluku), dan bahasa Inggris, serta improvisasi puisi yang dibawakan oleh sastrawan Maluku Calvin Papilaya.

Penulis (Ikhsan Tualeka) menyampaikan kesan dan pesan usai konser (Foto:Istimewa).

Sementara itu, pendiri sekaligus konduktor MBO, Rence Alfons, menuturkan Tuni menjadi pilihan tempat digelarnya konser musik orkestra, sebab merupakan salah satu daerah berbasis musik yang ditetapkan oleh Wali Kota Ambon.

“Konser kembali kita laksanakan di Desa Tuni karena berdasarkan SK Wali Kota Ambon, Tuni merupakan dusun tujuan wisata berbasis musik. Selain itu dampak ekonomi juga akan dirasakan masyarakat setempat,” ungkapnya.

Sementara itu, musisi I Made Subandi, menuturkan bahwa selama kurang lebih 10 tahun berkolaborasi dengan Boi Akih, dirinya mendapat banyak pengalaman dan pelajaran berharga.

Menurut dia, musik itu sentuhan rasa. Berkolaborasi hampir 10 tahun dengan Boi Akih, membuatnya mendapat inspirasi dan tentu saja banyak belajar.

Baca Juga  Rem Blong Truk Saling Tabrak di Jalan Turunan Soya Kota Ambon

“Banyak orang mampu menguasai teknik. Namun sisi lain keunikan musik itu sendiri belum tentu semua orang bisa atau sama,” terangnya.

Dia menyebutkan, teknik banyak, namun unik itu belum tentu. Yang dirinya temukan dengan Boi Akih ini karena uniknya, dan dia banyak belajar di sini.

Apa yang disampaikan para musisi itu tepat adanya. Konser dibuka oleh puluhan anak SD yang dengan apik memainkan musik bambu atau Bamboowind Orchestra. Anak-anak dari berbagai latar suku dan agama ini menyatu dalam harmoni musik.

Kemudian selama hampir 2 jam Dusun Tuni benar-benar berwarna, dan irama musik menjadi sajian utama. Konser memang berkelas Internasional, kita sejenak seperti sedang dibawa ke Sydney Opera House atau David Geffen Hall.

Boi Akih dengan suara merdu Monica Akihary menutup konser dengan lagu berjudul ‘Matele’ yang artinya sedap atau enak bangat. Lagu dengan bait-bait yang simple ini dengan mudah diikuti oleh koor para penonton yang hadir.

Sekali lagi, sesuatu yang mengesankan bisa menghadiri konser malam itu. Ada dalam atmosfer musik sesungguhnya yang berkualitas, turut mendorong musik sebagai pemersatu, memperkuat kohesi sosial dan mempertagas Ambon sebagai City of Music.

Ambon, 12 Maret 2022

Penulis adalah Direktur Beta Kreatif