Saatnya Maluku Merdeka

0
4046

“Sejumlah keunggulan komparatif yang dimiliki Maluku hari ini, tak akan punya nilai apa-apa jika tak dikelola dengan baik dan optimal. Keadaan bahkan bisa lebih buruk, ibarat anak ayam mati di lumbung.”

Oleh: Ikhsan Tualeka

Ada banyak potensi di Maluku, panjang daftarnya kalau mau disebut satu-satu. Namun menghadapi atau menyikapinya, pemerintah pusat dan daerah seolah tak punya formula, proritas dan orientasi yang jelas.

Memang, minimnya kapasitas dan kesadaran masyarakat, utamanya dalam mengelola, merawat dan melindungi potensi alam serta lingkungan hidup adalah satu soal, tapi ketidakhadiran pemerintah atau negara adalah persoalan yang utama.

Ke depan komitmen semua pihak, khususnya dari kalangan orang Maluku harus dibangun dan diarahkan dengan benar dan jelas. Belajar dari daerah atau negara yang sudah labih maju, yang telah melakukan berbagai ikhtiar, perencanaan dan program dengan sukses, adalah sebuah keniscayaan.

Sejumlah keunggulan komparatif yang dimiliki Maluku hari ini, tak akan punya nilai apa-apa jika tak dikelola dengan baik dan optimal. Keadaan bahkan bisa lebih buruk, ibarat anak ayam mati di lumbung.

Perlu ada perubahan mendasar dan segera, Maluku harus dikelola dan diarahkan untuk jadi Bangsa yang unggul. Itu bisa terjadi atau terwujud bila ada kemauan yang kuat, semangat yang tinggi, etos kerja semua elemen, serta laeng banto laeng.

Sudah waktunya Maluku berhenti merengek perhatian dari pemerintah pusat, karena memang tidak pernah dianggap sebagai anak kandung dalam pengelolaan bangsa ini. Ditinggalkan dan akhirnya terus tertinggal.

Saatnya generasi muda Maluku bangun dan bangkit. Tinggikan semangat, perluas networking, pacu diri, tumbuhkan inovasi serta kreativitas, dengan paradigma yang melihat jauh ke depan. Ada hal baik yang perlu diwariskan pada generasi yang akan datang.

Baca Juga  Mengenal Maluku Dari Daratan Eropa

Bagi yang diberikan kekuasaan, harus punya nurani dan moral, jalankan dengan hati. Turun dan lihat ke bawah, semua basudara yang susah dan miskin itu adalah saudara-saudara kita juga. Adalah bagian dari kita, sama-sama dari ‘tanah potong pusa’, Maluku.

Kadang agak miris, melihat kepedulian sosial yang makin menipis, utamanya pada elit lokal. Pongah dan sombong bersematkan baju-baju abdi negara, cari selamat untuk diri dan kelompok dipertontonkan saban hari dengan vulgar, entah apa yang dibanggakan.

Sementara bagi masyarakat luas, harus terus baku sayang, laeng tongka laeng supaya punya daya saingJuga kenali setiap potensi yang ada, kembangkan dan tingkatkan nilai keekonomiannya dengan semangat dan jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship.

Begitu pula hal-hal yang berkontribusi buruk pada peradaban harus dapat dieliminir, terutama yang merusak lingkungan, seperti membuang sampah ke laut. Alam Maluku yang indah ini lambat laun akan rusak dan binasa jika generasi hari ini tak menjaga dan melindungnya.

Tahun ini harus lebih baik dari tahun yang sudah berlalu. Kita tinggalkan semua yang buruk, sama-sama berbuat atau lahirkan prestasi, meski kecil. Karena nyalakan satu lilin lebih baik dan mulia dari pada memaki kegelapan.

Aneh rasanya kalau orang Maluku masih hidup miskin. Atau jangan-jangan karena mentalitas penduduknya yang memang miskin, walaupun oleh data statistik menunjukan orang-orangnya bahagia. Itu artinya miskin saja orang Maluku bisa atau tetap bahagia, apalagi kaya.

Realitas saat ini harus bisa dilihat dengan proporsional dan objektif. Butuh lebih banyak orang-orang dan kelompok tercerahkan, yang mampu melihat kepentingan yang lebih besar, luas dan berjangka panjang untuk membebaskan Maluku.

Sudah tiba waktunya Maluku dimerdekakan atau merdeka. Merdeka dari belenggu kemiskinan, ketertinggalan dan kebodohan. Medeka dalam artian yang sesungguhnya, bukan merdeka secara simbolis, padahal secara substantif masih terjajah.

Baca Juga  Ini 5 Alasan Perlunya Penerapan Otonomi Khusus Bagi Maluku Raya

Merdeka yang substantif, hingga tak ada lagi gizi buruk, bayi dan ibu meninggal saat melahirkan, yang jumlahnya masih tinggi di Maluku. Tak ada sekolah atau ruang kelas yang reot mirip kandang kambing. Tak ada anak putus sekolah.

Pendidikan pun disajikan dengan fasilitas dan kurikulum yang relevan. Sehingga para pemuda mampu atau dapat diserap oleh lapangan kerja, tak menganggur di atas tanah dan air atau laut yang kaya.

Tak terjadi lagi kerusakan lingkungan dan pencurian sumber daya alam yang hanya memperkaya segelintir oligarki. Yang ada adalah orang Maluku hidup sejahtera dan berdaulat di atas tanah-airnya sendiri. Belajar dari sejarah, Bangsa Maluku adalah Bangsa yang kuat.

Ambon, 2 Januari 2021